Bab 201. Shalat Sunnah Maghrib, Sesudah Dan Sebelumnya
Sudah terdahulu dalam bab-bab di muka Hadisnya Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma -lihat hadits no.1095- dan Hadisnya Aisyah radhiallahu 'anha -lihat hadits no.1112- dan keduanya itu adalah shahih bahwa Nabi s.a.w. shalat dua rakaat sesudah Maghrib.
1119. Dari Abdullah bin Mughaffal r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Bershalatlah engkau semua sebelum Maghrib -yakni shalat sunnah-." Beliau s.a.w. mengucapkan dalam sabdanya yang ketiga kalinya dengan tambahan: "Bagi siapa yang ingin melakukannya." (Riwayat Bukhari)
1120. Dari Anas r.a., katanya: "Sungguh-sungguh saya telah melihat golongan sahabat-sahabat besar-besar sama bersegera ke ruang dalam masjid ketika Maghrib -yakni sesudah adzan Maghrib dikumandangkan melakukan shalat sunnah di situ-. (Riwayat Bukhari)
1121. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Kita semua di zaman Rasulullah s.a.w. shalat dua rakaat sesudah terbenamnya matahari yakni sebelum Maghrib." Ia ditanya: "Apakah Rasulullah s.a.w. juga shalat sunnah itu?" Anas r.a. menjawab: "Beliau s.a.w. melihat kita shalat dua rakaat itu, tetapi beliau s.a.w. tidak menyuruh kita melakukannya dan tidak pula melarangnya." (Riwayat Muslim)
1122. Dari Anas
r.a. pula, katanya: "Kita semua ada di Madinah, maka jikalau muazzin telah
selesai adzan untuk shalat Maghrib, maka orang-orang sama bersegera ke ruang
dalam masjid lalu shalat dua rakaat, sehingga sesungguhnya seorang yang asing
-yang tempatnya bukan di Madinah-, kalau ia masuk masjid pasti mengira bahwa
shalat wajib Maghrib sudah selesai dikerjakan karena banyaknya orang yang shalat
sunnah dua rakaat sebelum Maghrib itu." (Riwayat Muslim)
Bab 202. Shalat Sunnah Isya' Sesudah Dan Sebelumnya
Dalam bab ini
termasuklah Hadisnya Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma yang lalu -lihat hadits
no.1095-, katanya: "Saya shalat bersama Nabi s.a.w. dua rakaat sesudah Isya' dan
juga Hadisnya Abdullah bin Mughaffal, yaitu sabda Nabi s.a.w.: "Antara dua azan
-yakni adzan dan iqamah- itu boleh melakukan shalat sunnah." (Muttafaq 'alaih)
Lihat sebagaimana disebutkan di muka -lihat hadits no.1096-.
Bab 203. Shalat Sunnah Jum'at
Dalam bab ini termasuklah Hadisnya Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma yang lalu -lihat hadits no.1095- yang menyebutkan bahwasanya ia shalat bersama Nabi s.a.w. dua rakaat sesudah shalat Jum'at. (Muttafaq 'alaih)
1123. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau semua
shalat Jum'at, maka hendaklah sesudahnya itu shalat sunnah empat rakaat."
(Riwayat Muslim)
1124. Dari Ibnu
Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. itu tidak shalat sesudah Jum'at
sehingga pulang, kemudian beliau s.a.w. shalat dua rakaat di rumahnya." (Riwayat
Muslim)
Bab 204. Sunnahnya Mengerjakan Shalat-shalat Sunnah Di Rumah, Baikpun Sunnah Rawatib Atau Lain-lainnya Dan Perintah Berpindah Untuk Shalat Sunnah Dari Tempat Yang Digunakan Shalat Fardhu -Wajib- Atau Memisahkan Antara Kedua Shalat Itu Dengan Pembicaraan
1125. Dari Zaid bin Tsabit r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Shalatlah engkau semua, hai sekalian manusia, sebab sesungguhnya seutama-utama shalat itu ialah shalatnya seseorang yang dikerjakan dalam rumahnya, kecuali shalat yang diwajibkan." (Muttafaq 'alaih)
1126. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jadikanlah dari sebahagian shalatmu -yakni yang sunnah- itu di rumah-rumahmu sendiri dan janganlah menjadikan rumah-rumah itu sebagai kuburan -yakni tidak pernah digunakan untuk shalat sunnah atau membaca al-Quran sebab sunyi dari ibadah-." (Muttafaq 'alaih)
1127. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang diantara engkau semua itu telah menyelesaikan shalatnya di masjid, maka hendaklah memberikan sekedar bagian dari sebagian shalatnya -yakni yang sunnah-sunnah- untuk rumahnya, karena sesungguhnya Allah membuat kebaikan dalam rumahnya itu karena shalatnya tadi." (Riwayat Muslim)
1128. Dari 'Amr bin
'Atha' bahwasanya Nafi' bin Jubair menyuruhnya pergi kepada as-Saib bin Yazid
anak lelaki dari saudara perempuannya Namir, perlu menekankan padanya -yakni
'Amr supaya bertanya kepada as-Saib- perihal sesuatu yang pernah dilihat oleh
Mu'awiyah dari dirinya mengenai shalat. As-Saib lalu berkata: "Ya, saya pernah
shalat Jum'at dengan Mu'awiyah di ruang dalam masjid. Ketika imam sudah
-mengucapkan- salam, saya lalu berdiri lagi di tempatku shalat -wajib- tadi lalu
saya shalat sunnah. Kemudian setelah ia masuk rumah, lalu ia menyuruh saya
datang padanya, kemudian berkata: "Jangan engkau mengulangi lagi sebagaimana
yang engkau kerjakan tadi. Jikalau engkau shalat Jum'at, maka janganlah engkau
persambungkan di tempatmu tadi itu dengan shalat sunnah, sehingga engkau
berbicara dulu atau keluar, karena sesungguhnya Rasulullah s.a.w. menyuruh kita
yang sedemikian itu, yaitu supaya tidak dipersambungkan shalat itu dengan shalat
lain sehingga kita berbicara atau keluar dulu." (Riwayat Muslim)
Bab 205. Anjuran Melakukan Shalat Witir Dan Uraian Bahwa Shalat ini Adalah Sunnah Yang Ditekankan Serta Uraian Mengenai Waktunya
1129. Dari Ali r.a., katanya: "Shalat witir itu bukannya wajib sebagaimana shalat yang difardhukan, tetapi Rasulullah s.a.w. mengerjakan shalat itu dan bersabda: "Sesungguhnya Allah itu Maha Witir -karena bilangan satu adalah paling ganjil-, maka lakukanlah shalat witir -yaitu yang rakaatnya ganjil-, hai ahli al-Quran." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan
1130. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Dari seluruh malam itu Rasulullah s.a.w. sungguh-sungguh telah melakukan witir -yakni waktu berwitir beliau s.a.w. tidak tertentu waktunya-, yaitu di permulaan malam, di pertengahan malam, di akhir malam dan berakhirlah waktu witir beliau s.a.w. itu sampai waktu sahur -hampir menyingsingnya fajar shadik-." (Muttafaq 'alaih)
1131. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jadikanlah shalat witir itu sebagai akhir shalatmu di waktu malam." (Muttafaq 'alaih)
1132. Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Berwitirlah engkau semua sebelum engkau semua berpagi-pagi -yakni sebelum terbitnya fajar shadik-." (Riwayat Muslim)
1133. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. melakukan shalatnya di waktu malam, sedang ia -yakni Aisyah yaitu istrinya- melintang antara kedua tangannya -yakni di mukanya-. Maka jikalau tinggal mengerjakan witir, beliau s.a.w. membangunkannya, lalu Aisyahpun berwitirlah." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan: "Maka jikalau tinggal mengerjakan witir, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Bangunlah dan berwitirlah, hai Aisyah."
1134. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Dahuluilah shalat Subuh itu dengan witir -maksudnya bangunlah sebelum waktunya shalat Subuh lalu berwitirlah dulu-." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1135. Dari Jabir
r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang takut kalau tidak
dapat bangun di akhir malam, maka hendaklah berwitir di permulaan -malam- dan
barangsiapa -berniat kuat- hendak bangun di akhir malam, maka hendaklah berwitir
di akhir malam, karena sesungguhnya shalat akhir malam itu disaksikan oleh para
malaikat dan yang sedemikian itulah yang lebih utama." (Riwayat Muslim)
Bab 206. Keutamaan Shalat Dhuha Dan Uraian Perihal Sesedikit-sedikitnya Rakaat Dhuha, Sebanyak-banyaknya Dan Yang Pertengahannya Serta Anjuran Untuk Menjaga Untuk Terus Melakukannya
1136. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Kekasihku -yakni Nabi Muhammad s.a.w.- telah memberikan wasiat padaku untuk melakukan puasa sebanyak tiga hari dalam setiap bulan, juga dua rakaat -shalat- sunnah Dhuha dan supaya saya shalat witir dulu sebelum tidur." (Muttafaq 'alaih) Melakukan shalat witir sebelum tidur itu hanyalah disunnahkan bagi seseorang yang merasa dirinya tidak akan dapat bangun pada akhir malam. Tetapi sekiranya merasa dapat shalat witir pada akhir malam, maka itu adalah lebih utama lagi.
1137. Dari Abu Zar r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Setiap ruas tulang dari seorang diantara engkau semua itu harus ada sedekahnya pada setiap pagi harinya, maka setiap sekali tasbih -bacaan Subhanallah- adalah sedekah, setiap sekali tahmid -bacaan Alhamdulillah- adalah sedekah, setiap sekali tahlil -bacaan La ilaha ilallah- adalah sedekah, setiap sekali takbir -bacaan Allahu Akbar- adalah sedekah, memerintahkan kepada kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah dan yang sedemikian itu dapat dicukupi oleh dua rakaat yang dilakukan oleh seseorang dari shalat Dhuha." (Riwayat Muslim)
1138. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu shalat Dhuha empat rakaat dan menambahkan dari jumlah itu sekehendak hatinya." (Riwayat Muslim)
1139. Dari Ummu
Hani' yaitu Fakhitah binti Abu Thalib radhiallahu 'anha, katanya: "Saya pergi ke
tempat Rasulullah s.a.w. pada hari pembebasan -kota Makkah-, lalu saya temui
beliau s.a.w. sedang mandi. Setelah beliau s.a.w. selesai mandi, lalu shalat
sebanyak delapan rakaat. Itulah shalat Dhuha." (Muttafaq 'alaih) Ini adalah yang
diringkaskan dari lafaznya salah satu dari beberapa riwayat Muslim.
Bab 207. Bolehnya Melakukan Shalat Dhuha Dari Mulai Matahari Meninggi Sampai Tergelincir -Atau Lingsirnya- Dan Yang Lebih Utama Dilakukan Adalah Ketika Suhu Udara Sedang Panas Dan Meningginya Waktu Dhuha
1140. Dari Zaid bin
Arqam r.a. bahwasanya ia melihat sekelompok kaum -beberapa orang- sama melakukan
shalat Dhuha lalu ia berkata: "Apakah orang-orang tidak mengetahui bahwa shalat
Dhuha di waktu selain ini adalah lebih utama, sesungguhnya Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Shalatnya orang-orang yang bertaubat itu ialah jikalau anak-anak unta
itu telah merasa panas matahari." (Riwayat Muslim) Tarmadhu dengan fathahnya ta'
dan mim dan dengan dhad mu'jamah, yaitu sangat panas, sedang alfishal ialah
jama'nya fashil yaitu anak unta yang masih kecil.
Bab 208. Anjuran Melakukan Shalat Sunnah Tahiyatul Masjid -Menghormat Masjid- Dua Rakaat Dan Makruhnya Duduk Sebelum Shalat Dua Rakaat, Di Waktu Manapun juga Masuknya Masjid Itu Dan Sama Halnya, Apakah Shalat Dua Rakaat Tadi Dengan Niat Tahiyat, Shalat Fardhu, Sunnah Rawatib Dan Lain-lainnya
1141. Dari Abu Qatadah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau salah seorang diantara engkau semua itu masuk masjid, maka janganlah duduk dulu sebelum shalat dua rakaat." (Muttafaq 'alaih)
1142. Dari Jabir
r.a., katanya: "Saya mendatangi Nabi s.a.w. dan ia berada di masjid, lalu beliau
s.a.w. bersabda: "Bershalatlah dua rakaat." (Muttafaq 'alaih)
Bab 209. Sunnahnya Shalat Dua Rakaat Sesudah Wudhu'
1143. Dari Abu
Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. berkata kepada Bilal: "Hai Bilal,
beritahukanlah kepada saya dengan suatu amalan yang paling engkau harapkan
pahalanya serta yang engkau amalkan dalam Islam, karena sesungguhnya saya
mendengar suara derap kedua terompah -sandal- mu di mukaku di dalam syurga."
Bilal menjawab: "Saya tidak melakukan sesuatu amalan yang lebih saya harapkan di
sisiku daripada kalau saya habis berwudhu' baik pada waktu malam ataupun siang,
melainkan saya tentu shalat dengan wudhu' ku itu, sebagaimana yang ditentukan
untukku -yakni setiap habis berwudhu' lalu melakukan shalat sunnah wudhu'-."
(Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Bukhari. Addaffu dengan fa' ialah
suara terompah -sandal- dan gerakannya di atas bumi. Wallahu a'lam.
Bab 210. Keutamaan Shalat Jum'at, Kewajibannya, Mandi Untuk Menghadirinya, Datang Diawal Waktu Kepadanya, Doa Pada Hari Jum'at, Membaca Shalawat Nabi Pada Hari Itu, Uraian Perihal Saat Jumat, Dikabulkannya Doa-doa Dan Sunnahnya Memperbanyak Dzikir Kepada Allah Ta'ala Sesudah Jum'atan
Allah Ta'ala berfirman: "Maka jikalau shalat sudah diselesaikan, maka menyebarlah di bumi dan carilah dari keutamaan Allah dan ingatlah kepada Allah sebanyak-banyaknya, supaya engkau semua dapat berbahagia." (al-Jumu'ah: 10)
1144. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebaik-baik hari yang matahari terbit pada hari itu ialah hari Jum'at. Pada hari itulah Adam diciptakan dan pada hari itu pula ia dimasukkan dalam syurga dan juga pada hari itulah ia dikeluarkan dari syurga itu." (Riwayat Muslim)
1145. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa berwudhu' lalu memperbaguskan wudhu'nya, kemudian mendatangi shalat Jum'at terus mendengar -khatib- dan berdiam diri -tidak berbicara sama sekali-, maka diampunkanlah untuknya antara Jum'at itu dengan Jum'at yang berikutnya, dengan diberi tambahan tiga hari lagi. Barangsiapa yang memegang kerikil -batu kecil- untuk dipermain-mainkan sehingga tidak memperhatikan isi khutbah, maka ia telah melakukan kelalaian -yakni bersalah-." (Riwayat Muslim)
1146. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., katanya: "Shalat lima waktu dan dari Jum'at satu ke Jum'at berikutnya, dari Ramadhan -yang satu- ke Ramadhan -berikutnya-, adalah sebagai penebus -yakni penebus dosa- antara waktu-waktu kesemuanya itu -yakni penebus dosa antara waktu yang satu dengan waktu yang berikutnya, selama dosa-dosa besar dijauhi-." (Riwayat Muslim)
1147. Dari Abu Hurairah dan juga dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhum, bahwasanya keduanya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda di atas tiang-tiang mimbarnya: "Sesungguhnya kaum-kaum -orang-orang banyak- itu harus suka menghentikan kebiasaan mereka meninggalkan shalat-shalat Jum'at, atau -kalau tidak demikian-, maka sesungguhnya Allah akan menutup di atas hati-hati mereka kemudian pastilah mereka akan termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai." (Riwayat Muslim)
1148. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang diantara engkau semua mendatangi shalat Jum'at, maka hendaklah mandi dulu." (Muttafaq 'alaih)
1149. Dari Abu Said r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Mandi Jum'at itu adalah wajib bagi setiap orang yang sudah baligh." (Muttafaq 'alaih) Yang dimaksudkan dengan Almuhtalim ialah orang yang sudah baligh -dewasa dan berakal-, sedang yang dimaksudkan wajib ialah secara pilihan, seperti kata seorang pada kawannya: "Hakmu itu wajib atasku."
1150. Dari Samurah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa berwudhu' pada hari Jum'at, maka dengan keringanan itu -bolehlah dilakukan dan tanpa mandi- dan itupun sudah baik. Tetapi barangsiapa yang mandi, maka mandi itu adalah lebih utama." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1151. Dari Salman r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah seorang lelaki itu mandi pada hari Jum'at, lalu bersuci sekuasa -semampu- ia melakukan bersuci tadi -yakni bersuci sebaik-baiknya- dan berminyak dengan minyaknya atau mengambil dari sebagian harum-haruman -minyak wangi- yang ada di rumahnya, selanjutnya ia keluar, lalu tidak memisahkan antara dua orang yang sedang duduk, kemudian melaksanakan shalat yang telah ditentukan untuknya -yakni shalat sunnah tahiyyatul masjid-, seterusnya berdiam diri -tidak bercakap-cakap- ketika imam berbicara, melainkan diampunkanlah untuknya antara Jum'at itu dengan Jum'at lainnya -yakni yang berikutnya-." (Riwayat Bukhari)
1152. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa mandi pada hari Jum'at sebagaimana mandi ketika janabah, lalu pergi -ke masjid-, maka seolah-olah ia berkurban seekor unta, dan barangsiapa yang pergi pada jalan kedua, maka seolah-olah ia berkurban seekor lembu, dan barangsiapa pergi pada jam ketiga, maka seolah-olah ia berkurban seekor kambing yang bertanduk, dan barangsiapa pergi pada jam keempat, maka seolah-olah ia berkurban seekor ayam betina, dan barangsiapa pergi pada jam kelima, maka seolah-olah ia berkurban sebutir telur. Apabila imam telah keluar -naik ke mimbar-, maka para malaikat -yang mencatat- itu semuanya mendengarkan dzikir -yakni khutbah-." (Muttafaq 'alaih) Sabdanya: Ghuslal janabah yakni mandi seperti mandi ketika janabah dalam sifat dan keadaannya.
1153. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. menyebut-nyebutkan hari Jum'at, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Dalam hari Jum'at itu suatu saat yang tidak dicocoki oleh seorang Muslim dan ia sedang berdiri shalat sambil memohonkan sesuatu permohonan kepada Allah, melainkan Allah akan memberikan apa yang dimohonkannya itu." Rasulullah mengisyaratkan dengan tangannya sebagai tanda mempersedikitkan waktu yang dimaksudkan itu." (Muttafaq 'alaih)
1154. Dari Abu Burdah bin Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma berkata: "Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menceritakan tentang Rasulullah s.a.w. dalam hal shalat Jum'at?" Ia berkata: "Saya -Abu Burdah- menjawab: "Ya, saya pernah mendengar ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Waktu yang mustajab itu ialah antara duduknya imam -maksudnya khatib, yang dalam dua khutbah diselingi dengan duduk sesaat-." (Riwayat Muslim) [Baca Status Hadits Disini]
1155. Dari Aus bin
Aus r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya diantara
hari-harimu semua yang lebih utama ialah hari Jum'at, maka dari itu
perbanyakkanlah membaca shalawat padaku dalam hari Jum'at itu, sebab
sesungguhnya shalawatmu semua itu ditunjukkan kepadaku." Diriwayatkan oleh Imam
Abu Dawud dengan isnad shahih.
Bab 211. Sunnahnya Sujud Syukur Ketika Mendapatkan Kenikmatan Yang Nyata Atau Terhindar Dari Bencana Yang Nyata
1156. Dari Sa'ad
bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Kita semua keluar dengan Rasulullah s.a.w. dari
Makkah menuju Madinah. Ketika kita sudah berada di dekat 'Azwara', beliau s.a.w.
lalu turun -dari kendaraannya-, kemudian mengangkat kedua tangannya terus berdoa
kepada Allah sesaat, selanjutnya lalu turun untuk bersujud, kemudian berdiam
diri agak lama, kemudian berdiri mengangkat kedua tangannya sesaat lalu turun
untuk bersujud lagi dan ini dilakukan sampai tiga kali. Beliau s.a.w. lalu
bersabda: "Sesungguhnya saya memohon kepada Tuhanku supaya dapat memberikan
syafaat kepada umatku, lalu Tuhan memberikan padaku sepertiga dari umatku itu.
Kemudian saya turun untuk bersujud karena menyatakan kesyukuran kepada Tuhanku.
Selanjutnya saya mengangkat kepalaku lalu saya bermohon lagi pada Tuhanku untuk
umatku, kemudian Tuhan memberikan kepadaku sepertiga umatku lagi, lalu saya
turun pula untuk bersujud kepada Tuhanku karena menyatakan kesyukuran kepada
Tuhanku. Seterusnya saya mengangkat kepalaku sekali lagi, lalu saya bermohon
kepada Tuhanku untuk umatku, kemudian memberikan pula sepertiga yang terakhir,
maka saya turun untuk bersujud kepada Tuhanku." (Riwayat Abu Dawud) [Baca Status Hadits Disini]
Bab 212. Keutamaan Bangun Shalat Di Waktu Malam
Allah Ta'ala berfirman: "Dan dari sebagian waktu malam, maka lakukanlah shalat Tahajud, sebagai suatu amalan sunnah untukmu, mudah-mudahan Tuhanmu akan mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (al-Isra': 79)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Mereka sama meninggalkan tempat-tempat pembaringannya -untuk melakukan ibadah di waktu malam-." (as-Sajdah: 16)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Mereka itu sedikit sekali dari waktu malam yang mereka pergunakan untuk tidur." (az-Zariyat: 17)
1157. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. itu berdiri untuk shalat malam, sehingga pecah-pecah kedua tapak kakinya. Saya berkata kepadanya: "Mengapa Tuan mengerjakan sedemikian ini, ya Rasulullah, padahal sudah diampunkan untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang dahulu dan yang kemudian?" Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Tidakkah saya ini seorang hamba yang banyak bersyukur." (Muttafaq 'alaih) Diriwayatkan dari al-Mughirah sedemikian itu pula. (Muttafaq 'alaih)
1158. Dari Ali r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. mendatanginya dan Fathimah di waktu malam, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Apakah engkau berdua tidak shalat?" (Muttafaq 'alaih) Tharaqahu artinya mendatangi di waktu malam.
1159. Dari Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiallhu 'anhum dari ayahnya bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Sebagus-bagus lelaki ialah Abdullah, andaikata ia suka shalat di waktu malam." Salim berkata: "Sejak saat itu Abdullah tidak tidur di waktu malam, kecuali sebentar sekali." (Muttafaq 'alaih)
1160. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si Fulan itu. Dulu ia suka sekali bangun shalat di waktu malam, tetapi kini meninggalkan bangun shalat waktu malam itu." (Muttafaq 'alaih)
1161. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Ada seorang lelaki yang disebut-sebut di sisi Nabi s.a.w., yaitu bahwa orang tersebut tidur di waktu malam sampai pagi -yakni tidak bangun untuk shalat malam-, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Orang itu sudah dikencingi oleh syaitan dalam kedua telinganya" atau beliau s.a.w. bersabda: "ditelinganya." (Muttafaq 'alaih)
1162. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Syaitan itu memberikan ikatan pada ujung kepala seorang diantara engkau semua sebanyak tiga buah, jikalau ia tidur. Ia membuat ketentuan pada setiap ikatan itu dengan kata-kata yang berbunyi: "Engkau memperoleh malam panjang, maka tidurlah terus!" Jikalau orang itu bangun lalu berdzikir kepada Allah Ta'ala maka terurailah sebuah ikatan dari dirinya, selanjutnya jikalau ia terus berwudhu', lalu terurai pulalah ikatan satunya lagi dan seterusnya, jikalau ia bershalat, maka terurailah ikatan seluruhnya, sehingga berpagi-pagi ia telah menjadi bersemangat serta berhati gembira. Tetapi jikalau tidak sebagaimana yang tersebut di atas, maka ia berpagi-pagi menjadi orang yang berhati buruk serta pemalas." (Muttafaq 'alaih) Qafiyatur ra'si yaitu ujung penghabisan dari kepala.
1163. Dari Abdullah bin Salam r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Hai sekalian manusia, ratakanlah -sebarkanlah- salam, berikanlah makanan, shalatlah diwaktu malam dimana para manusia sedang tidur, maka engkau semua akan dapat memasuki syurga dengan selamat." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
1164. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama puasa bulan Ramadhan ialah bulan Allah yang dimuliakan -yakni berpuasa dalam bulan Muharram-, sedang seutama-utamanya shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat di waktu malam."(Riwayat Muslim)
1165. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Shalat sunnah di waktu malam itu dua rakaat dua rakaat, maka jikalau engkau takut masuknya shalat Subuh, maka berwitirlah dengan serakaat." (Muttafaq 'alaih)
1166. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Nabi s.a.w. itu shalat di waktu malam dua rakaat dan berwitir dengan serakaat." (Muttafaq 'alaih)
1167. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berbuka -tidak berpuasa- pada sebulan penuh, sehingga kita menyangka bahwa beliau s.a.w. tidak pernah berpuasa dalam bulan itu, tetapi kadang-kadang beliau s.a.w. berpuasa pada sebulan penuh, sehingga kita menyangka bahwa beliau s.a.w. tidak pernah berbuka sedikitpun dalam bulan itu. Tidaklah engkau menginginkan hendak melihat beliau shalat dari waktu malam, melainkan engkau akan dapat melihat beliau s.a.w. bershalat, tetapi tidaklah engkau menginginkan beliau s.a.w. tidur, melainkan engkau akan dapat melihat beliau s.a.w. sedang tidur." Maksudnya antara shalat malam dengan tidurnya itu demikian teratur waktunya, juga dilakukan tanpa berlebih-lebihan antara keduanya itu yakni sedang. (Riwayat Bukhari)
1168. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu shalat sebelas rakaat, yakni di waktu malam. Beliau bersujud sekali sujud dari rakaat-rakaat tadi sekira -lamanya kira-kira ketika- seorang dari engkau semua membaca lima puluh ayat sebelum beliau mengangkat kepalanya. Beliau s.a.w. juga mengerjakan shalat dua rakaat sebelum shalat Fajar -shalat sunnah sebelum shalat Subuh-, kemudian berbaringlah pada belahan tubuhnya yang kanan -sesudah shalat sunnah dua rakaat tadi-, sehingga datanglah pada beliau itu orang yang mengajaknya untuk shalat Subuh -dengan berjamaah-. (Riwayat Bukhari)
1169. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. tidak pernah menambah lebih dari sebelas rakaat -sunnah-, baik dalam bulan Ramadhan ataupun selain Ramadhan. Beliau s.a.w. shalat empat rakaat, maka janganlah engkau bertanya betapa indah dan panjangnya, kemudian shalat lagi empat rakaat, maka jangan pula engkau bertanya betapa indah dan panjangnya, kemudian shalat tiga rakaat. Saya -yakni Aisyah- lalu bertanya: "Ya Rasulullah, apakah Tuan juga tidur sebelum berwitir?" Beliau s.a.w. menjawab: "Hai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku itu tidur, tetapi hatiku tidaklah tidur." (Muttafaq 'alaih)
1170. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahwasanya Nabi s.a.w. itu tidur di permulaan malam dan bangun pada akhir malam lalu bershalat." (Muttafaq 'alaih)
1171. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya shalat bersama Nabi s.a.w. pada suatu malam, maka tidak habis-habisnya beliau s.a.w. itu berdiri sehingga saya bermaksud untuk melakukan sesuatu yang buruk." Ia ditanya: "Apakah yang hendak engkau maksudkan?" Ia menjawab: "Saya bermaksud untuk duduk lalu meninggalkan beliau s.a.w. -yakni tidak meneruskan ikut berjamaah dengan Nabi s.a.w. dan akan bershalat munfarid-." (Muttafaq 'alaih)
1172. Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Saya shalat beserta Nabi s.a.w. pada suatu malam, maka beliau membuka -dalam rakaat pertama- dengan surat al-Baqarah. Saya berkata: "Beliau ruku' pada ayat keseratus, kemudian berlalulah." Saya berkata: "Beliau bershalat dengan bacaan tadi itu dalam satu rakaat, kemudian berlalu." Selanjutnya saya berkata: "Beliau ruku' dengan bacaan di atas itu, kemudian membuka -dalam rakaat kedua- dengan surat an-Nisa' lalu membacanya, kemudian membuka lagi -sebagai lanjutannya- surat ali-Imran, kemudian membacanya. Beliau s.a.w. membacanya itu dengan rapi sekali -tidak tergesa-gesa-, jikalau melalui ayat yang didalamnya mengandung pentasbihan -memaha sucikan Allah- beliaupun mengucapkan tasbih, jikalau melalui ayat yang mengandung suatu permohonan, beliaupun memohon, jikalau melalui ayat yang menyatakan berta'awwudz -mohon perlindungan kepada Allah dari sesuatu yang tidak baik- beliaupun berta'awwudz -mohon perlindungan-. Kemudian beliau s.a.w. ruku' dan disitu beliau mengucapkan: Subhana rabbial 'azhim. Ruku'nya adalah seumpama dengan berdirinya -yakni perihal lamanya hampir sama-, selanjutnya beliau mengucapkan: Sami'allahu liman hamidah, Rabbana lakal hamd, lalu berdiri dengan berdiri yang lamanya mendekati ruku'nya tadi. Seterusnya beliau bersujud lalu mengucapkan: Subhana rabbiyal 'ala, maka sujudnya itu mendekati pula akan berdirinya -tentang lama waktunya-. (Riwayat Muslim)
1173. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya: "Shalat apakah yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu lama berdirinya" (Riwayat Muslim) Yang dimaksud dengan lafaz alqunut ialah berdiri.
Keterangan:
Bila shalat berjamaah maka dianjurkan untuk tidak melama-lamakan berdiri, karena dari jamaah mungkin ada yang sudah tua, ada wanita, dan anak-anak.
1174. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda padanya: "Shalat yang paling dicintai oleh Allah ialah shalatnya -Nabi- Dawud dan puasa yang paling dicintai oleh Allah ialah puasanya -Nabi- Dawud. Ia tidur separuh malam, bangun shalat yang sepertiganya dan tidur yang seperenamnya. Ia berpuasa sehari dan berbuka -yakni tidak berpuasa- sehari." (Muttafaq 'alaih)
1175. Dari Jabir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya di waktu malam itu ada suatu saat yang tidak didapati oleh seorang Muslim yang di waktu itu memohonkan suatu kenaikan kepada Allah, baik dari urusan ke duniaan atau akhirat, melainkan Allah akan memberikan -mengabulkan- permohonannya tadi. Yang sedemikian ini ada di setiap malam." (Riwayat Muslim)
1176. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Apabila seorang diantara engkau semua bangun di waktu malam, maka hendaklah membuka -memulai- shalatnya dengan dua rakaat yang ringan." (Riwayat Muslim)
1177. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila bangun di waktu malam, maka beliau membuka -memulai- shalatnya dengan dua rakaat yang ringan." (Riwayat Muslim)
1178. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila terlambat melakukan shalat malam karena sakit atau lain-lain, maka beliau s.a.w. shalat dua belas rakaat di waktu siang harinya." (Riwayat Muslim)
1179. Dari Umar bin al-Khaththab r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang tertidur sampai meninggalkan bacaan hizibnya atau sesuatu bagian dari hizibnya itu -yang dibiasakan membaca- di waktu malam, lalu ia membacanya diantara shalat Fajar -Subuh- dan shalat Zuhur, maka dicatatlah -pahala- untuknya seolah-olah ia membacanya itu di waktu malam." (Riwayat Muslim)
1180. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di waktu malam dan membangunkan istrinya, lalu apabila istrinya enggan, lelakinya itu memercik-mercikkan air di mukanya. Allah juga merahmati seorang wanita yang bangun di waktu malam, lalu shalat dan membangunkan suaminya dan apabila suaminya itu enggan, lalu memercik-mercikkan air di mukanya." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1181. Dari Abu Hurairah r.a. dan dari Abu Said radhiallahu 'anhuma, keduanya berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seorang lelaki itu membangunkan istrinya di waktu malam, lalu keduanya shalat atau mengerjakan shalat dua rakaat semua, maka dicatatlah termasuk golongan orang-orang lelaki dan perempuan yang ingat -kepada Allah-." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1182. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Jikalau seorang diantara engkau semua mengantuk dalam shalat, maka hendaklah ia tidur dulu sehingga lenyaplah kantuk itu dari dirinya, karena sesungguhnya seorang diantara engkau semua itu jikalau shalat sedang ia mengantuk, barangkali ia bermaksud hendak memohonkan pengampunan, tetapi lalu memaki-maki dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)
1183. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seorang diantara
engkau semua bangun di waktu malam lalu membaurlah al-Quran itu pada lisannya
-yakni tidak jelas lagi bacaannya sebab mengantuk-, kemudian ia tidak dapat
mengetahui lagi apa yang dibaca olehnya -yakni tidak lagi memperhatikan isi dan
maknanya-, maka baiklah ia berbaring -yakni tidur saja dulu-."(Riwayat
Muslim)
Bab 213. Sunnahnya Bangun Malam Ramadhan Yaitu Untuk Mengerjakan Shalat Sunnah Tarawih
1184. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa berdiri shalat dalam bulan Ramadhan karena didorong keimanan dan keinginan memperoleh keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosanya yang terdahulu." (Muttafaq 'alaih)
1185. Dari Abu
Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu menganjur-anjurkan supaya
senang mengerjakan shalat -pada malamnya- bulan Ramadhan, tanpa menyuruh
orang-orang itu dengan kekerasan -yakni bukan kewajiban-. Beliau s.a.w.
bersabda: "Barangsiapa berdiri shalat dalam bulan Ramadhan karena didorong
keimanan dan keinginan memperoleh keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya
dosa-dosanya yang terdahulu." (Riwayat Muslim)
Bab 214. Keutamaan Mengerjakan Shalat Di Malam Lailatul Qadar Dan Uraian Perihal Malam-malam Yang Lebih Dapat Diharapkan Menemuinya
Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Kami -Allah- menurunkan al-Quran itu pada malam Lailatul qadar" sampai akhirnya ayat. (Surah al-Qadr)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya Kami menurunkan al-Quran itu pada waktu malam yang diberkahi," sampai beberapa ayat selanjutnya. (ad-Dukhan: 3)
1186. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa berdiri shalat dalam bulan Ramadhan karena didorong keimanan dan keinginan memperoleh keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosanya yang terdahulu." (Muttafaq 'alaih)
1187. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya beberapa orang lelaki dari para sahabat Nabi s.a.w. diberitahu dalam impian mengenai tibanya lailatul qadar yaitu dalam tujuh yang terakhir -yang dimaksudkan ialah antara malam ke 22 sampai malam ke 28-. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Saya melihat impian-impianmu semua itu cocok yaitu pada tujuh yang terakhir. Maka barangsiapa hendak mencari lailatul qadar itu, hendaklah mencarinya pada tujuh yang terakhir itu juga." (Muttafaq 'alaih)
1188. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu beri'tikaf dalam sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan dan beliau s.a.w. bersabda: "Carilah lailatul qadar itu dalam sepuluh -hari- yang terakhir -yakni antara malam ke 21 sampai malam ke 30- dari bulan Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)
1189. Dari Aisyah radhillahu 'anha pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Carilah lailatul qadar itu dalam malam ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan -yakni malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29-. (Riwayat Bukhari)
1190. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila telah masuk sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka beliau menghidup-hidupkan malamnya -yakni melakukan ibadah pada malam harinya itu-, juga membangunkan istrinya, bersungguh-sungguh -dalam beribadah- dan mengeraskan ikat pinggangnya -maksudnya adalah sebagai kata kinayah menjauhi berkumpul dengan istri-istrinya-." (Muttafaq 'alaih)
1191. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu bersungguh-sungguh dalam beribadah dalam bulan Ramadhan yang tidak demikian bersungguh-sungguhnya kalau dibandingkan dengan bulan lainnya, juga di dalam sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan itu beliau s.a.w. bersungguh-sungguh pula yang tidak demikian bersungguh-sungguhnya kalau dibandingkan dengan hari-hari Ramadhan yang lainnya." (Riwayat Muslim)
1192. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapat
Tuan, jikalau saya mengetahui pada malam apa tibanya lailatul qadar itu, apakah
yang harus saya ucapkan pada malam itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ucapkanah:
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun, gemar memberikan
pengampunan, maka ampuniiah saya. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia
mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
Bab 215. Keutamaan Bersiwak -Sikat Gigi- dan Perkara-Perkara Kefitrahan
1193. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Andaikata tidak akan menjadikan keberatan bagi umatku atau atas sekalian manusia, sesungguhnya mereka itu akan saya perintah untuk bersiwak pada tiap-tiap akan bershalat." (Muttafaq 'alaih)
1194. Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila bangun dari tidur, beliau menggosok-gosok mulutnya -yakni gigi-giginya- dengan siwak." (Muttafaq 'alaih)
1195. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua menyediakan untuk Rasulullah s.a.w. akan siwaknya serta air untuk berwudhu'nya, lalu ia dibangkitkan oleh Allah sekehendak waktu yang diinginkan olehNya untuk membangkitkannya di waktu malam, lalu beliau s.a.w. bersiwak lalu berwudhu' dan terus shalat." (Riwayat Muslim)
1196 Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya perbanyakkan benar -untuk menyuruh- engkau semua dalam hal bersiwak." (Riwayat Bukhari)
1197. Dari Syuraih bin Hani', katanya: "Saya berkata kepada Aisyah radhiallahu 'anha: "Dengan amalan apakah yang dimulai oleh Nabi s.a.w., jikalau beliau s.a.w. memasuki rumahnya?" Ia menjawab: "Dengan bersiwak." (Riwayat Muslim)
1198. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Saya masuk ketempat Nabi s.a.w. sedang ujung siwak itu ada di lisan beliau s.a.w." (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaznya Imam Muslim.
1199. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Siwak itu adalah menyebabkan sucinya mulut dan menyebabkan adanya keridhaan Tuhan." Diriwayatkan oleh Imam-imam Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya dengan isnad-isnad shahih. Imam Bukhari Rahimahullah menyebutkan hadits ini dalam kitab shahihnya sebagai ta'liq dengan shiqat jazam, beliau mengatakan: "Aisyah radhiallahu 'anha berkata: "Siwak itu dan seterusnya."
Keterangan:
Ta'liq maksudnya dengan membuang awal sanad dalam hadits di atas. Hadits yang dita'liqkan itu disebut hadits Mu'allaq. Persoalan ini termasuk dalam Musthalah hadits atau ilmu untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan macam-macam nama Hadis, tingkatannya serta yang lain-lain lagi. Adapun maksudnya dengan shighat jazam itu ialah bahwa hadits di atas itu diberi hukum yang mantap perihal keshahihannya.
1200. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya; "Kefitrahan -kemurnian sejak kejadian manusia diciptakan pertama kali- itu ada lima hal, atau lima hal ini termasuk dalam kefitrahan, yaitu berkhitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, mencabuti rambut ketiak dan mencukur kumis." (Muttafaq 'alaih) Alistihdad ialah mencukur 'anah yaitu rambut yang ada di sekitar kemaluan -baik pada lelaki ataupun wanita-.
1201. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada sepuluh hal termasuk kefitrahan -kemurnian sejak kejadian manusia-, yaitu: mencukur kumis, membiarkan tumbuhnya janggut, bersiwak, menghirup air dalam hidung, memotong kuku, membasuh ruas-ruas jari-jari, mencabuti rambut ketiak, mencukur rambut kemaluan dan bercebok." Yang meriwayatkan hadits ini berkata: "Saya lupa pada yang kesepuluh, kecuali kalau yang kesepuluh itu ialah berkumur." Waki' berkata dan orang ini adalah salah seorang dari yang meriwayatkan hadits ini: Intiqashulma' ialah beristinja' -bercebok-." (Riwayat Muslim) Albarajim dengan ha' muwahhadah dan jim yaitu ruas-ruas jari-jari dan i'faut-lihyah artinya ialah tidak mencukurnya sedikitpun daripada rambut janggut."
1202. Dari Ibnu
Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., katanya: "Guntinglah kumis -yang
memanjang melebihi dua bibir- dan biarkanlah tumbuhnya janggut." (Muttafaq
'alaih)
Bab 216. Mengokohkan Kewajiban Zakat Dan Uraian Tentang Keutamaannya Serta Apa-apa Yang Berhubungan Dengan Zakat Itu
Allah Ta'ala berfirman: "Dan dirikanlah shalat olehmu semua dan tunaikanlah zakat." (al-Baqarah: 43)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan mereka tidaklah diperintah, melainkan untuk beribadah kepada Allah, penuh keikhlasan mengerjakan agama untukNya, serta dengan kecondongan hati, demikian pula mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Yang sedemikian itu adalah agama yang benar." (al-Bayyinah: 5)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Ambillah zakat dari sebagian harta benda mereka, untuk membersihkan serta menyucikan hati mereka." (at-Taubah: 103)
1203. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Agama Islam itu didirikan atas lima perkara, yaitu menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, beribadat haji di Baitullah -Makkah- dan berpuasa dalam bulan Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)
1204. Dari Thalhah bin Ubaidullah bin Usman bin 'Amr bin Ka'ab at-Taimi r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. yaitu dari penduduk Najad, teruraikan rambut kepalanya, kita dapat mendengarkan dengungan suaranya, tetapi tidak dapat kita fahami apa yang diucapkan olehnya itu, sehingga ia mendekat kepada Rasuluilah s.a.w. Tiba-tiba orang tersebut menanyakan perihal Agama Islam. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Yaitu lima kali shalat dalam sehari semalam." Ia bertanya: "Apakah tidak ada lagi kewajiban atas diriku selain shalat lima kali sehari semalam itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak ada, melainkan kalau engkau ingin beribadat sunnah." Rasulullah s.a.w. lalu menyambung sabdanya: "Dan berpuasa dalam bulan Ramadhan." Orang itu bertanya: "Apakah tidak ada kewajiban lain selain itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak, melainkan kalau engkau hendak beribadat sunnah." Thalhah berkata: "Rasulullah s.a.w. lalu menyebutkan kepada orang itu perihal zakat, lalu orang itu bertanya: "Apakah tidak ada kewajiban lain atas diriku selain itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak ada, melainkan kalau engkau hendak beribadat sunnah." Orang itu lalu menyingkir dan ia berkata: "Demi Allah, saya tidak akan menambah dari kewajiban-kewajiban itu dan tidak pula akan saya kurangi." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Orang itu akan berbahagia jikalau ia benar kata-katanya." (Muttafaq 'alaih)
1205. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. mengutus Mu'az r.a. ke Yaman, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Ajaklah mereka itu untuk bersyahadat bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa saya adalah pesuruh Allah. Jikalau mereka sudah mentaati untuk melakukan itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah mewajibkan atas mereka itu lima kali shalat dalam setiap sehari semalam. Jikalau mereka sudah mentaati yang sedemikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka pula bahwasanya Allah mewajibkan sedekah - yakni zakat - atas mereka yang diambil dari golongan yang kaya-kaya di kalangan mereka dan dikembalikan kepada golongan yang fakir-fakir dari mereka." (Muttafaq 'alaih)
1206. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya diperintahkan -oleh Allah-, supaya saya memerangi kepada para manusia, sehingga mereka suka menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Jikalau mereka telah melakukan yang sedemikian itu, maka terpeliharalah darah-darah serta harta benda mereka daripadaku, sedang tentang hisab -yakni perhitungan amalan- mereka adalah terserah atas Allah." (Muttafaq 'alaih)
1207. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Ketika Rasulullah s.a.w. telah meninggal dunia, dan Abu Bakar r.a. telah menjadi khalifah, sedang telah menjadi kafirlah orang Arab yang kembali pada kekafiran. Umar r.a. berkata kepada Abu Bakar r.a.: "Bagaimanakah dasarnya engkau memerangi para manusia itu, sedangkan Rasulullah s.a.w. telah bersabda: "Saya diperintah untuk memerangi para manusia, sehingga mereka mengucapkan La ilaha illallah, maka barangsiapa yang mengucapkan sedemikian itu, sungguh-sungguh ia telah terpelihara daripadaku akan harta benda dan dirinya melainkan dengan haknya yakni yang sudah ditentukan dalam Agama Islam. Adapun hisabnya orang itu adalah atas Allah." Abu Bakar menjawab: "Demi Allah, niscayalah saya akan memerangi orang yang memperbedakan antara shalat dan zakat, sebab sesungguhnya zakat adalah haknya harta. Demi Allah andaikata orang-orang itu enggan memberikan kepadaku ikatan-ikatan yang dulu pernah mereka tunaikan kepada Rasulullah s.a.w., niscayalah saya akan memerangi mereka sebab keengganan memberikannya itu." Setelah itu Umar berkata: "Demi Allah, tidaklah keterangan Abu Bakar itu melainkan saya telah melihat bahwa Allah telah membuka dada Abu Bakar untuk dasar melakukan peperangan, maka saya berpendapat bahwa itulah yang hak -yakni benar-." (Muttafaq 'alaih)
1208. Dari Abu Ayyub r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w.: "Beritahukanlah kepada saya perihal sesuatu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga!" Beliau s.a.w. bersabda: "Supaya engkau menyembah kepada Allah, tidak menyekutukan sesuatu denganNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mempereratkan ikatan kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)
1209. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang A'rab -penghuni pedalaman negeri Arab- mendatangi Nabi s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya akan sesuatu amalan yang apabila saya mengerjakannya, maka saya dapat memasuki syurga." Beliau s.a.w. menjawab: "Supaya engkau menyembah kepada Allah, tidak menyekutukan sesuatu denganNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang diwajibkan dan berpuasa Ramadhan." Orang itu lalu berkata: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, saya tidak akan menambah dari itu semua." Setelah orang itu menyingkir, Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Barangsiapa yang senang jikalau melihat seseorang lelaki dari ahli syurga, maka hendaklah melihat orang ini tadi." (Muttafaq 'alaih)
1210. Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: "Saya berbai'at kepada Nabi s.a.w. untuk tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan memberi nasihat kepada setiap orang Islam." (Muttafaq 'alaih)
1211. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorangpun yang
memiliki emas dan tidak pula yang memiliki perak, lalu ia tidak menunaikan
haknya -zakatnya- dari emas dan perak itu, melainkan apabila telah tiba hari
kiamat nanti dibuatkan untuknya beberapa lembaran dari api neraka lalu
dipanaskanlah dalam neraka Jahanam, kemudian disetrikalah lambung, kening dan
punggungnya dengan lembaran-lembaran tadi, setiap kali ia telah menjadi dingin
lalu dikembalikan lagi untuknya -yakni dipanaskan dan disetrikakan lagi-. Hal
sedemikian itu terjadi dalam masa yang perkiraan lamanya ialah selama lima puluh
ribu tahun -menurut hitungan hari dunia-, sehingga diputuskanlah antara sekalian
hamba Tuhan, lalu orang itu dapat mengetahui kelanjutan nasib dirinya, ada
kalanya ke syurga dan ada kalanya ke neraka." Rasulullah s.a.w. lalu ditanya:
"Ya Rasulullah, kalau unta bagaimanakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tiada
seorangpun yang memiliki unta yang ia tidak menunaikan haknya -yakni zakatnya-,
dan setengah daripada haknya unta ialah memerah susunya di waktu ia didatangkan
di tempat air -lalu air susunya itu disedekahkan kepada siapa saja yang
memerlukan-, melainkan apabila telah tiba hari kiamat, maka dibeberkanlah
dimukanya sebidang tanah luas lagi licin dan unta-unta itu dalam keadaan yang
gemuk-gemuk yang pernah dialaminya. Orang itu tidak akan kehilangan seekor anak
untapun -yakni seluruh miliknya itu lengkap- dan semua untanya itu akan
menginjak-injaknya dengan kakinya serta menggigitnya dengan mulutnya. Setiap
kali ia telah dilaluinya oleh -unta- yang pertama, maka akan dikembalikan pula
yang terakhirnya -maksudnya terus saja unta-unta itu berputar-putar untuk
menginjaknya-. Hal ini terjadi dalam suatu masa yang perkiraan lamanya itu ialah
lima puluh ribu tahun, sehingga diputuskanlan antara seluruh hamba Tuhan, lalu
orang itu akan mengetahui kelanjutan nasibnya ada kalanya ke syurga dan ada
kalanya ke neraka." Beliau s.a.w. lalu ditanya: "Ya Rasulullah kalau lembu dan
kambing, bagaimanakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tiada seorang yang memiliki
lembu ataupun kambing yang ia tidak menunaikan haknya -zakatnya-, melainkan
apabila telah tiba hari kiamat, maka dibeberkanlah untuknya sebidang tanah luas
lagi licin. Ia tidak akan kehilangan seekorpun dari ternaknya itu, di dalamnya
tidak ada yang bertanduk lengkung, tidak ada yang tak bertanduk dan tidak ada
pula yang patah tanduknya. Semuanya itu menubruknya -menyeruduk- dengan
tanduk-tanduknya tadi dan menginjak-injaknya dengan kaki-kakinya. Setiap kali ia
telah dilalui oleh -ternak- yang pertama, maka akan dikembalikan pula yang
terakhirnya. Hal ini terjadi dalam masa yang perkiraan lamanya itu ialah lima
puluh ribu tahun, sehingga diputuskanlah antara sekalian hamba Tuhan, lalu orang
itu akan mengetahui kelanjutan nasibnya, ada kalanya ke syurga dan ada kalanya
ke neraka." Beliau s.a.w. lalu ditanya: "Ya Rasulullah, kalau kuda
bagaimanakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Kuda itu ada tiga macam. Ia bagi
seseorang adalah merupakan dosa, ada pula yang bagi seseorang merupakan tabir
-untuk keperluan peribadi sehingga tidak memerlukan bantuan orang lain-, tetapi
ada yang bagi seseorang merupakan pahala. Adapun kuda yang bagi seseorang itu
merupakan dosa, ialah kuda yang diikatnya -yakni dimilikinya- untuk dijadikan
bahan riya' -yakni untuk pamer dan dibangga-banggakan dihadapan manusia
lainnya-, lagi untuk kemegahan atau untuk menentang kepada umat Islam, maka kuda
sedemikian inilah yang pemiliknya dapat memperoleh dosa. Adapun kuda yang dapat
menjadi sebagai tabir ialah seseorang yang mengikatnya -yakni memilikinya- untuk
fisabilillah, kemudian ia tidak melalaikan haknya Allah dalam hal punggungnya
-yakni untuk dinaiki guna melakukan ketaatan ataupun di waktu ada keperluan
sendiri-, bahkan tidak melalaikan pula akan lehernya -maksudnya diperhatikan
apa-apa yang menjadi kemaslahatan kuda tadi dan melindunginya dari bahaya- maka
inilah kuda yang dapat menjadi tabir. Adapun kuda yang bagi pemiliknya merupakan
pahala ialah seseorang yang mengikatnya -yakni memilikinya- untuk kepentingan
fisabilillah saja dan diperuntukkan untuk seluruh umat Islam, digembalakan di
tanah yang penuh tanaman ataupun taman -yang banyak makanannya-. Maka tidaklah
kuda itu makan sesuatu dari ladang atau taman itu, melainkan dicatatlah untuknya
beberapa kebaikan sebanyak apa yang dimakan oleh kuda tersebut, bahkan
dicatatlah beberapa kebaikan sebanyak hitungan kotorannya dan kencingnya. Tidak
pula kuda itu menempuh dengan kakinya lalu berlari ke sebuah atau dua buah bukit
-lalu kembali lagi ke tempat penggembalaannya- melainkan Allah mencatat untuknya
beberapa kebaikan sebanyak hitungan bekas langkahnya dan juga sebanyak
kotoran-kotoran yang ada. Tidak pula pemiliknya itu melalui sesuatu sungai, laiu
kuda itu minum dari sungai tadi, sedangkan ia tidak hendak memberi minuman
padanya, melainkan Allah mencatat untuk pemiliknya itu beberapa kebaikan
sebanyak hitungan tegukan yang diminumnya." Beliau s.a.w. ditanya lagi: "Ya
Rasulullah, kalau keledai bagaimanakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tiada sesuatu
wahyu yang diturunkan kepada saya mengenai hal keledai ini, melainkan ayat yang
tersendiri maknanya ini tetapi menghimpun segala macam persoalan, yaitu -yang
artinya-: "Barangsiapa yang mengerjakan seberat timbangan semut kecil dari
kebaikan, maka ia akan mengetahuinya dan barangsiapa yang mengerjakan seberat
timbangan semut kecil, dari kejelekan, maka ia akan mengetahuinya pula."
(az-Zalzalah: 7-8) (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaznya Imam Muslim. Alqa'
artinya ialah tempat yang rata dan luas dari bumi, sedang alqarqar ialah
licin.
Bab 217. Wajibnya Puasa Ramadhan, Uraian Keutamaan Berpuasa Dan Hal-hal Yang Berhubungan Dengan Puasa Itu
Allah Ta'ala berfirman: "Hai sekalian orang yang beriman! Diwajibkanlah puasa atas engkau semua sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang yang sebelum engkau semua itu," sampai kepada firmanNya: "Bulan Ramadhan yang di dalamnya itu diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk untuk semua manusia dan merupakan keterangan-keterangan dari petunjuk dan yang memperbedakan antara kebenaran dan kesesatan. Maka barangsiapa diantara engkau semua ada yang menyaksikan bulan Ramadhan, hendaklah berpuasa dan barangsiapa yang sakit atau datam perjalanan, maka berpuasalah menurut hitungan yang tidak dipuasainya itu pada hari-hari yang lain," sampai akhirnya ayat. (al-Baqarah: 183)
1212. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah 'Azzawajalla berfirman -dalam hadits qudsi-: "Semua amal perbuatan anak Adam -yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya. Puasa adalah sebagai perisai -dari kemaksiatan serta dari neraka-. Maka dari itu, apabila pada hari seseorang diantara engkau semua itu berpuasa, janganlah ia bercakap-cakap yang kotor dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki-maki oleh seorang atau dilawan dengan bermusuhan, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya saya adalah -sedang- berpuasa." Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya bau bacin dari mulut seorang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. Seorang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan dan ia dapat merasakan kesenangannya, yaitu apabila ia berbuka, iapun bergembiralah dan apabila telah bertemu dengan Tuhannya, iapun gembira dengan adanya amalan puasanya." (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaz riwayat Imam Bukhari. Dalam riwayat Imam Bukhari yang lain disebutkan: Allah berfirman dalam hadits qudsi: "Orang yang berpuasa itu meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena taat pada perintahKu -Allah-. Puasa adalah untukKu dan Aku akan memberikan balasannya, sedang sesuatu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat gandanya." Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Setiap amal perbuatan anak Adam -yakni manusia itu-, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya sehingga tujuh ratus kali lipatnya."Allah Ta'ala berfirman: "Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintahKu. Seorang yang berpuasa itu mempunyai dua macam kegembiraan, sekali kegembiraan di waktu berbukanya dan sekali lagi kegembiraan di waktu menemui Tuhannya. Sesungguhnya bau bacin mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi."
1213. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menafkahkan sepasang binatang -yakni dua ekor kuda-, lembu ataupun unta -dalam kepentingan fisabilillah-, maka ia akan dipanggil dari semua pintu syurga dengan ucapan: "Hai hamba Allah, inilah yang lebih baik." Maka jikalau seorang itu dari golongan ahli shalat, ia akan dipanggil dari pintu Shalat, barangsiapa yang termasuk dalam ahli jihad, ia akan dipanggil dari pintu Jihad, barangsiapa yang termasuk dalam ahli puasa, ia akan dipanggil dari pintu Rayyan -artinya puas atau kenyang minuman-, barangsiapa yang termasuk dalam ahli sedekah, maka ia dipanggil dari pintu Shadaqah." Abu Bakar r.a. berkata: "Biabi anta wa ummi ya Rasulullah, tidak ada kerugian sama sekali bagi seorang yang telah dipanggil dari pintu-pintu itu, tetapi apakah ada seorang yang dipanggil dari semua pintu itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, ada dan saya mengharapkan agar Anda termasuk dalam golongan orang yang dipanggil dari semua pintu tadi." (Muttafaq 'alaih)
1214. Dari Sahl bin Sa'ad r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya di dalam syurga itu ada sebuah pintu yang disebut pintu Rayyan -artinya-: Puas dan kenyang minum. Dari pintu ini masuklah semua orang yang berpuasa besok pada hari kiamat. Tidak ada seorang yang selain orang-orang yang berpuasa itu yang dapat masuk dari pintu itu. Dikatakanlah: "Manakah orang-orang yang berpuasa." Mereka itu lalu berdiri, lalu tidak seorangpun yang dapat masuk dari pintu Rayyan tadi selain orang-orang yang berpuasa. Jikalau mereka telah masuk seluruhnya, lalu pintu itupun ditutuplah, jadi tidak seorangpun lagi yang dapat memasukinya." (Muttafaq 'alaih)
1215. Dari Abu Said r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hambapun yang berpuasa sehari dengan niat fisabilillah -yakni semata-mata menuju kepada ketaatan kepada Allah-, melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya -yakni dirinya- karena puasanya tadi, sejauh perjalanan tujuh puluh tahun dari neraka." (Muttafaq 'alaih)
1216. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena didorong oleh keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosanya yang terdahulu." (Muttafaq 'alaih)
1217. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila bulan Ramadhan telah datang, maka dibukalah pintu-pintu syurga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan diikatlah semua syaitan." (Muttafaq 'alaih)
1218. Dari Abu
Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Berpuasalah karena
melihat -rukyah- bulan dan berbukalah karena melihat bulan. Maka apabila
terhalang oleh awan atasmu semua, maka sempurnakanlah hitungan bulan Sya'ban
sebanyak tiga puluh hari." (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Bukhari.
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Maka jikalau tertutup oleh awan atasmu
semua, maka berpuasalah sebanyak tiga puluh hari."
Bab 218. Dermawan Dan Melakukan Kebaikan Serta Memperbanyak Kebagusan Dalam Bulan Ramadhan Dan Menambahkan Amalan Itu Dari Yang Sudah-sudah Apabila Tiba Sepuluh Hari Terakhir Dari Ramadhan Itu
1219. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu adalah sedermawan-dermawannya para manusia dan lebih-lebih lagi kedermawaannya itu ialah dalam bulan Ramadhan ketika ditemui oleh Jibril. Jibril itu menemui beliau s.a.w. pada setiap malam bulan Ramadhan lalu membacakan al-Quran padanya. Maka sesungguhnya Rasulullah s.a.w. itu, ketika ditemui oleh Jibril, adalah lebih dermawan dalam memberikan kebaikan daripada angin yang dilepaskan tiupannya." (Muttafaq 'alaih)
1220. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. apabila telah masuk sepuluh hari
-yang terakhir dari Ramadhan- maka beliau s.a.w. menghidupkan malamnya -dengan
memperbanyakkan amalan ibadahnya-, juga membangunkan istrinya -agar ikut
memperbanyak amalannya- serta mengeraskan ikat pinggangnya -yakni sebagai kata
kinayah bahwa beliau s.a.w. menjauhi untuk berkumpul dengan istrinya-."
(Muttafaq 'alaih)
Bab 219. Larangan Mendahului Ramadhan Dengan Puasa Sesudah Pertengahan Sya'ban, Melainkan Bagi Orang Yang Mempersambungkan Dengan hari-hari Yang Sebelumnya Atau Tepat Pada Kebiasaan Yang Dilakukannya, Misalnya Bahwa Kebiasaannya Itu ialah Berpuasa Hari Senin Dan Kamis Lalu Bertepatan Dengan Itu
1221. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang diantara engkau semua itu mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari -sebelumnya-, kecuali kalau seseorang itu -sudah- biasa berpuasa tepat -pada- hari puasanya, maka hendaklah ia berpuasa pada hari itu." (Muttafaq 'alaih)
1222. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua berpuasa sebelum Ramadhan. Berpuasalah Ramadhan itu karena melihat -yakni rukyah- bulan dan berbukalah karena melihat bulan. Apabila terhalang di balik bulan itu oleh awan, maka sempurnakanlah hitungan -menjadi- tiga puluh hari." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1223. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila telah tertinggal separuh dari bulan Sya'ban, maka janganlah engkau berpuasa." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1224. Dari Abul
Yaqzhan, yaitu 'Ammar bin Yasir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Barangsiapa yang
berpuasa pada hari yang diragu-ragukan -pada- hari itu -yakni apakah masih
Sya'ban ataukah sudah masuk hari Ramadhan, maka ia telah bermaksiat kepada Abul
Qasim -yakni Nabi Muhammad s.a.w.-" Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan
Tirmidzi, dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
Bab 220. Apa Yang Diucapkan Di Waktu Melihat Bulan Sabit Yakni Rukyatul Hilal
1225. Dari Thalhah
bin Ubaidullah r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. itu apabila melihat bulan sabit
-yakni hilal-, maka mengucapkan -yang artinya-: "Ya Allah, keluarkanlah bulan
sabit itu dengan penuh keberkahan dan keimanan, keselamatan dan keIslaman".
-Ditujukan kepada sahabat-sahabatnya-: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Inilah
bulan sabit membawa petunjuk dan kebaikan." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan
ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Bab 221. Keutamaan Makan Sahur Dan Mengakhirkannya Selama Tidak Takut Menyingsingnya Fajar
1226. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bersahurlah engkau semua, karena sesungguhnya di dalam sahur itu ada keberkahannya." (Muttafaq 'alaih)
1227. Dari Zaid bin Tsabit r.a., katanya: "Kita bersahur bersama Rasulullah s.a.w. kemudian kita berdiri untuk melakukan shalat -yakni shalat Subuh-." Kepadanya ditanyakan: "Berapa jarak waktu antara keduanya itu?" Yakni antara selesainya sahur dengan berdirinya untuk shalat Subuh. Ia menjawab: "Kira-kira cukup membaca lima puluh ayat." (Muttafaq 'alaih)
1228. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu mempunyai dua orang juru adzan, yaitu Bilal dan Ibnu Ummi Maktum. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Bilal itu beradzan di waktu masih malam -yakni sebelum menyingsingnya fajar shadik-, maka makanlah dan minumlah engkau semua -untuk bersahur- sehingga Ibnu Ummi Maktum beradzan -sebagai tanda masuknya waktu Subuh-." Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma berkata: "Tidak ada jaraknya antara kedua orang juru adzan itu, melainkan kalau yang ini turun -yakni Bilal- lalu yang ini -yakni Ibnu Ummi Maktum- naik." Maksudnya jarak waktu antara keduanya itu tidak terlalu lama. (Muttafaq 'alaih)
1229. Dari 'Amr bin
al-'Ash r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pemisahan -yakni perbedaan-
antara puasa kita dengan puasanya kaum ahli kitab -yakni kaum Yahudi dan
Nasrani- itu ialah adanya makan sahur." (Riwayat Muslim)
Bab 222. Keutamaan Menyegerakan Berbuka Dan Apa Yang Dimakan Untuk Berbuka Itu Serta Apa Yang Diucapkan Setelah Selesai Berbuka
1230. Dari Sahl bin Sa'ad r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada henti-hentinya orang-orang itu memperoleh kebaikan, selama mereka itu suka menyegerakan berbuka." (Muttafaq 'alaih)
1231. Dari Abu 'Athiyah, katanya: "Saya dan Masruq masuk ke tempat Aisyah radhiallahu 'anha, laiu Masruq berkata padanya: "Ada dua orang lelaki dari sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. tidak melalaikan kebaikan, yang seorang menyegerakan Maghrib dan berbuka, sedang yang lainnya mengakhirkan Maghrib dan berbuka." Aisyah lalu bertanya: "Siapakah yang menyegerakan Maghrib dan berbuka?" Masruq menjawab: "Yaitu Abdullah -yang dimaksudkan Abdullah bin Mas'ud-." Aisyah radhiallahu 'anha lalu berkata: "Demikian itulah yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w." (Riwayat Muslim)
1232. Dari Abu Hurairah r.a., pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah 'Azzawajalla berfirman -dalam hadits qudsi-: "Yang paling saya cintai diantara hamba-hambaKu ialah yang lebih menyegerakan berbukanya." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. [Baca Status Hadits Disini]
1233. Dari Umar bin al-Khaththab r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila malam telah menghadap -yakni datang- dari sebelah ini -yakni dari sebelah timur- dan siang telah berlalu dari sebelah ini -yakni sebelah barat-, juga matahari telah terbenam, maka benar-benar sudah waktunyalah seorang yang berpuasa itu berbuka -yakni jangan menunggu lama lagi-. (Muttafaq 'alaih)
1234. Dari Abu Ibrahim yaitu Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita berjalan -yakni berpergian- bersama Rasulullah s.a.w. dan beliau s.a.w. berpuasa. Ketika matahari terbenam, lalu beliau bersabda kepada sebagian kaum -yang mengikuti perjalanan itu-: "Hai Fulan, turunlah lalu masaklah roti itu dengan air untuk kita." Orang itu berkata: "Andaikata sore hari nanti, tentunya lebih baik." Maksudnya: Oleh sebab tampak masih agak siang, maka alangkah baiknya kalau memasaknya itu menantikan agak sore sedikit. Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: "Turunlah lalu masaklah roti dengan air untuk kita." Orang itu berkata lagi: "Sesungguhnya hari ini masih siang bagi Tuan -guna berbuka-" Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Turunlah, lalu masaklah roti dengan air untuk kita." Yang meriwayatkan hadits ini berkata: "Orang yang disuruh tadi lalu turun, kemudian ia memasak roti dengan air untuk orang banyak. Rasulullah s.a.w. lalu minum kemudian bersabda: "Apabila engkau semua telah melihat waktu malam datang dari sebelah sini -yakni sebelah timur-, maka benar-benar sudah waktunyalah seorang yang berpuasa itu berbuka." Beliau bersabda demikian sambil menunjuk dengan tangannya ke arah sebelah timur. (Muttafaq 'alaih) Sabdanya: Ijdah dengan menggunakan Jim lalu dal lalu ha' yang keduanya muhmalah, artinya ialah campurlah roti sawiq dengan air.
1235. Dari Salman bin 'Amr ad-Dhahabi ash-Shahabi r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jikalau seorang diantara engkau semua berbuka, maka hendaklah berbuka atas kurma, tetapi apabila tidak menemukan kurma, maka hendaklah berbuka atas air, karena sesungguhnya air itu suci." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih. [Baca Status Hadits Disini]
1236. Dari Anas
r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu berbuka sebelum melakukan shalat -Maghrib-
atas beberapa buah kurma basah, tetapi apabila tidak ada kurma basah, maka
berbuka atas kurma biasa, tetapi apabila tidak ada kurma, maka beliau s.a.w.
minum beberapa teguk air." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi
dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Bab 223. Perintah Kepada Orang Yang Berpuasa Supaya Menjaga Lisan Dan Anggotanya Dari Perselisihan Dan Saling Bermaki-makian Dan Sebagainya
1237. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila pada hari seorang diantara engkau semua itu berpuasa, maka janganlah ia bercakap-cakap yang kotor dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki-maki oleh seorang atau dilawan bermusuhan, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya saya adalah -sedang- berpuasa." (Muttafaq 'alaih)
1238. Dari Abu
Hurairah r.a. pula, katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang tidak
meninggalkan kata-kata dusta dan tidak pula meninggalkan berkelakuan dengan
dasar dusta, maka tidak ada keperluannya bagi Allah dalam -perihal- ia
meninggalkan makan dan minumnya." Maksudnya: Di waktu berpuasa itu hendaknya
meninggalkan hal-hal di atas, agar berpahala puasanya tadi. (Riwayat
Bukhari)
Bab 224. Berbagai Masalah Dalam Puasa
1239. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Apabila seorang diantara engkau semua lupa -bahwa ia sedang berpuasa-, lalu ia makan atau minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya -yakni hal itu tidak membatalkan puasanya-, karena sesungguhnya Allah itulah yang memberinya makan dan juga minumnya." (Muttafaq 'alaih)
1240. Dari Laqith bin Shabirah r.a., katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, beritahukanlah padaku perihal berwudhu'." Beliau S.a.w. bersabda: "Sempurnakanlah wudhu' itu, sela-selailah dengan air antara jari-jari, persangatkanlah menghirup air dalam hidung, melainkan jikalau engkau dalam keadaan berpuasa." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1241. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. dicapai oleh fajar -yakni didahului oleh menyingsingnya fajar-, sedang beliau s.a.w. dalam keadaan berjanabat karena berkumpul dengan istrinya, lalu beliau s.a.w. mandi dan terus berpuasa." (Muttafaq 'alaih)
1242. Dari Aisyah
dan Ummu Salamah radhiallahu 'anhuma berkata: "Rasulullah s.a.w. berpagi-pagi
dalam keadaan berjanabat, bukannya karena bermimpi -maksudnya karena berkumpul
dengan istrinya-, kemudian beliau berpuasa." (Muttafaq 'alaih)
Bab 225. Keutamaan Berpuasa Dalam Bulan Muharram, Sya'ban Dan Bulan-bulan Yang Mulia -Asyhurul Hurum-
1243. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama berpuasa sesudah bulan Ramadhan ialah dalam bulan Allah yang dimuliakan -yakni Muharram- dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib ialah shaliatullail -yakni shalat sunnah di waktu malam-." (Riwayat Muslim)
1244. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Tidak pernah Nabi s.a.w. itu berpuasa dari sesuatu bulan lebih banyak daripada Sya'ban, karena beliau s.a.w. itu berpuasa dalam bulan Sya'ban itu seluruhnya." "Dalam suatu riwayat disebutkan: "Beliau s.a.w. itu berpuasa dalam bulan Sya'ban, melainkan sedikit sekali yang tidak -yakni sebagian besar dalam bulan ini dipuasai-." (Muttafaq 'alaih)
1245. Dari Mujibah
al-Bahiliyah dari ayahnya atau dari pamannya -yakni saudara lelaki dari
ayahnya-, bahwasanya ia -ayah atau pamannya itu- mendatangi Rasulullah s.a.w.
kemudian pergi lagi. Selanjutnya ia mendatangi Rasulullah s.a.w. lagi sesudah
setahun, tetapi hal ihwal serta keadaan tubuhnya telah berubah. Ia lalu berkata:
"Ya Rasulullah, apakah Tuan tidak mengenal lagi kepada saya?" Beliau s.a.w.
bertanya: "Siapakah engkau?" Ia menjawab: "Saya adalah al-Bahili yang datang
pada Tuan tahun yang lalu." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Apakah yang
menyebabkan perubahan dirimu, padahal engkau dahulu baik sekali keadaan
tubuhmu?" Ia menjawab: "Saya tidak pernah makan sesuatu makanan sejak saya
berpisah dengan Tuan dahulu, melainkan di waktu malam. Rasulullah s.a.w. lalu
bersabda: "Kalau begitu, engkau telah menyiksa dirimu sendiri," kemudian beliau
s.a.w. melanjutkan sabdanya: "Berpuasalah dalam bulan Shabar -yakni bulan
Ramadhan- dan sehari saja dalam setiap bulan lainnya." Ia berkata: "Tambahkanlah
itu untuk saya, sebab sesungguhnya saya masih ada kekuatan lebih dari itu."
Beliau s.a.w. bersabda: "Berpuasalah dua hari." Ia berkata: "Tambahkanlah!"
Beliau s.a.w. bersabda: "Berpuasalah tiga hari." Ia berkata: "Tambahkanlah!"
Beliau s.a.w. bersabda: "Berpuasalah pada bulan-bulan mulia -yaitu Rajab,
Zulqa'dah, Zulhijjah dan Muharram- dan tinggalkanlah, berpuasalah dari
bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan
tinggalkanlah." Beliau s.a.w. bersabda demikian dengan menunjukkan tiga buah
jari-jarinya lalu mengumpulkannya dan kemudian membukanya -maksudnya tiga hari
puasa lalu tiga hari tidak dan demikian seterusnya-. (Riwayat Abu Dawud)
Syahrush shabri atau bulan Shabar yakni bulan Ramadhan. [Baca Status Hadits Disini]
Bab 226. Keutamaan Berpuasa Dan Lain-lain Dalam Hari-hari Sepuluh Pertama Dari Bulan Zulhijjah
1246. Dari Ibnu
Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak ada
hari-hari yang mengerjakan amalan shalih pada hari-hari itu yang lebih dicintai
oleh Allah daripada hari-hari ini," yakni hari-hari sepuluh -yang pertama dari
Zulhijjah-. Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, apakah juga tidak lebih
dicintai oleh Allah guna mengerjakan jihad fisabilillah?" maksudnya: Untuk
mengerjakan jihad, apakah tidak lebih dicintai oleh Allah kalau dilakukan dalam
hari-hari selain hari-hari pertama dari bulan Zulhijjah itu. Beliau s.a.w.
menjawab: "Tidak lebih dicintai oleh Allah pada hari-hari selain hari-hari
sepuluh itu untuk berjihad fisabilillah, kecuali seorang yang keluar dengan
dirinya dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan membawa sesuatu apapun dari
yang tersebut -yakni setelah berjihad lalu mati syahid-. (Riwayat
Bukhari)
Bab 227. Keutamaan Berpuasa Pada Hari Arafah, 'Asyura Dan Tasu'a
1247. Dari Abu Qatadah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya perihal berpuasa pada hari Arafah -yaitu tanggal 9 Zulhijjah-. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Puasa pada hari itu dapat menutupi dosa pada tahun yang lampau serta tahun yang akan datang." (Riwayat Muslim)
1248. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berpuasa pada hari 'Asyura -yaitu tanggal 10 bulan Muharram- dan memerintahkan -umatnya- untuk berpuasa pada hari itu pula. (Muttafaq 'alaih)
1249. Dari Abu Qatadah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. ditanya perihal berpuasa pada hari 'Asyura -tanggal 10 Muharram-, Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Puasa pada hari itu dapat menutupi dosa tahun yang lampau." (Riwayat Muslim)
1250. Dari Ibnu
Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya
jikalau saya masih tetap hidup sampai tahun depan, tentulah saya akan berpuasa
pada hari kesembilan -pada bulan Muharram yakni Tasu'a.-" (Riwayat
Muslim)
Bab 228. Sunnahnya Berpuasa Enam Hari Di Bulan Syawal
1251. Dari Abu Ayyub r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa berpuasa dalam bulan Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia adalah seperti berpuasa setahun penuh." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Puasa enam hari di
bulan Syawal itu boleh di permulaan bulan yakni pada tanggal 2 sampai dengan 7
Syawal dan boleh pula di pertengahan atau di akhir bulan. Jadi asalkan bulan
Syawal boleh. Boleh pula dipersambungkan atau dipisah-pisahkan, seperti
dilakukan pada tanggal 2, 5, 10, 20, 26 dan 28 Syawal. Tetapi tanggal 1 Syawal
jangan digunakan untuk berpuasa, sebab itu hari Idul fitri dan haram berpuasa di
dalamnya.
Bab 229. Sunnahnya Berpuasa Pada Hari Senin Dan Kamis
1252. Dari Abu Qatadah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. ditanya perihal berpuasa pada hari Senin, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Itu adalah hari yang saya dilahirkan di dalamnya dan hari yang saya diangkat sebagai Rasul atau hari yang pada saya diturunkan al-Quran." (Riwayat Muslim)
1253. Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w. katanya: "Ditunjukkanlah amalan-amalan itu -oleh para malaikat kepada Allah Ta'ala pada hari Senin dan Kamis, maka saya senang jikalau amalanku itu ditunjukkan, sedang saya dalam keadaan berpuasa." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan, hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, tanpa menyebutkan berpuasa.
1254. Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. berusaha keras untuk berpuasa
pada hari Senin dan Kamis -karena besarnya keutamaan yang terdapat di
dalamnya-." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah
Hadis hasan.
Bab 230. Sunnahnya Berpuasa Tiga Hari Dalam Setiap Bulan
Yang lebih utama sekali ialah berpuasa tiga hari itu dijatuhkan dalam hari-hari bidh -yang artinya putih- yakni pada tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas -pada sistem penanggalan hijriyah, bukan sistem penanggalan masehi-. Ada yang mengatakan yaitu tanggal dua belas, tiga belas dan empat belas, tetapi yang shahih dan masyhur ialah pendapat yang pertama.
1255. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya diwasiati oleh kekasihku -yakni Nabi Muhammad s.a.w.- dengan tiga macam perkara, yaitu berpuasa tiga hari dari setiap bulan, melakukan dua rakaat shalat sunnah Dhuha dan supaya saya shalat witir sebelum saya tidur." (Muttafaq 'alaih)
1256. Dari Abuddarda' r.a., katanya: "Saya diwasiati oleh kekasihku -yakni Nabi Muhammad s.a.w.- dengan tiga macam perkara. Saya sama sekali tidak akan meninggalkannya selama saya hidup, yaitu berpuasa tiga hari dari tiap-tiap bulan, melakukan shalat sunnah Dhuha dan supaya saya tidak tidur dulu sebelum saya shalat witir." (Riwayat Muslim)
1257. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Berpuasa tiga hari dari tiap-tiap bulan adalah sama dengan berpuasa setahun penuh." (Muttafaq 'alaih)
1258. Dari Mu'adzah al-'Adawiyah, bahwasanya ia bertanya kepada Aisyah radhiallahu 'anha: "Apakah Rasulullah s.a.w. itu berpuasa sebanyak tiga hari dari setiap bulan?" Aisyah radhiallahu anha menjawab: "Ya." Saya -Mu'adzah- bertanya: "Dari bulan apa saja beliau s.a.w. berpuasa?" Aisyah menjawab: "Beliau tidak memperdulikan dari bulan manakah beliau berpuasa itu." (Riwayat Muslim)
1259. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau berpuasa tiga hari dari sesuatu bulan, maka berpuasalah pada tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
1260. Dari Qatadah bin Milhan r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. memerintahkan kepada kita untuk berpuasa dalam hari-hari bidh -yang artinya putih-, yaitu pada tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas." (Riwayat Abu Dawud)
1261. Dari Ibnu
Abbas radhiallahu 'anhuma: "Rasulullah s.a.w. itu tidak berbuka -yakni Beliau
berpuasa- pada hari-hari bidh -yang artinya putih-, baik beliau s.a.w. berada di
rumah ataupun di dalam perjalanan." Diriwayatkan oleh Imam Nasa'i dengan isnad
yang baik.
Bab 231. Keutamaan Orang Yang Memberi Makanan Untuk Berbuka Kepada Orang Yang Berpuasa, Keutamaan Orang Berpuasa Yang Dimakan Makanannya Di Sisinya Dan Doanya Orang Yang Makan Kepada Orang Yang Makanannya Dimakan Di Sisinya Itu
1262. Dari Zaid bin Khalid al-Juhani r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka ia memperoleh seperti pahala orang yang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa -yang diberi makan tadi-." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1263. Dari Ummu Umarah al-Anshariyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. masuk di tempatnya, lalu ia menghidangkan sesuatu makanan kepada beliau s.a.w., kemudian beliau bersabda: "Makanlah!" Ummu Umarah berkata: "Sesungguhnya saya ini berpuasa." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya orang yang berpuasa itu dimohonkan kerahmatan oleh para malaikat, apabila ada orang yang makan makanannya di sisinya -yakni di tempatnya orang yang berpuasa tadi-, sehingga mereka selesai." Mungkin beliau s.a.w. bersabda: "Sampai orang-orang itu kenyang." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. [Baca Status Hadits Disini]
1264. Dari Anas
r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. datang kepada Sa'ad bin Ubadah r.a., lalu Sa'ad
menyuguhkan roti dan minyak, kemudian beliau s.a.w. makan. Setelah selesai
beliau s.a.w. mengucapkan doa -yang artinya-: "Orang-orang yang berpuasa telah
berbuka di tempatmu dan orang-orang yang berbakti telah makan makananmu dan para
malaikat memohonkan kerahmatan atasmu." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan
isnad shahih.
Bab 232. I'tikaf
1265. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu mengerjakan i'tikaf pada sepuluh hari yang penghabisan dari bulan Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)
1266. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. mengerjakan i'tikaf pada sepuluh hari penghabisan dari bulan Ramadhan, hingga Allah 'Azzawajalla mewafatkannya, kemudian beri'tikaflah para istri beliau s.a.w. itu sesudahnya." (Muttafaq 'alaih)
1267. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. itu mengerjakan i'tikaf dalam setiap bulan
Ramadhan sebanyak sepuluh hari. Ketika pada tahun beliau s.a.w. dicabut ruhnya
-yakni tahun wafatnya-, maka beliau s.a.w. mengerjakan i'tikaf sebanyak dua
puluh hari." (Riwayat Bukhari)
Bab 233. Haji
Allah Ta'ala berfirman: "Allah mewajibkan atas semua manusia melakukan ibadah haji Baitullah, yaitu kepada orang yang kuasa mengadakan perjalanan ke situ. Barangsiapa yang kafir, maka sesungguhnya Allah itu Maha kaya -yakni tidak membutuhkan- dari alam semesta." (Ali-Imran: 97)
1268. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, bahwasanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Islam didirikan atas lima perkara, yaitu menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah dan berpuasa dalam bulan Ramadhan." (Muttafaq ‘alaih)
1269. Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya: "Rasulullah s.a.w. berkhutbah kepada kita lalu bersabda: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah mewajibkan atasmu semua akan beribadah haji, maka kerjakanlah ibadah haji itu." Kemudian ada seorang lelaki bertanya: "Apakah itu untuk setiap tahun, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. berdiam saja -yakni tidak menjawab pertanyaannya tadi- kemudian orang itu menanyakannya sampai tiga kali. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Jikalau saya menjawab: "Ya," sesungguhnya beribadah haji akan menjadi wajib setiap setahun sekali, dan tentu engkau semua tidak akan kuasa mengerjakannya." Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Tinggalkanlah aku -yakni janganlah menanyakan padaku- apa-apa yang saya tinggalkan untukmu semua -yakni apa-apa yang tidak saya sebutkan-. Sesungguhnya yang menyebabkan rusaknya orang-orang yang sebelummu semua itu ialah karena mereka terlampau banyak bertanya dan senantiasa menyalahi pada Nabi-nabi mereka. Maka dari itu, apabila saya memerintahkan kepadamu semua dengan sesuatu perkara, lakukanlah itu sekuat tenaga yang ada padamu semua dan jikalau saya melarang engkau semua dari sesuatu perkara, maka tinggalkanlah itu." (Riwayat Muslim)
1270. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya: "Amalan manakah yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Beriman kepada Allah dan RasulNya." Ditanya lagi: "Kemudian apakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Jihad fisabilillah." Ditanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Haji yang mabrur." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Mabrur artinya ialah orang yang mengerjakan haji itu tidak melakukan sesuatu kemaksiatan di dalamnya, dan amal ibadah setelah berhaji lebih baik daripada keadaannya sebelum berhaji.
1271. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa mengerjakan haji, lalu ia tidak berbuat kelalaian dan tidak pula mengerjakan dosa -yakni kemaksiatan besar atau yang kecil secara berulang kali-, maka ia akan kembali dari ibadah hajinya itu sebagaimana pada hari ia dilahirkan oleh ibunya -yakni tidak ada dosa dalam dirinya sama sekali-." (Muttafaq 'alaih)
1272. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Umrah ke umrah yang berikutnya adalah menjadi penutup dosa dalam waktu antara dua kali umrahan itu, sedang haji mabrur -lihat keterangannya dalam hadits 1270 diatas-, maka tidak ada balasan bagi yang melakukannya itu melainkan syurga." (Muttafaq 'alaih)
1273. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, kita mengetahui bahwa jihad adalah seutama-utama amalan. Maka dari itu, apakah kita -kaum wanita- tidak baik mengikuti jihad?" Beliau s.a.w. lalu menjawab: "Bagi engkau semua -kaum wanita-, maka sebaik-baiknya jihad ialah mengerjakan haji yang mabrur" -lihat hadits no.1270 diatas tentang arti mabrur-. (Riwayat Bukhari)
1274. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada suatu haripun yang di situ Allah lebih banyak memerdekakan hambaNya dari siksa api neraka daripada hari Arafah." (Riwayat Muslim)
1275. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Mengerjakan umrah dalam bulan Ramadhan itu menyamai pahalanya dengan sekali haji atau sekali haji beserta saya." (Muttafaq 'alaih)
1276. Dari Ibnu Abbas r.a. pula bahwasanya ada seorang wanita berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya kewajiban dari Allah atas sekalian hamba-hambaNya yang berhubungan dengan ibadah haji itu telah menemui ayahku dan beliau sudah menjadi seorang tua yang lanjut usianya, juga tidak dapat menetap untuk duduk dalam kendaraan -maksudnya tidak kuat mengadakan perjalanan-. Maka apakah boleh saya mengerjakan haji untuknya -yakni saya yang beribadah haji, sedang pahalanya ayah yang mendapatkan-." Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, boleh." (Muttafaq 'alaih)
1277. Dari Laqith bin 'Amir r.a. bahwasanya ia mendatangi Nabi s.a.w., lalu berkata: "Sesungguhnya ayahku itu seorang yang sudah tua lagi lanjut usianya. Ia tidak dapat mengerjakan haji dan tidak dapat melakukan umrah serta tidak kuasa berpergian, bagaimanakah itu?" Beliau s.a.w. bersabda: "Beribadah hajilah untuk ayahmu itu serta berumrah pulalah!" Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1278. Dari as-Saib bin Yazid r.a., katanya: "Saya diikutkan untuk beribadah haji beserta Rasulullah s.a.w. dalam haji wada' -haji Nabi s.a.w. yang terakhir sebagai mohon diri- dan saya di waktu itu berusia tujuh tahun." (Riwayat Bukhari)
1279. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bertemu sekelompok para penaik kendaraan di Rawha', lalu beliau s.a.w. bertanya: "Siapakah kaum -yakni orang-orang- ini?" Mereka menjawab: "Kita kaum Muslimin." Mereka bertanya: "Siapakah Anda?" Beliau s.a.w. menjawab: "Saya Rasulullah." Kemudian ada seorang wanita yang mengangkat seorang anak bayi lalu bertanya: "Apakah anak ini boleh beribadah haji -maksudnya: Kalau beribadah haji, apakah sudah dapat pahala?-" Rasulullah s.a.w. lalu menjawab: "Ya dan untukmu -yakni untuk orangtuanya- juga ada pahalanya." (Riwayat Muslim)
1280. Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. beribadah haji di atas kendaraan dan itu adalah unta muatan milik beliau." (Riwayat Bukhari) Zamilah adalah unta yang digunakan untuk membawa beban atau muatan, jadi bukan untuk perahan, sembelihan dan lain-lain. Pada umumnya yang digunakan untuk membawa beban digunakan pula untuk ditunggangi orang, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi s.a.w. yang diceritakan dalam hadits di atas.
1281. Dari Ibnu
Abbas radhiallahu'anhuma, katanya: '"Ukadz, Mijannah dan Zulmajaz adalah
merupakan pasar-pasar di zaman Jahiliyah, lalu orang-orang sama merasa akan
memperoleh dosa jikalau berdagang pada musim-musim pasaran itu, kemudian
turunlah ayat -yang artinya-: "Tidak ada dosanya atas engkau semua jikalau
engkau semua mencari keutamaan rezeki dari Tuhan mu semua," -yakni berdagang
dalam musim-musim haji-. (Riwayat Bukhari)
Bab 234. Jihad
Allah Ta'ala berfirman: "Dan perangilah kaum musyrikin itu seluruhnya sebagaimana mereka memerangi engkau semua seluruhnya pula dan ketahuilah bahwasanya Allah itu beserta orang-orang yang bertaqwa." (at-Taubah: 36)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Diwajibkan padamu sekalian berperang, sedang perang itu suatu hal yang dibenci olehmu semua dan barangkali engkau semua membenci sesuatu, padahal ia adalah lebih baik untukmu semua, juga barangkali engkau semua senang pada sesuatu, padahal ia adalah lebih buruk untukmu semua. Allah adalah Maha Mengetahui, sedangkan engkau semua tidak mengetahui." (al-Baqarah: 216)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Berangkatlah engkau semua, dengan rasa ringan atau berat dan berjihadlah dengan harta-harta dan dirimu semua fisabilillah." (at-Taubah: 41)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan memberikan syurga untuk mereka, mereka berperang fisabilillah, sebab itu mereka dapat membunuh dan dibunuh, menurut janji yang sebenarnya dari Allah yang disebutkan dalam Taurat, Injil dan al-Quran. Siapakah yang lebih dapat memenuhi janjinya daripada Allah? Oleh sebab itu, bergembiralah engkau semua dengan perjanjian yang telah engkau semua perbuat dan yang sedemikian itu adalah suatu keuntungan yang besar." (at-Taubah: 111)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Tidaklah sama antara orang-orang yang duduk-duduk -di rumah yakni tidak mengikuti peperangan- dari golongan kaum mu'minin yang bukan karena keuzuran, dengan orang-orang yang berjihad fisabilillah dengan barta-harta dan dirinya. Allah melebihkan tingkatan orang-orang yang berjihad dengan harta-harta dan dirinya itu daripada orang-orang yang duduk-duduk tadi. Kepada masing-masing dari kedua golongan itu, Allah telah menjanjikan kebaikan dan Allah lebih mengutamakan orang-orang yang berjihad daripada orang-orang yang duduk-duduk dengan pahala yang besar, yaitu berupa derajat-derajat -yang tinggi, juga pengampunan dan kerahmatan daripadaNya dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (an-Nisa': 95-96)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Hai sekalian orang-orang yang beriman. Sukakah kalau saya tunjukkan kepadamu semua akan sesuatu perdagangan yang dapat menyelamatkan engkau semua dari siksa yang menyakitkan? Yaitu supaya engkau semua beriman kepada Allah dan RasulNya dan pula berjihad fisabilillah dengan harta-harta dan dirimu semua. Yang sedemikian itu adalah lebih baik untukmu semua, jikalau engkau semua mengetahui. Allah juga akan mengampunkan dosa-dosamu semua serta memasukkan engkau semua dalam syurga-syurga yang mengalirlah sungai-sungai di bawahnya, demikian pula beberapa tempat tinggal yang indah di syurga 'Adn -kesenangan yang kekal- dan yang sedemikian itu adalah suatu keuntungan yang besar. Ada pula pemberian-pemberian yang lain-lain yang engkau semua mencintainya, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman." (as-Shaf: 10-13)
Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali dan masyhur-masyhur. Adapun Hadis-hadis yang menguraikan keutamaan jihad ini lebih banyak untuk dapat diringkaskan, diantara Hadis-hadis itu ialah:
1282. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya: "Amalan apakah yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Beriman kepada Allah dan RasulNya." Beliau s.a.w. ditanya lagi: "Kemudian amalan apakah?" Beliau menjawab: "Yaitu jihad fisabilillah." Beliau s.a.w. ditanya lagi: "Kemudian amalan apakah?" Beliau menjawab: "Yaitu haji yang mabrur" -lihat hadits no.1270 perihal arti mabrur. (Muttafaq 'alaih)
1283. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, amalan manakah yang lebih dicintai oleh Allah Ta'ala?" Beliau s.a.w. menjawab: "Shalat tepat pada waktunya." Saya bertanya lagi: "Kemudian amalan apakah?" Beliau menjawab: "Yaitu berbakti kepada kedua orangtua." Saya bertanya lagi: "Kemudian amalan apakah?" Beliau menjawab: "Yaitu jihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)
1284, Dari Abu Zar r.a., katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, amalan apakah yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu beriman kepada Allah dan berjihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)
1285. Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya sekali berangkat untuk berperang fisabilillah, di waktu pagi ataupun sore itu adalah lebih baik nilainya daripada dunia dan segala apa yang ada di dalamnya ini -yakni dari harta benda di dunia dan seisinya ini." (Muttafaq 'alaih)
1286. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu berkata: "Manusia manakah yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu orang mu'min yang berjihad fisabilillah dengan diri dan hartanya." Ia bertanya lagi: "Kemudian siapakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu orang mu'min yang -memencilkan dirinya- dalam suatu jalanan di gunung - maksudnya suatu tempat diantara dua gunung yang dapat digunakan sebagai kediaman -dari beberapa tempat di gunung-, untuk menyembah kepada Allah dan meninggalkan para manusia dari kejelekannya diri sendiri." -Jadi mengasingkan diri dari orang banyak sehingga tidak akan sampailah kejelekannya diri sendiri itu kepada orang-orang banyak tadi-. (Muttafaq 'alaih)
1287. Dari Sahl bin Sa'ad r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bertahan -yakni tetap berdiam di dalam posnya bagi tentara- selama sehari fisabilillah adalah lebih baik daripada dunia dan segala sesuatu yang ada di atasnya. Tempat cemeti seorang diantara engkau semua dari syurga itu lebih baik daripada dunia dan segala sesuatu yang ada di atasnya. Juga sekali berangkat yang dilakukan oleh seorang hamba untuk berperang fisabilillah, baik di waktu pagi ataupun sore, adalah lebih baik daripada dunia dan segala sesuatu yang ada di atasnya." (Muttafaq 'alaih)
1288. Dari Salman r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bertahan -yakni tetap berdiam dalam posnya bagi tentara- selama sehari semalam -fisabilillah- adalah lebih baik daripada berpuasa sebulan serta beramal ibadah di situ, jikalau ia meninggal dunia, maka diberi pahalalah amalnya yang sudah ia kerjakan, juga diberikan pula rezekinya -yakni dalam syurga sebagaimana orang yang mati syahid- dan aman dari hal-hal yang menyebabkan fitnah -siksa dalam kubur-." (Riwayat Muslim)
1289. Dari Fadhalah bin 'Ubaid r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Setiap mayit itu dihabiskan atas amalnya -sebagai yang sudah ada saja-, melainkan orang yang bertahan dalam peperangan fisabilillah, karena sesungguhnya orang ini, amalannya itu tetap berkembang sampai hari kiamat dan ia diamankan dari fitnah kubur." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1290. Dari Usman r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bertahan -tetap berdiam di posnya bagi tentara- selama sehari fisabilillah adalah lebih baik daripada seribu hari yang selainnya itu dari beberapa tempat yang ada." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1291. Dari Abu Hurairah r.a., pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah memberikan jaminan kepada orang yang keluar untuk berjihad fisabilillah, sedang tidak ada yang menyebabkan ia keluar itu kecuali untuk berjihad dalam agamaKu -agama Allah-, beriman kepadaKu, mempercayai Rasul-rasulKu, maka Allah menjamin orang tersebut bahwa Aku -Allah- akan memasukkannya dalam syurga, atau akan Aku kembalikan orang itu ke rumahnya yang ia keluar daripadanya itu dengan memperoleh pahala atau ghanimah -harta rampasan-. Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, tiada suatu lukapun yang dikenakan lukanya itu ketika berjihad fisabililiah, melainkan akan datanglah pada hari kiamat sebagaimana keadaannya di waktu dilukainya dulu, warnanya adalah seperti warna darah, sedangkan baunya adalah seperti bau minyak kasturi. Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, andaikata tidak menyebabkan rasa berat bagi kaum Muslimin, sesungguhnya saya tidak akan duduk di belakang sesuatu pasukan yang berangkat berperang fisabilillah untuk selama-lamamya -yakni beliau s.a.w. akan terus mengikuti peperangan dan tidak suka ditinggalkan, andaikata hal itu tidak menjadikan rasa berat bagi umat Islam-, tetapi saya tidak memperoleh kelonggaran, lalu saya dapat membawa -yakni memimpin- mereka dan merekapun tidak memperoleh kesempatan dan dirasakan berat atas mereka kalau mereka tertinggal daripadaku. Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya saya senang sekali kalau saya berperang fisabilillah, lalu saya dibunuh, kemudian saya berperang lagi terus dibunuh lagi, selanjutnya berperang lagi terus dibunuh lagi." Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari meriwayatkan sebagian daripadanya.
1292. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorangpun yang terluka, yaitu yang dilukai ketika melakukan peperangan fisabilillah, melainkan ia akan datang pada hari kiamat, sedang lukanya itu masih berdarah. Warnanya adalah warna darah dan baunya adalah bau minyak kasturi." (Muttafaq 'alaih)
1293. Dari Mu'az r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang berperang fisabilillah, yaitu dari golongan orang Islam, sepanjang jarak waktu antara dua perahan susu unta -yakni sekalipun waktunya hanya sebentar sekali-, maka wajiblah baginya itu syurga. Juga barangsiapa yang dilukai dengan sesuatu luka ketika mengadakan peperangan fisabilillah ataupun terkena kesusahan dengan satu macam kesusahan, maka sesungguhnya apa yang dialaminya itu akan datang sederas apa yang pernah terjadi. Warnanya adalah seperti minyak za'faran sedang baunya adalah seperti bau minyak kasturi." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1294. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang lelaki dari sahabat-sahabatnya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui suatu tempat di pegunungan yang di situ terdapatlah sebuah mata air kecil dari air tawar, lalu merasa heran dengan itu -yakni ia ingin sekali menempatinya-. Ia berkata: "Andaikata saya memencilkan diri di sini dari orang banyak, kemudian saya berdiam di sini -tentulah lebih senang-. Tetapi sama sekali saya tidak akan melakukan kehendakku ini sehingga saya akan meminta izin dulu kepada Rasulullah s.a.w. Hal itu disebutkan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau lakukan itu, sebab sesungguhnya berdirinya salah seorang diantara engkau semua untuk melakukan perang fisabilillah itu adalah lebih utama daripada shalatnya dalam rumahnya sendiri selama tujuh puluh hari. Tidakkah engkau semua ingin kalau Allah memberikan pengampunan padamu semua serta memasukkan engkau semua dalam syurga? Untuk memperoleh itu, berperanglah engkau semua fisabilillah. Barangsiapa yang berperang fisabilillah dalam jarak waktu antara dua kali perahan susu unta -yakni sekalipun dalam waktu yang amat sebentar-, wajiblah baginya itu syurga." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. Alfuwaq ialah jarak waktu antara dua kali perahan susu.
1295. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ditanyakan kepada Rasulullah s.a.w.: "Ya Rasulullah, apakah amalan yang menyamai jihad fisabilillah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak akan kuat engkau semua melakukannya." Mereka -yakni para sahabat- mengulangi pertanyaannya tadi sampai dua atau tiga kali. Semuanya itu oleh beliau s.a.w. hanya dijawab: "Engkau semua tidak akan kuat melakukannya." Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Perumpamaan orang yang berjihad fisabilillah itu ialah seperti orang yang berpuasa, yang bersungguh-sungguh ibadahnya, yang taat dalam melaksanakan ayat-ayat Allah, tidak lalai sedikitpun dari shalat dan puasanya, sehingga orang yang berjihad itu kembali." (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaznya Imam Muslim. Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan: Ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya akan sesuatu amalan yang pahalanya menyamai jihad!" Beliau s.a.w. bersabda: "Saya tidak menemukannya." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Adakah engkau kuat kalau sekiranya orang yang berjihad itu keluar lalu engkau masuk dalam masjidmu, kemudian engkau terus mendirikan ibadah dan tidak lalai sedikitpun, juga dengan berpuasa dan tidak pernah berbuka?" Orang itu lalu berkata: "Siapakah yang kuat melakukan seperti itu."
1296. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Setengah daripada sebaik-baik keadaan kehidupan para manusia ialah seorang yang memegang kendali kudanya untuk melakukan peperangan fisabilillah, ia terbang di atas punggungnya. Setiap kali ia mendengar suara gemuruh atau suara dahsyat di medan peperangan itu, ia segera terbang ke sana untuk mencari supaya terbunuh atau kematian yang disangkanya bahwa di tempat suara gemuruh itulah tempatnya. Atau seorang yang memelihara kambing di puncak gunung dari beberapa puncak gunung yang ada, ataupun di suatu lembah dari beberapa lembah ini. Ia mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta menyembah Tuhannya sehingga ia didatangi oleh keyakinan -yakni kematian-. Tidak ada dari para manusia itu kecuali dalam kebaikan." (Riwayat Muslim)
1297. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w, bersabda: "Sesungguhnya dalam syurga itu ada seratus derajat yang disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang berjihad fisabilillah, jarak antara kedua derajat itu adalah sebagaimana jarak antara langit dan bumi." (Riwayat Bukhari)
1298. Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang ridha dengan Allah sebagai Tuhan dan dengan Muhammad sebagai Rasul, maka wajiblah baginya itu syurga." Abu Said merasa terpesona dengan sabda beliau s.a.w. ini, lalu berkata: "Ulangilah lagi sabda itu, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. mengulangi sabdanya itu kembali, kemudian melanjutkan sabdanya: "Dan ada yang selainnya itu, Allah mengangkat dengannya pada seorang hamba seratus derajat dalam syurga, jarak antara kedua derajat itu adalah sebagaimana jarak antara langit dan bumi." Abu Said bertanya: "Amalan apakah itu, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu berjihad fisabilillah, sekali lagi berjihad fisabilillah." (Riwayat Muslim)
1299. Dari Abu Bakar bin Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Saya mendengar ayah saya r.a., di waktu ia sedang berada di hadapan musuh, ia berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya pintu-pintu syurga itu ada di bawah naungan pedang-pedang." Lalu ada seorang lelaki yang kurang teratur keadaan pakaiannya, lalu berkata: "Hai Abu Musa, adakah Anda mendengar sendiri Rasulullah s.a.w. bersabda sedemikian itu?" Ia menjawab: "Ya." Orang itu lalu kembali ke tempat kawan-kawannya lalu berkata: "Saya mengucapkan salam sejahtera kepadamu semua." Kemudian ia mematahkan rangka -bungkus/sarung- pedangnya lalu melemparkannya, selanjutnya berjalanlah ia dengan membawa pedangnya ke tempat musuh, terus memukul dengan pedangnya tadi sehingga ia terbunuh." (Riwayat Muslim)
1300. Dari Abu 'Abs yaitu Abdur Rahman bin Jabr r.a., katanya: 'Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah kedua kaki seorang hamba itu berdebu karena melakukan peperangan fisabilillah, lalu akan disentuh oleh api neraka." (Riwayat Bukhari)
1301. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak akan masuk neraka seorang yang menangis karena ketakutannya kepada Allah, sehingga air susu kembali dalam tetek. Tidak pula akan berkumpul pada seorang hamba debu karena melakukan peperangan fisabilillah dan asap neraka Jahanam." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1302. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada dua macam mata yang tidak akan disentuh oleh neraka, yaitu mata yang menangis karena ketakutan kepada Allah dan mata yang pada malam hari menjaga -dari kedatangan musuh- dalam melakukan peperangan fisabilillah." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1303. Dari Zaid bin Khalid r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang memberikan persiapan -seperti kendaraan, bekal, senjata dan lain-lain- kepada seorang yang melakukan peperangan fisabilillah, maka orang itu dianggap ikut berperang. Juga barangsiapa yang berlaku sebagai pengganti kepada seorang yang berperang fisabilillah -dalam keluarganya- seperti membantu kehidupan keluarga yang ditinggalkan itu -dengan memberikan kebaikan- nafkah dan segala macam kebutuhan keluarga itu, maka orang yang sedemikian juga dianggap ikut berperang." (Muttafaq 'alaih)
1304. Dari Abu Umamah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berabda: "Seutama-utama sedekah ialah memberikan naungan kemah untuk peperangan fisabilillah, juga memberikan pelayan kepada orang yang berperang fisabilillah -untuk menjadi pelayannya- dan pula memberikan unta yang cukup dewasa untuk dikumpuli oleh unta lelaki, guna kepentingan peperangan fisabilillah." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1305. Dari Anas r.a. bahwasanya ada seorang pemuda dari suku Aslam berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya menghendaki untuk mengikuti peperangan, tetapi saya tidak mempunyai bekal yang dapat saya sediakan bersamaku." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Datanglah pada si Fulan, karena sesungguhnya ia sudah bersiap-siap kemudian ia sakit." Pemuda itu mendatangi orang yang sakit, lalu berkata: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. menyampaikan salam pada Anda dan beliau s.a.w. bersabda supaya Anda memberikan pada saya persiapan yang sudah Anda sediakan -untuk mengikuti peperangan." Orang itu lalu berkata -kepada pelayan wanitanya-: "Hai Fulanah, berikanlah pada pemuda ini apa-apa yang sudah saya siapkan dan jangan engkau tahan sedikitpun daripadanya -yakni berikan sajalah semuanya-. Demi Allah, tidak ada sesuatupun yang engkau tahan, lalu akan diberi keberkahan oleh Allah dalam benda itu." (Riwayat Muslim)
1306. Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan pasukan ke tempat Banu Lahyan, lalu bersabda: "Hendaklah dari setiap dua orang itu, salah seorang saja yang ikut dalam pasukan yang dikirimkan, sedang pahala adalah antara keduanya." Ini jikalau yang tidak ikut itu memberikan kelengkapan seperlunya kepada yang hendak ikut berangkat. (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: "Hendaklah dari setiap dua orang, seorang saja yang keluar." Kemudian beliau s.a.w. bersabda kepada orang yang duduk -yakni tertinggal: "Mana saja orang diantara engkau semua yang berlaku sebagai pengganti dari orang yang ikut keluar berperang -fisabilillah- baik dalam urusan keluarga dan hartanya dengan baik-baik, maka bagi orang yang tidak mengikutinya tadi adalah pahala sebanyak separuh dari pahala orang yang ikut keluar berperang." Maksudnya ikut mengurusi keluarga orang yang berperang dengan memberikan nafkah dan apa saja yang menjadi kebutuhan keluarga itu.
1307. Dari al-Bara' r.a., katanya: "Ada seorang lelaki dengan berselubung besi -di kepalanya dan bersenjata- datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Ya Rasulullah, saya berperang atau masuk Islam dulu?" Beliau s.a.w. bersabda: "Masuklah dalam Agama Islam dulu kemudian berperanglah!" Orang itu lalu masuk Islam kemudian berperang lalu terbunuh. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Orang itu beramal hanya sedikit, dan diberi pahala banyak." (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaznya Imam Bukhari.
1308. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Tiada seorangpun yang masuk syurga lalu ingin kembali ke dunia lagi, sedangkan ia tidak mempunyai sesuatu apapun di atas bumi itu, melainkan orang yang mati syahid. Ia mengharap-harapkan kiranya dapat kembali ke dunia lalu dibunuh sampai sepuluh kali karena ia mengetahui kemuliaan mati syahid itu." Dalam riwayat lain disebutkan: "Karena ia mengetahui keutamaan mati syahid itu." (Muttafaq 'alaih)
1309. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah memberikan pengampunan kepada orang yang mati syahid, yaitu segala sesuatu yang menjadi dosanya, melainkan hutang." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: "Mati dalam peperangan fisabilillah itu dapat menutupi segala macam dosa, melainkan hutang."
1310. Dari Abu Qatadah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. berdiri di hadapan orang banyak lalu menyebut-nyebutkan bahwasanya jihad fisabilillah dan keimanan kepada Allah itu adalah seutama-utama amal perbuatan. Kemudian ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau saya terbunuh dalam melakukan peperangan fisabilillah, apakah kesalahan-kesalahan saya dapat tertutup?" Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Ya, jikalau engkau dibunuh dalam peperangan fisabilillah dan engkau dalam keadaan sabar, mengharapkan keridhaan Allah, menghadap -yakni maju- dan tidak membelakang -yakni tidak mundur." Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bersabda lagi: "Bagaimana sekarang ucapanmu ? -maksudnya ulangi kembali ucapanmu-" Orang itu berkata: "Bagaimanakah pendapat Tuan jikalau saya dibunuh dalam peperangan fisabilillah, apakah kesalahan-kesalahan saya dapat tertutup?" Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ya dapat, asalkan engkau mati dalam keadaan sabar, mengharapkan keridhaan Allah, sedang maju dan tidak mundur. Kecuali kalau engkau mempunyai hutang, sebab sesungguhnya Jibril a.s. mengatakan sedemikian itu padaku." (Riwayat Muslim)
1311. Dari Jabir r.a., katanya: "Ada seorang lelaki berkata: "Di manakah tempatku, ya Rasulullah, jikalau saya terbunuh -dalam melakukan peperangan fisabilillah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Dalam syurga." Orang itu lalu melemparkan beberapa buah kurma yang ada di tangannya kemudian berperang sehingga ia terbunuh." (Riwayat-Muslim)
1312. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya berangkat sehingga mereka dapat mendahului kaum musyrikin ke suatu tempat bernama Badar, lalu kaum musyrikinpun datanglah. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Janganlah ada seorangpun yang mendahului bertindak diantara engkau semua ini kepada sesuatu tindakan, sehingga saya adalah yang terdekat daripadanya -yakni harus mendapatkan persetujuan dulu. Kaum musyrikin lalu mendekat. Selanjutnya Rasulullah bersabda pula: "Ayolah berdiri semua untuk menuju ke syurga yang luasnya adalah seluas semua langit dan bumi." Anas berkata; "Umair bin al-Humam al-Anshari r.a, berkata: "Ya Rasulullah, syurga itu luasnya adalah seluas semua langit dan bumi?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya." Ia berkata: "Aduh, aduh." Rasulullah s.a.w. lalu bertanya: "Apa yang menyebabkan engkau mengucapkan: "Aduh, aduh." Ia menjawab: "Tidak, demi Allah ya Rasulullah, hanya saja saya mengharapkan semoga saya dapat menjadi ahli syurga itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Engkau termasuk ahli syurga itu."'Umair lalu mengeluarkan beberapa buah kurma dari dalam tempatnya lalu makan sebagian daripadanya, kemudian berkata: "Sesungguhnya kalau saya masih hidup sehingga saya dapat makan habis kurma-kurmaku ini, maka itu adalah hidup yang panjang sekali." Ia pun lalu melemparkan kurma yang dibawanya itu lalu maju untuk memerangi kaum musyrikin tadi sehingga ia sendiri terbunuh." (Riwayat Muslim) Alqaranu dengan fathahnya qaf dan ra', artinya ialah tempat meletakkan anak-anak panah.
Keterangan:
"Bakhin, bakhin" yang di atas itu diterjemahkan "Aduh, aduh", maksudnya untuk menyatakan keheranan kepada sesuatu yang dianggap baik sekali, bukan karena sakit atau menyatakan keluhan jiwa.
1313. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Ada beberapa orang -dari Najab- datang kepada Nabi s.a.w. dan mereka berkata: "Kirimkanlah kepada kita semua beberapa orang lelaki yang dapat mengajarkan al-Quran dan as-Sunnah kepada kita itu." Nabi s.a.w. lalu mengirimkan kepada mereka sebanyak tujuh puluh orang dari golongan kaum Anshar yang dinamakan al-Qurra' -yakni para ahli baca al-Quran-. Di dalam kalangan mereka itu termasuk pulalah paman saya -yakni saudara lelaki dari ibu Anas- yang bernama Haram. Tujuh puluh orang di atas itu semua dapat membaca al-Quran serta mentadarusnya -membaca secara berganti-ganti- di waktu malam juga mempelajarinya, sedang pada siang harinya mereka bekerja membawa air lalu mereka letakkan dalam masjid selain itu mereka juga mencari kayu bakar lalu menjualnya dan dengan uang hasil penjualannya itu mereka membeli makanan untuk para ahlus shuffah -yakni kaum fakir miskin yang tidak berkeluarga yang bertempat di belakang masjid- dan pula untuk kaum fakir yang lain-lain. Mereka semuanya -tujuh puluh orang tadi- dikirimkan oleh Nabi s.a.w. Tiba-tiba mereka dihadang oleh kaum musyrikin -yakni musuh kaum Muslimin, kemudian musuh-musuh itu membunuh mereka sebelum mereka sampai di tempat yang dituju. Mereka -kaum Muslimin- itu berkata: "Ya Allah, sampaikanlah berita kita ini kepada Nabi kita, yaitu bahwa kita semua telah menemui Engkau -Allah-, lalu kita merasa ridha denganMu dan Engkau ridha dengan amalan kita ini." Ada seorang lelaki -musuh- datang kepada Haram dari arah belakangnya, lalu orang itu menusuknya dengan tombak sehingga ia dapat menewaskannya. Haram berkata: "Saya berbahagia -karena dapat menemui mati syahid, demi Zat yang menguasai Ka'bah." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya saudara-saudaramu telah dibunuh dan sesungguhnya mereka berkata: "Ya Allah,sampaikanlah berita kita ini kepada Nabi kita yaitu bahwa kita semua telah menemui Engkau -Allah-, lalu kita semua merasa ridha denganMu dan Engkau ridha dengan amalan kita ini." (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaznya Imam Muslim.
1314. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Pamanku -yakni Anas bin an-Nadhr r.a.- tidak mengikuti peperangan Badar, kemudian ia berkata: "Ya Rasulullah, saya tidak mengikuti pertama-tama peperangan yang Tuan lakukan untuk memerangi kaum musyrikin -yakni Perang Badar-. Jikalau Allah mempersaksikan saya -yakni menakdirkan saya ikut menyaksikan- dalam memerangi kaum musyrikin pada waktu yang akan datang, sesungguhnya Allah akan memperlihatkan apa yang akan saya perbuat. Ketika pada hari peperangan Uhud, kaum Muslimin menderita kekalahan, lalu Anas bin an-Nadhr itu berkata: "Ya Allah, saya mohon keuzuran -pengampunan- padaMu daripada apa yang dilakukan oleh mereka itu -yang dimaksudkan ialah kawan-kawannya-, karena meninggalkan tempat yang sudah ditentukan oleh Nabi s.a.w., juga saya berlepas diri -maksudnya tidak ikut campur tangan- padamu dari apa yang dilakukan oleh mereka -yang dimaksudkan ialah kaum musyrikin yang memerangi kaum Muslimin. Selanjutnya iapun majulah, lalu Sa'ad bin Mu'az menemuinya. Anas bin an-Nadhr berkata: "Hai Sa'ad bin Mu'az, marilah menuju syurga. Demi Tuhan yang menguasai an-Nadhr -maksudnya ayahnya-, sesungguhnya saya dapat menemukan bau harum syurga itu dari tempat di dekat Uhud." Sa'ad berkata: "Saya sendiri tidak sanggup melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Anas itu, ya Rasulullah." Anas -yang merawikan hadits ini yakni Anas bin Malik, kemenakan/keponakan Anas bin an-Nadhr- berkata: "Maka kami dapat menemukan dalam tubuh Anas bin an-Nadhr itu delapan puluh buah lebih pukulan pedang ataupun tusukan tombak ataupun lemparan panah. Kita menemukannya telah terbunuh dan kaum musyrikin telah pula mencabik-cabiknya. Oleh sebab itu tidak seorangpun yang dapat mengenalnya lagi, melainkan saudara perempuannya saja, karena mengenal jari-jarinya." Anas -perawi hadits ini- berkata: "Kita sekalian mengira atau menyangka bahwasanya ayat ini turun untuk menguraikan hal Anas Bin an-Nadhr itu atau orang-orang yang seperti dirinya, yaitu ayat -yang artinya: "Di antara kaum mu'minin itu ada beberapa orang yang menepati apa yang dijanjikan olehnya kepada Allah," sampai seterusnya ayat tersebut. (Muttafaq 'alaih) hadits di atas telah lalu uraiannya dalam bab Almujahadah yakni Bersungguh-sungguh.
1315. Dari Samurah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Semalam saya melihat dalam impian dua orang lelaki yang mendatangi saya, lalu memanjat sebuah pohon denganku. Kedua memasukkan saya dalam sebuah rumah yang paling indah dan utama yang saya sama sekali belum pernah melihat rumah yang lebih indah daripada rumah tadi. Keduanya berkata: "Adapun rumah ini adalah perumahan orang-orang yang mati syahid." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan ini adalah sebagian dari suatu hadits yang panjang dan di dalamnya terkandunglah berbagai macam ilmu pengetahuan. Kelengkapan hadits ini akan datang dalam bab: Keharaman berdusta, Insya Allah Ta'ala.
1316. Dari Anas r.a. bahwasanya Ummur Rabi' binti al-Bara', yaitu ibunya Haritsah bin Suraqah, ia mendatangi Nabi s.a.w., lalu berkata: "Ya Rasulullah, tidakkah Tuan suka memberitahukan kepada saya tentang Haritsah -yakni anaknya yang terbunuh pada hari peperangan Badar-. Jikalau ia ada di dalam syurga, maka saya akan bersabar, tetapi jikalau ia ada di tempat yang selain itu, maka saya akan bersangat-sangat untuk menangisinya." Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Hai ibu Haritsah, sesungguhnya saja ada beberapa taman di dalam syurga itu dan sesungguhnya anakmu itu telah memperoleh syurga al-Firdaus yang tertinggi." (Riwayat Bukhari)
1317. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ayahku didatangkan kepada Nabi s.a.w. -pada hari peperangan Uhud- dan ayahnya itu telah mati syahid. Ayahku itu telah dirusakkan tubuhnya, kemudian diletakkan di hadapan beliau s.a.w. Saya berkehendak akan membuka wajahnya, tetapi orang-orang banyak melarang saya. Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda: "Para malaikat tidak henti-hentinya menaunginya dengan sayap-sayapnya."(Muttafaq 'alaih)
1318. Dari Sahl bin Hunaif r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah akan kesyahidan -yakni supaya mati syahid- dengan hati yang sebenar-benarnya, maka Allah akan menyampaikan orang itu ke tempat kediaman para syuhada -yakni pahalanya disamakan dengan mereka-, sekalipun ia mati di atas tempat tidurnya." (Riwayat Muslim)
1319. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mencari kesyahidan -yakni supaya mati syahid- dengan hati yang sebenar-benarnya, maka ia akan diberi kesyahidan itu -yakni memperoleh pahala seperti orang yang mati syahid-, sekalipun kesyahidan itu tidak mengenainya -yakni sekalipun tidak benar-benar mati dalam pertempuran fisabilillah." (Riwayat Muslim)
1320. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang yang mati syahid itu tidak mendapatkan kesakitan karena terkena pembunuhan, melainkan hanyalah sebagaimana seorang diantara engkau semua mendapatkan kesakitan karena terkena gigitan -semut dan sebagainya." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1321. Dari Abdullah bin Abu 'Aufa radhiallahu'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w., pada salah satu dari hari-hari di waktu beliau itu menemui musuh, beliau menantikan sehingga matahari condong -hendak terbenam-, beliau lalu berdiri di muka orang banyak, kemudian bersabda: "Hai sekalian manusia, janganlah engkau semua mengharap-harapkan bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah akan keselamatan. Tetapi jikalau engkau semua menemui musuh itu, maka bersabarlah. Ketahuilah olehmu semua bahwasanya syurga itu ada di bawah naungan pedang." Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda: "Ya Allah yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, yang menghancur-leburkan gabungan pasukan musuh. Hancur-leburkanlah mereka dan berilah kita semua kemenangan atas mereka." (Muttafaq 'alaih)
1322. Dari Sahl bin Sa'ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada dua macam doa yang tidak akan ditolak atau sedikit sekali ditolaknya, yaitu doa ketika ada panggilan shalat -yakni antara adzan dan iqamah- dan pula doa ketika berkecamuknya peperangan, yakni di waktu sebagian yang bertempur itu bergulat dengan sebagian lainnya." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1323. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila berperang, mengucapkan: "Ya Allah, Engkau adalah pembantu -maksudnya yang membantu- serta penolongku, dengan-Mulah saya bertempur dan denganMu pula saya menghubungkan diri dan denganMu juga saya berperang." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1324. Dari Abu Musa r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. itu apabila takut kepada sesuatu kaum -atau golongan, beliau mengucapkan: "Ya Allah sesungguhnya kita menjadikan Engkau -yakni menjadikan perlindungan dan penjagaanMu- dalam leher-leher mereka sehingga mereka tidak kuasa memperdayakan kita dan kita mohon perlindungan kepadaMu dari kejahatan-kejahatan mereka." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1325. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Kuda itu diikatkan pada ubun-ubunnya -sebagai isyarat betapa utamanya maju dalam pertempuran dengan menaiki kuda itu. Kebaikan itu tetap ada sampai hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)
1326. Dari Urwah al-Bariqi r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Kuda itu diikatkan pada ubun-ubunnya -lihat uraiannya dalam hadits no.1325 diatas-. Kebaikan tetap ada sampai hari kiamat, yaitu memperoleh pahala -jikalau mati syahid dalam peperangan fisabilillah- atau memperoleh ghanimah -yakni harta rampasan jikalau mendapatkan kemenangan." (Muttafaq 'alaih)
1327. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menahan -memiliki serta merawat- seekor kuda yang digunakan untuk perang fisabilillah karena didorong oleh keimanan kepada Allah dan mempercayai sungguh-sungguh akan janjiNya, maka sesungguhnya makanan untuk mengenyangkannya, minuman untuk melepaskan dahaganya, kotorannya, dan kencingnya itu ada timbangan pahalanya besok pada hari kiamat." (Riwayat Bukhari)
1328. Dari Abu Mas'ud r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. dengan membawa seekor unta yang diikatkan hidungnya -semacam kendali untuk kuda-, lalu ia berkata: "Ini untuk fisabilillah." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Engkau akan memperoleh besok pada hari kiamat sebanyak tujuh ratus ekor unta yang semuanya juga diikat hidungnya seperti ini." (Riwayat Muslim)
1329. Dari Abu Hammad, ada yang mengatakan Abu Su'ad, ada pula yang mengatakan Abu Usaid, ada lagi Abu 'Amir, ada pula Abu 'Amr, ada pula Abul Aswad dan ada yang mengatakan Abu 'Abs, yaitu Uqbah bin 'Amir al-Juhani r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda di atas mimbarnya: "Dan persiapkan untuk memerangi kaurn kafirin itu segala kekuatan yang engkau semua dapat menyiapkannya. Ingatlah bahwasanya kekuatan ialah memanah, ingatlah sesungguhnya kekuatan ialah memanah dan ingatlah sesungguhnya kekuatan ialah memanah." (Riwayat Muslim)
1330. Dari Abu Hammad r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan dibukakanlah untuk kemenanganmu semua beberapa negeri dan Allah akan mempercukupkan engkau semua -yakni menolongmu dalam peperangan. Maka jangan lemahlah seorang diantara engkau semua itu untuk bermain-main dengan anak-anak panahnya," -ini adalah sebagai anjuran untuk melatih diri agar pandai memanah." (Riwayat Muslim)
1331. Dari Abu Hammad r.a. pula bahwasanya ia berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang telah diajari memanah, lalu meninggalkannya -untuk terus berlatih-, maka ia bukan dari golongan kita -kaum Muslimin-," atau beliau s.a.w. bersabda: "Orang itu telah melakukan kemaksiatan." (Riwayat Muslim)
1332. Dari Abu Hammad r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu memasukkan dengan sebab adanya sebatang anak panah itu tiga macam orang dalam syurga, yaitu pembuatnya yang dalam membuat anak panah tadi mengharapkan keridhaan Allah, juga orang yang memanahkannya dan pula orang yang memberikan anak panah itu -sebagai bantuan kepada orang yang hendak berangkat berperang fisabilillah-. Lemparlah -dengan panah- dan naiklah -kuda-, tetapi jikalau engkau semua pandai melemparkan panah, maka hal itu adalah lebih saya sukai daripada engkau pandai menaiki kuda. Barangsiapa yang meninggalkan melempar -dengan panah- setelah ia diajarinya, karena ia tidak suka lagi padanya, maka sungguhnya itu adalah suatu kenikmatan yang ditinggalkannya," atau beliau s.a.w. bersabda: "Orang itu menutupi kenikmatan yang telah diberikan padanya itu." (Riwayat Abu Dawud) [Baca Status Hadits Disini]
1333. Dari Salamah bin al-Akwa' r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui suatu kelompok orang saling berlomba untuk memanah, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Pandaikanlah dirimu untuk melempar -dengan panah itu- hai keturunan Ismail, sebab sesungguhnya ayahmu -yakni Nabiyullah Ismail a.s.- adalah seorang yang pandai melempar -dengan panah." (Riwayat Bukhari)
1334. Dari 'Amr bin 'Abasah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa melempar dengan sebatang anak panah dalam peperangan fisabilillah, maka baginya adalah pahala yang sama dengan memerdekakan seorang hamba sahaya." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
1335. Dari Abu Yahya yaitu Khuraim bin Fatik r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menafkahkan sesuatu nafkah untuk peperangan fisabilillah, maka dicatatlah untuknya pahala sebanyak tujuh ratus kali lipatnya." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1336. Dari Abu Said r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hambapun yang berpuasa sehari dalam sabilillah, melainkan Allah menjauhkan orang itu dengan sebab puasanya sehari tadi, sejauh perjalanan tujuh puluh tahun dari neraka." (Muttafaq 'alaih)
1337. Dari Abu Umamah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang berpuasa sehari dalam sabilillah, maka Allah membuatkan antara orang itu dengan neraka sebuah khandak -tanah yang digali- sebagaimana jauhnya antara langit dan bumi." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1338. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mati dan belum pernah melakukan peperangan, juga tidak pernah tergerak hatinya untuk melakukannya itu -yakni tidak ada keinginannya sama sekali untuk berjihad fisabilillah-, maka ia mati dengan menetapi satu cabang dari kemunafikan." (Riwayat Muslim)
1339. Dari Jabir r.a., katanya: "Kita semua bersama Nabi s.a.w. dalam suatu peperangan, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya di Madinah itu ada beberapa orang lelaki yang engkau semua tidak menempuh suatu perjalanan dan tidak pula menyeberangi suatu lembah, melainkan orang-orang tadi ada besertamu -yakni sama-sama memperoleh pahala-, mereka itu terhalang oleh sakit -maksudnya andaikata tidak sakit pasti ikut berperang-." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Mereka itu terhalang oleh keuzuran." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Melainkan mereka -yang tertinggal itu- berserikat denganmu semua dalam hal pahalanya." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari riwayat Anas, juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari riwayat Jabir dan lafaz di atas adalah bagi Imam Muslim.
1340. Dari Abu Musa r.a. bahwasanya ada seorang A'rab -penghuni pedalaman negeri Arab- mendatangi Nabi s.a.w., lalu berkata: "Ya Rasulullah, ada seorang yang berperang dengan tujuan hendak merebut harta rampasan, ada pula seorang yang berperang dengan tujuan supaya disebut-sebut namanya dan ada pula seorang yang berperang dengan tujuan untuk memperlihatkan betapa besar keberaniannya." Dalam riwayat lain disebutkan: "Ada seorang berperang untuk menunjukkan keberanian, ada pula yang berperang untuk mempertahankan kebaikan nama keluarga." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Ada orang yang berperang karena melepaskan kemarahannya, maka yang manakah diantara semua itu yang termasuk orang yang berperang fisabilillah?" Rasulullah s.a.w. menjawab: "Barangsiapa yang berperang dengan tujuan supaya kalimatullah -yakni agama Allah- itu menjadi yang tertinggi, maka orang sedemikian itulah yang disebut jihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)
1341. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada sepasukan tentara atau sekelompok barisan tempur yang berperang lalu memperoleh ghanimah -harta rampasan- dan selamat -dari kematian-, melainkan mereka itu telah mempercepatkan dua pertiga pahala yang harus diperolehnya. Tiada sepasukan tentara atau sekelompok barisan tempur yang kembali dengan tangan hampa -yakni tidak memperoleh ghanimah- dan terkena bencana -mati syahid atau luka-luka- melainkan telah sempurnalah pahala yang harus mereka peroleh itu." (Riwayat Muslim)
1342. Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, berikanlah izin kepada saya untuk merantau ke negeri orang lain. Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya cara perantauan untuk umatku itu ialah berjihad fisabiliilah 'Azzawajalla." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang baik.
1343. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Pulang dari peperangan itu pahalanya seperti dalam melakukan peperangan." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang baik. Alqaftah ialah pulang. Maksudnya ialah bahwa pulang dari peperangan setelah selesainya. Ini mengandung pengertian bahwasanya pulangnya seorang dari peperangan sesudah perang itu selesai, juga diberi pahala sebagaimana masih dalam peperangan -sampai datang di rumah-.
1344. Dari as-Saib bin Yazid r.a., katanya: "Ketika Nabi s.a.w. datang dari peperangan Tabuk, lalu disambut oleh orang banyak. Saya juga menyambut beliau s.a.w. itu bersama beberapa anak kecil di tempat yang bernama Tsaniyyatul wada'." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih dengan menggunakan lafaz di atas. Juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, katanya: "Kita semua pergi untuk menyambut Rasulullah s.a.w. bersama anak-anak kecil di Tsaniyyatul wada'."
1345. Dari Abu Umamah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang tidak pernah berperang atau tidak pernah mempersiapkan keperluan-keperluan untuk orang yang akan melakukan peperangan atau tidak berlaku sebagai pengganti dari seorang yang melakukan peperangan dalam keluarganya dengan kebaikan -yakni mencukupi keluarga yang ditinggalkan dengan memberikan nafkah-, perlindungan dan apa saja yang dibutuhkan, maka Allah akan mengenakan padanya dengan sesuatu bencana sebelum hari kiamat." Diriwayatkan oleh imam Abu Dawud dengan isnad shahih
1346. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Berjihadlah engkau semua kepada kaum musyrikin itu dengan hartamu, dirimu dan lisanmu." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1347. Dari Abu 'Amr, ada yang mengatakan Abu Hakim, yaitu an-Nu'man bin Muqarrin r.a., katanya: "Saya menyaksikan Rasulullah s.a.w., jikalau beliau tidak melakukan peperangan di permulaan siang hari, maka tentulah beliau mengakhirkan peperangan sehingga lingsirnya -tergelincirnya- matahari dan meniuplah angin dan turunlah kemenangan." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1348. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua mengharap-harapkan bertemu musuh, tetapi apabila engkau semua menemui mereka, maka bersabarlah." (Muttafaq 'alaih)
1349. Dari Abu Hurairah r.a. dan dari Jabir radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Perang itu tipuan," yakni dalam peperangan wajiblah menggunakan tipu daya -menipu lawan- untuk dapat memperoleh kemenangan. (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Menipu dalam agama
Islam dilarang kecuali ketika dalam peperangan kita boleh menipu musuh. Kecuali
jika sebelumnya sudah ada perjanjian damai, yang mana mereka sudah membayar
jizyah -disebut juga kafir zimmi-, maka tidak boleh dikhianati, kecuali jika
mereka yang berkhianat duluan.
Bab 235. Uraian Perihal Kelompok Golongan Orang-orang Yang Dapat Disebut Mati Syahid Dalam Pahala Akhirat Dan Mereka Ini Wajib Dimandikan Dan Dishalati, Berbeda Dengan Orang Yang Terbunuh Dalam Berperang Melawan Kaum Kafirin
1350. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang-orang yang mati syahid itu ada lima macam, yaitu orang yang mati karena penyakit taun -pes atau kolera-, orang yang mati karena penyakit perut, orang yang mati lemas -tenggelam dalam air atau kekurangan oksigen-, orang yang mati karena kerobohan -pohon, rumah dan lain-lain- dan orang yang mati syahid dalam peperangan fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)
1351. Dari Abu Hurairah r.a. pula, dari Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apa sajakah yang engkau semua masukkan dalam hitungan orang-orang yang mati syahid di kalangan engkau semua itu? Para sahabat menjawab: "Ya Rasulullah, barangsiapa yang terbunuh dalam melakukan peperangan fisabilillah, maka ia adalah orang yang mati syahid." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Kalau demikian cara penganggapannya, maka sesungguhnya orang-orang yang mati syahid di kalangan umatku itu niscaya sedikit sekali." Mereka lalu bertanya: "Kalau demikian, maka siapa sajakah ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang terbunuh dalam melakukan peperangan fisabilillah, maka ia adalah orang yang mati syahid, juga barangsiapa yang mati dalam melakukan peperangan fisabilillah -sekalipun tidak terbunuh, misalnya jatuh dari kudanya-, maka iapun mati syahid. Demikian pula barangsiapa yang mati karena dihinggapi penyakit taun -yakni penyakit pes atau kolera-, maka itupun orang yang mati syahid, juga barangsiapa yang mati karena dihinggapi penyakit perut, maka ia juga mati syahid dan orang yang mati lemas -mati tenggelam dalam air atau kekurangan oksigen- itupun syahid." (Riwayat Muslim)
1352. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang terbunuh karena membela harta -yang menjadi miliknya-, maka ia adalah syahid." (Muttafaq 'alaih)
1353. Dari Abul A'war yaitu Said bin Zaid bin 'Amr bin Nufail, salah seorang diantara sepuluh orang yang disaksikan akan memperoleh syurga -yakni bahwa Nabi s.a.w. telah menjelaskan bahwa mereka itu pasti masuk syurga- radhiallahu anhum, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang terbunuh karena membela harta -yang dimilikinya-, maka ia adalah mati syahid, barangsiapa terbunuh karena membela darahnya -yakni mempertahankan diri karena hendak dibunuh oleh seseorang-, maka ia juga mati syahid, barang siapa yang terbunuh karena mempertahankan agamanya, iapun mati syahid dan barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan keluarganya -kehormatan mereka-, maka ia juga mati syahid." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1354. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w.,
lalu berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau ada seseorang
datang hendak mengambil hartaku?" Beliau s.a.w. menjawab: "Jangan engkau berikan
padanya." Orang itu bertanya: "Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau ia menyerang
saya?" Beliau menjawab: "Balaslah serangannya!" Ia bertanya lagi: "Bagaimanakah
pendapat Tuan, jikalau ia berhasil membunuh saya?" Beliau s.a.w. menjawab:
"Engkau mati syahid." Ia bertanya pula: "Bagaimanakah pendapat Tuan jikalau saya
dapat membunuhnya?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ia masuk dalam neraka." (Riwayat
Muslim)
Bab 236. Keutamaan Memerdekakan Hamba Sahaya -Budak-
Allah Ta'ala berfirman: "Tetapi ia -manusia- itu tidak berusaha menempuh jalan mendaki. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu memerdekakan hamba sahaya," sampai selesainya ayat. (al-Balad: 11-13)
1355. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang memerdekakan seorang hamba sahaya yang Muslim, maka Allah akan memerdekakan dengan setiap anggota orang yang ia merdekakan itu akan anggotanya sendiri dari api neraka, sehingga kemaluannya -orang memerdekakan tadi dihindarkan dari neraka- dengan sebab ia memerdekakan kemaluan hamba sahaya tadi." (Muttafaq 'alaih)
1356. Dari Abu Zar
r.a,, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, amalan manakah yang lebih utama?"
Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu beriman kepada Allah dan berjihad fisabilillah."
Abu Zar berkata: "Saya lalu bertanya lagi: "Hamba sahaya manakah yang lebih
utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu yang dianggap terbaik oleh pemiliknya dan
termahal harganya." (Muttafaq 'alaih)
Bab 237. Keutamaan Berbuat Baik Kepada Hamba Sahaya -Budak-, Juga Kepada Pelayan atau Pembantu
Allah Ta'ala berfirman: "Dan sembahlah olehmu semua akan Allah dan janganlah menyekutukan sesuatu denganNya, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang menjadi kerabat, tetangga yang bukan kerabat, kawan dalam perjalanan, orang yang sedang dalam perjalanan dan apa-apa yang menjadi milik tangan kananmu -yakni hamba sahaya-." (an-Nisa': 36)
1357. Dari al-Ma'mr bin Suwaid, katanya: "Saya melihat Abu Zar r.a. ia mengenakan suatu pakaian, sedang bujangnya -hamba sahaya kecil- juga mengenakan pakaian sebagaimana yang dikenakan olehnya -yakni dalam hal mutu kain-, potongan dan coraknya. Saya lalu bertanya padanya, mengapa ia berbuat demikian. Abu Zar lalu menyebutkan bahwasanya ia pada zaman Rasulullah s.a.w. pernah memaki seorang lelaki, kemudian dicacinya orang itu dengan menyebutkan ibunya. Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Engkau ini benar-benar seorang yang dalam dirimu itu masih ada sifat Jahiliyah. Para hamba sahaya itu adalah saudara-saudaramu juga merupakan pembantu-pembantumu. Oleh Allah mereka itu dijadikan dibawah tanganmu -yakni berada di bawah kekuasaanmu-. Oleh sebab itu barangsiapa yang saudaranya itu ada di bawah tangannya -yakni barangsiapa yang memiliki hamba sahaya-, hendaklah ia memberinya makan dari apa yang dimakan olehnya sendiri, memberinya pakaian dari apa-apa yang dikenakan olehnya, janganlah memaksa mereka mengerjakan sesuatu yang dapat mengalahkan mereka -yakni yang mereka tidak kuat mengerjakannya-, tetapi jikalau mereka engkau paksa sedemikian, maka wajiblah engkau menolong mereka itu." (Muttafaq 'alaih)
1358. Dari Abu
Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jikalau seseorang diantara engkau
semua telah didatangi oleh pelayannya dengan membawa makanannya, maka jikalau ia
tidak mengajak duduk bersama pelayannya itu, hendaklah memberinya saja sesuap
atau dua suap, satu macam atau dua macam suapan makanan, sebab sesungguhnya
pelayan itu telah merampungkan pekerjaannya." (Riwayat Bukhari) Al-uklah dengan
dhammahnya hamzah, artinya ialah suapan makanan.
Bab 238. Keutamaan Hamba Sahaya -Budak- Yang Menunaikan Hak Allah Ta'ala Dan Hak Tuannya
1359. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya hamba sahaya itu apabila suka menasihati kepada tuannya, berbuat baik dalam beribadah kepada Tuhannya, maka ia memperoleh pahalanya dua kali." (Muttafaq 'alaih)
1360. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: ''Seorang hamba sahaya yang berbuat kebaikan itu memiliki dua pahala. Demi Zat yang jiwa Abu Hurairah ada di dalam genggaman kekuasaanNya, andaikata tiada kewajiban jihad fisabilillah, haji dan berbakti kepada ibuku, sesungguhnya saya lebih senang kalau saya mati sedang saya di saat itu sebagai seorang hamba sahaya." (Muttafaq 'alaih)
1361. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hamba sahaya yang berbuat baik dalam beribadah kepada Tuhannya dan menunaikan hak kepada tuannya yang sudah menjadi kewajibannya itu, serta suka memberi nasihat dan taat, maka hamba sahaya yang sedemikian itu mempunyai dua pahala." (Riwayat Bukhari)
1362. Dari Abu Musa
al-Asy'ari pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: Ada tiga orang yang dapat
memiliki dua pahala, yaitu: Orang dari golongan ahlul kitab -yakni kaum Yahudi
dan Nasrani- yang beriman kepada Nabinya -yakni Nabi Isa Almasih- dan beriman
pula kepada Muhammad, juga hamba sahaya apabila suka menunaikan hak Allah dan
hak tuannya, demikian pula seorang lelaki yang memiliki seorang hamba sahaya
wanita, lalu diberinya pendidikan memperbaguskan adab kesopanannya, lagi pula
diberinya pelajaran dan memperbaguskan ajaran-ajarannya, kemudian hamba sahaya
wanita tadi dimerdekakan terus dikawin sendiri olehnya, maka lelaki itupun dapat
memperoleh dua pahala." (Muttafaq 'alaih)
Bab 239. Keutamaan Beribadah Dalam Keadaan Penuh Kekacauan Yaitu Ketika Timbulnya Berbagai Fitnah Dan Sebagainya
1363. Dari Ma'qil
bin Yasar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Beribadah dalam keadaan
penuh kekacauan itu sama keutamaannya dengan berhijrah padaku." (Riwayat
Muslim)
Bab 240. Keutamaan Bermurah Hati Dalam Berjual Beli, Mengambil Dan Memberi, Bagusnya Menunaikan Hak Yang Menjadi Tanggungannya -Yakni Mengembalikan Hutang-, Bagusnya Meminta Haknya -Yakni Menagih-, Memantapkan Takaran Dan Timbangan, Larangan Mengurangi Timbangan, Juga Keutamaan Memberi Waktu Tangguh Bagi Seseorang Yang Kecukupan Kepada Orang Yang Kekurangan -Dalam Mengembalikan Hutangnya- Serta Menghapuskan Sama Sekali -Akan Hutang- Orang Yang Kekurangan Itu
Allah Ta'ala berfirman: "Dan kebaikan apa saja yang engkau semua lakukan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui dengannya." (al-Baqarah: 215)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Hai kaumKu, penuhilah takaran dan timbangan dengan adil dan janganlah engkau semua mengurangi para manusia itu akan barang-barangnya." (Hud: 85)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Celakalah -dengan ancaman Neraka Wail- bagi orang-orang yang mengurangi timbangan atau takaran. Jikalau mereka itu menimbang -menakar- daripada manusia -untuk dirinya sendiri-, maka mereka mencukupinya, tetapi jikalau mereka menakarkan atau menimbangkan untuk orang lain, maka mereka mengurangi. Tidakkah mereka itu mengira bahwasanya mereka akan dibangkitkan -dari kubur setelah mati- untuk menghadapi hari yang agung -yaitu hari kiamat-. Pada hari itu semua manusia berdiri menghadap kepada Tuhan yang menguasai alam semesta ini." (al-Muthaffifin: 1)
1364. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. untuk menagih hutang yang dipinjam oleh beliau s.a.w. itu, lalu orang itu bicara dengan keras pada beliau. Para sahabat bermaksud hendak membalas kekasaran orang itu, lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Biarkanlah, ia berhak demikian, sebab seorang yang mempunyai hak itu berhak pula mengeluarkan pembicaraan." Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Berikanlah pada orang itu unta yang sebaya dengan unta yang dahulu dipinjam daripadanya." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kita tidak mendapatkan -yakni tidak memiliki- melainkan unta yang lebih tua dari unta yang dipinjam dulu." Beliau s.a.w. bersabda: "Berikan sajalah itu, sebab sesungguhnya yang terbaik diantara engkau semua ialah yang terbagus pula cara mengembalikan pinjamannya," yakni memberikan pada waktunya yang ditentukan dan memberikan kelebihan sebagai hadiah." (Muttafaq 'alaih)
1365. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah memberikan kerahmatan kepada orang yang bermurah hati ketika menjual, juga ketika membeli dan pula ketika meminta haknya -yakni menagih hutang-." (Riwayat Bukhari)
1366. Dari Abu Qatadah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menyenangkan hatinya, jikalau Allah menyelamatkannya dari beberapa kesusahan pada hari kiamat, maka hendaklah memberi waktu -untuk mengembalikan hutang- kepada orang yang dalam keadaan kekurangan -orang miskin- atau sama sekali menghapuskan hutangnya itu." (Riwayat Muslim)
1367. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada seorang lelaki -dari umat sebelum Nabi s.a.w.- suka sekali memberikan hutang kepada orang banyak, ia berkata kepada bujangnya -pembantunya-: "Jikalau engkau mendatangi seorang yang dalam kekurangan -dan mempunyai tanggungan hutang-, maka bebaskan sajalah hutang itu daripadanya, mudah-mudahan Allah akan membebaskan dosa dari diri kita. Orang itu lalu menemui Allah -yakni meninggal dunia-, kemudian Allah membebaskan dosanya." (Muttafaq 'alaih)
1368. Dari Abu Mas'ud al-Badri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada seorang dari golongan umat yang sebelum engkau semua dihisab, ia tidak mempunyai sesuatu kebaikanpun, melainkan ia suka mempergauli orang banyak -yakni bergaul dalam perjual-belian- dan orang itu adalah kaya sekali. Ia menyuruh bujang-bujangnya supaya membebaskan hutang dari orang yang dalam keadaan kekurangan. Allah 'Azzawajalla lalu berfirman: "Kami -Allah- adalah lebih berhak untuk berbuat sedemikian itu, maka -hai Malaikat-: "Bebaskanlah dosa-dosa orang itu." (Riwayat Muslim)
1369. Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Allah mendatangkan seorang hamba dari sekian banyak hamba-hambaNya ini, ia telah dikaruniai oleh Allah akan harta, lalu Allah berfirman padanya: "Apakah yang engkau lakukan di dunia?" Hudzaifah berkata: "Orang-orang di akhirat itu tidak ada yang dapat menyimpan sesuatu pembicaraanpun di hadapan Allah." Orang itu berkata: "Ya Tuhanku, Engkau telah mengaruniakan harta padaku, saya lalu berjualan kepada orang banyak dan sudah menjadi watak saya yaitu bersabar -kepada orang yang kekurangan kalau memberikan hutangnya-, lagi pula suka menerima berapa saja yang mereka berikan sebagai cicilan. Jadi saya memberikan kelonggaran kepada orang kaya dan memberikan tangguhan waktu kepada orang yang kekurangan." Allah Ta'ala lalu berfirman: "Aku lebih berhak berbuat sedemikian itu daripadamu. Hai Malaikat: "Bebaskanlah dosa hambaKu ini." 'Uqbah bin 'Amir dan Abu Mas'ud al-Anshari radhiallahu 'anhuma berkata: "Demikian itulah yang kita dengarkan sendiri dari mulut Rasulullah s.a.w." (Riwayat Muslim)
1370. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang memberikan tangguhan waktu kepada orang yang dalam kekurangan -untuk mengembalikan hutangnya- ataupun sama membebaskan hutangnya itu, maka Allah akan memberikan naungan padanya pada hari kiamat di bawah naungan 'arasy Nya pada hari tiada naungan, melainkan naungan Allah sendiri." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1371. Dari Jabir r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. membeli darinya seekor unta, lalu memberikan harganya dan beliau s.a.w. memberikan kelebihan, yakni dari harga yang ditentukan dalam akad berjual beli itu, masih diberi tambahan lagi. (Muttafaq 'alaih)
1372. Dari Abu
Shafwan yaitu Suwaid bin Qais r.a., katanya: "Saya mengambil berbagai pakaian
bersama Makhramah al-'Abdi dari Hajar -untuk diperdagangkan-. Kemudian Beliau
s.a.w. membeli beberapa celana kepada kita dengan harga mahal. Saya mempunyai
seorang penimbang yang menimbang banyaknya uang upah -yakni harganya-." Nabi
s.a.w. berkata kepada penimbang itu: "Timbanglah dan lebihkanlah -timbangan
harganya itu-." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi
mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
Bab 241. Ilmu Pengetahuan
Allah Ta'ala berfirman: "Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmuku." (Thaha: 114)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Katakanlah: "Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui -yakni berilmu- dan orang-orang yang tidak mengetahui -yakni tidak berilmu-." (az-Zumar: 9)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari engkau semua dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat." (al-Mujadalah: 11)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hambaNya itu ialah para alim-ulama."
1373. Dari Mu'awiyah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk memperoleh kebaikan, maka Allah membuat ia menjadi pandai dalam hal keagamaan." (Muttafaq 'alaih)
1374. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada kehasudan -iri- yang dibolehkan melainkan dalam dua macam perkara, yaitu: seorang yang dikaruniai oleh Allah akan harta, kemudian ia mempergunakan untuk menafkahkannya itu guna apa-apa yang hak -kebenaran- dan seorang yang dikaruniai ilmu pengetahuan oleh Allah, kemudian ia memberikan keputusan dengan ilmunya itu -antara dua orang atau dua golongan yang berselisih- serta mengajarkan ilmunya itu pula." (Muttafaq 'alaih) Artinya ialah bahwa seorang itu tidak patut dihasudi atau diiri kecuali dalam salah satu dari kedua perkara di atas itu untuk ditiru dan diamalkan seperti orang tersebut. Yang dimaksudkan dengan Alhasad ialah ghibthah yaitu mengharapkan seperti yang ada pada orang lain.
1375. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Perumpamaan dari petunjuk dan ilmu yang dengannya saya diutus oleh Allah itu adalah seperti hujan yang mengenai bumi. Di antara bumi itu ada bagian yang baik, yaitu dapat menerima air, kemudian dapat pula menumbuhkan rumput dan lalang -rumput- yang banyak sekali, menahan masuknya air dan selanjutnya dengan air yang bertahan itu Allah lalu memberikan kemanfaatan kepada para manusia, karena mereka dapat minum daripadanya, dapat menyiram dan bercocok tanam. Ada pula hujan itu mengenai bagian bumi yang lain, yang ini hanyalah merupakan tanah rata lagi licin. Bagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan air dan tidak pula dapat menumbuhkan rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang pandai dalam agama Allah dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya diutus, dapat pula memberikan kemanfaatan kepada orang tadi, maka orang itupun mengetahuinya -mempelajarinya-, kemudian mengajarkannya -yang ini diumpamakan bumi yang dapat menerima air atau dapat menahan air-, dan itu pulalah contohnya orang yang tidak suka mengangkat kepala untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia enggan menerima petunjuk Allah yang dengannya itu saya diutuskan -ini contohnya untuk bumi yang rata serta licin-." (Muttafaq 'alaih)
1376. Dari Sahl bin Sa'ad r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda kepada Ali r.a.: "Demi Allah, sesungguhnya andaikata Allah memberikan petunjuk kepada seorang lelaki dengan perantaraan usahamu, maka hal itu adalah lebih baik daripada unta-unta yang merah-merah," sebagai kiasan harta benda yang paling dicintai oleh bangsa Arab saat itu. (Muttafaq 'alaih)
1377. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersaba: "Sampaikanlah -kepada orang lain- ajaran yang berasal daripadaku, sekalipun hanya seayat belaka. Percakapkanlah tentang kaum Bani Israil -yakni kaum Yahudi- dan tidak ada halangan apapun. Dan barangsiapa yang berdusta atas diriku dengan sengaja maka baiklah ia menempati tempat duduknya dari neraka." (Riwayat Bukhari)
1378. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menempuh sesuatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan disitu, maka Allah akan mempermudahkan baginya suatu jalan untuk menuju ke syurga." (Riwayat Muslim)
1379. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk -yakni kebenaran-, maka baginya adalah pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari pahala mereka itu." (Riwayat Muslim)
1380. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila anak Adam -yakni manusia- meninggal dunia, maka putuslah amalannya -yakni tidak dapat menambah pahalanya lagi-, melainkan dari tiga macam perkara, yaitu sedekah jariah atau ilmu yang dapat diambil kemanfaatannya atau anak yang shalih yang suka mendoakan untuknya." (Riwayat Muslim)
1381. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dunia ini adalah terlaknat, terlaknat pula apa-apa yang ada di atasnya, melainkan yang berdzikir kepada Allah dan apa-apa yang menyamainya, juga orang yang alim -berilmu- serta orang yang menuntut ilmu." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa itu adalah hadits hasan. Sabda Nabi s.a.w.: "Wa maa walah" artinya: Dan apa-apa yang menyamainya, ialah taat atau melakukan ketaatan kepada Allah Ta'ala.
1382. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa keluar untuk menuntut ilmu, maka ia dianggap sebagai orang yang berjihad fisabilillah sehingga ia kembali." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. [Baca Status Hadits Disini]
1383. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Tiada sekali-kali akan kenyanglah seorang mu'min itu dari kebaikan, sehingga penghabisannya nanti adalah syurga." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. [Baca Status Hadits Disini]
1384. Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Keutamaan orang alim atas orang yang beribadah -ahli ibadah namun tidak berilmu- ialah seperti keutamaanku atas orang yang terendah diantara engkau semua." "Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya, juga para penghuni langit dan bumi, sampaipun semut yang ada di dalam liangnya, bahkan sampaipun ikan yu, sesungguhnya semua itu menyampaikan kerahmatan kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada para manusia." Adapun yang selain Allah ialah memohonkan -berdo'a- agar orang-orang yang mengajar kebaikan itu diberi kerahmatan oleh Allah. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1385. Dari Abuddarda' r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari sesuatu ilmu pengetahuan di situ, maka Allah akan memudahkan untuknya suatu jalan untuk menuju syurga, dan sesungguhnya para malaikat itu sesungguhnya meletakkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu itu, karena ridha sekali dengan apa yang dilakukan oleh orang itu. Sesungguhnya orang alim itu dimohonkan pengampunan untuknya oleh semua penghuni di langit dan penghuni-penghuni di bumi, sampaipun ikan-ikan yu yang ada di dalam air. Keutamaan orang alim atas orang yang beribadah itu adalah seperti keutamaan bulan atas bintang-bintang yang lain. Sesungguhnya para alim ulama adalah pewarisnya para Nabi, sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar ataupun dirham, sesungguhnya mereka itu mewariskan ilmu. Maka barangsiapa dapat mengambil ilmu itu, maka ia telah mengambil dengan bagian yang banyak sekali." (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)
1386. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah memberikan kenikmatan kepada seorang yang mendengarkan sesuatu ucapan dari kami -yakni dari Nabi s.a.w.- lalu ia menyampaikannya sebagaimana yang didengar olehnya. Maka banyak sekali orang yang diberi berita itu lebih dapat mengingat-ingat -yakni lebih memperhatikan- daripada orang yang mendengarnya sendiri?" Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. Maksudnya, seringkali orang ketiga lebih faham maksud dan makna ilmu tersebut daripada orang kedua, padahal orang ketiga mendapat ilmu tersebut melalui perantaraan orang kedua yang didapatkannya dari orang pertama (yakni Rasulullah s.a.w).
1387. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang ditanya mengenai sesuatu ilmu, lalu ia menyimpannya -yakni tidak suka menerangkan yang benar-, maka ia akan diberi kendali -di mulutnya- besok pada hari kiamat dengan kendali dari neraka." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud serta Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1388. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan dari golongan ilmu yang semestinya untuk digunakan mencari keridhaan Allah 'Azzawajalla, tetapi ia mempelajarinya itu tiada lain maksudnya, kecuali hendak memperoleh sesuatu tujuan dari keduniaan, maka orang yang sedemikian tadi tidak akan dapat menemukan keharuman syurga pada hari kiamat." Yakni bau harumnya syurga itu tidak akan dapat dirasakannya. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1389. Dari Abdullah
bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu tidak mencabut ilmu pengetahuan dengan
sekaligus pencabutan yang dicabutnya dari para manusia, tetapi Allah mencabut
ruhnya -wafatnya- para alim ulama, sehingga apabila tidak ditinggalkannya lagi
seorang alimpun -di dunia ini-, maka orang-orang banyak akan mengangkat para
pemimpin -atau kepala-kepala pemerintahan- yang bodoh-bodoh. Mereka -para
pemimpin dan kepala pemerintahan- itu ditanya, lalu memberikan keterangan fatwa
tanpa menggunakan dasar ilmu pengetahuan. Maka akhirnya mereka itu semuanya
sesat dan menyesatkan -orang lain-." (Muttafaq 'alaih)
Bab 242. Memuji Dan Bersyukur Kepada Allah Ta'ala
Allah Ta'ala berfirman: "Maka Ingatlah olehmu semua akan Aku, sesungguhnya Aku ingat padamu semua dan bersyukurlah pula kepadaKu dan jangan kafir padaKu," yakni menutupi kenikmatan-kenikmatan yang telah dikaruniakan." (al-Baqarah: 152)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Sesungguhnya jikalau engkau semua bersyukur padaKu, pastilah Aku akan menambahkan -kenikmatan itu- padamu semua." (Ibrahim: 7)
Allah Ta'ala berfirman lagi: Katakanlah: "Segala puji-pujian itu adalah bagi Allah."(al-Isra': 111)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan akhir doa mereka -dalam syurga- ialah bahwa segala puji-pujian itu adalah bagi Allah yang Maha Menguasai seluruh alam ini." (Yunus: 10)
1390. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya "Nabi s.a.w. pada malam Beliau di Isra'kan, beliau diberi dua buah gelas yang masing-masing berisi arak dan susu. Beliau s.a.w. melihat keduanya itu, lalu mengambil yang berisikan susu. Jibril a.s. berkata: "Alhamdulillah -yakni segala puji-pujian bagi Allah- yang telah memberikan petunjuk kepada Tuan kepada kefithrahan ini -kefithrahan yakni kemurnian sejak manusia dilahirkan yakni Agama Islam-. Andaikata Tuan mengambil arak, sesungguhnya umat Tuan sesat semuanya." (Riwayat Muslim)
1391. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Segala perkara yang mempunyai kepentingan -menurut syara'- yang tidak dimulai melakukannya dengan ucapan Alhamdulillah, maka perkara itu menjadi kurang keberkahannya." hadits hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan lain-lainnya. [Baca Status Hadits Disini]
1392. Dari Abu Musa r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila anak seorang hamba itu meninggal dunia, maka berfirmanlah Allah kepada para malaikatNya: "Apakah engkau semua sudah mencabut ruhnya anak hambaKu." Mereka menjawab: "Ya." Allah berfirman lagi: "Apakah engkau semua sudah mengambil buah hatinya." Mereka menjawab: "Ya." Allah berfirman lagi: "Kemudian bagaimanakah ucapan hambaKu itu." Mereka menjawab: "Ia memuji kepadaMu serta mengucapkan istirja'," yaitu Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, artinya: Sesungguhnya kita semua ini adalah milik Allah dan kita semua tentu kembali kepadaNya. Allah Ta'ala lalu berfirman: "Dirikanlah untuk hambaKu itu sebuah rumah dalam syurga dan namakanlah rumah itu dengan sebutan: Baitulhamd -yakni Rumah Pujian-." Diriwayatkanoleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1393. Dari Anas
r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu ridha kepada
seorang hamba yang makan sekali makanan lalu ia memuji kepada Allah atas makanan
itu serta ia minum sekali minuman lalu memuji kepada Allah atas minuman itu."
(Riwayat Muslim)
Bab 243. Bacaan Shalawat Kepada Rasulullah S.A.W.
Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya menyampaikan shalawatnya kepada Nabi -yakni Nabi Muhammad-. Hai orang-orang yang beriman, ucapkanlah shalawat dan salam dengan sebenar-benarnya salam kepada Nabi itu." (al-Ahzab: 56)
1394. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w, bersabda: "Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku sekali shalawat, maka Allah akan memberikan kerahmatan padanya sepuluh kali dengan sebab sekali shalawat tadi." (Riwayat Muslim)
1395. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama manusia bagiku pada hari kiamat ialah orang yang terbanyak bacaan shalawatnya padaku," yakni lebih diutamakan oleh beliau s.a.w. untuk dapat memperoleh syafaatnya dan dapat kedudukan yang terdekat dengannya. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1396. Dari Aus bin Aus r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya diantara hari-harimu yang paling utama sekali ialah hari Jum'at, maka perbanyakkanlah membaca shalawat padaku pada hari itu, sebab sesungguhnya bacaan shalawatmu itu ditunjukkan kepadaku." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah shalawat kita semua itu dapat ditunjukkan kepada Tuan, sedangkan Tuan sudah hancur tubuhnya -telah wafat dan dikubur-?" Dalam sebagian riwayat disebutkan: dengan kata-kata: "Sedangkan Tuan telah rusak tubuhnya?" Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan pada tanah untuk makan tubuhnya para Nabi." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1397. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Terkena debulah hidung seseorang -yakni amat hina sekali seseorang- yang di waktu nama saya disebutkan di sisinya, tetapi ia tidak suka membaca shalawat padaku." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1398. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua membuat kuburku itu sebagai hari raya -yakni untuk tempat berkumpul-kumpul guna bersenang-senang-. Bacalah shalawat padaku karena sesungguhnya bacaan shalawatmu semua itu dapat sampai padaku, di mana saja engkau semua berada." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1399. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorangpun yang memberi salam padaku, melainkan Allah mengembalikan ruhku, sehingga saya dapat rnenjawab salam orang itu." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1400. Dari Ali r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang kikir ialah orang yang apabila namaku disebut disisinya ia tidak suka membaca shalawat padaku." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits shahih.
1401. Dari Fadhalah bin 'Ubaid r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pernah mendengar seorang yang berdoa dalam shalatnya, tetapi ia tidak mengucapkan puji-pujian kepada Allah Ta'ala dan tidak pula membaca shalawat pada Nabi s.a.w., lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tergesa-gesa sekali orang ini," kemudian orang itu dipanggilnya. Nabi s.a.w. lalu bersabda pada orang itu atau pada orang lain juga: "Jikalau seorang diantara engkau semua hendak berdoa, maka hendaklah memulai dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhannya yang Maha Suci serta puji-pujian padaNya, selanjutnya membaca shalawat kepada Nabi s.a.w., seterusnya bolehlah ia berdoa dengan apa yang dikehendaki olehnya." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits shahih.
1402. Dari Abu Muhammad, yaitu Ka'ab bin 'Ujrah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. keluar pada kita, lalu kita berkata: "Ya Rasulullah, kita semua telah mengerti bagaimana cara bersalam kepada Tuan, tetapi bagaimanakah cara kita kalau membaca shalawat kepada Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ucapkanlah: "Alhhumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama shallaita 'ala ali Ibrahim, innaka hamidum majid. Allahumma barik 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama barakta 'ala ali Ibrahim, innaka hamidum majid." Artinya: Ya Allah, berikanlah tambahan kerahmatan pada Muhammad dan pada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan tambahan kerahmatan pada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Termulia. Ya Allah, berikanlah tambahan keberkahan pada Muhammad dan pada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah menambahkan keberkahan pada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Termulia. (Muttafaq 'alaih)
1403. Dari Abu Mas'ud al-Badri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. datang kepada kita dan kita semua sedang dalam majelisnya Sa'ad bin 'Ubadah, lalu Basyir bin Sa'ad berkata kepada beliau s.a.w.: "Allah menyuruh kita supaya kita membaca shalawat kepada Tuan, ya Rasulullah, maka bagaimanakah cara kita mengucapkan shalawat kepada Tuan itu?" Rasulullah s.a.w. lalu diam, sehingga kita semua mengharapkan, alangkah baiknya kalau tadi-tadi Basyir tidak bertanya kepada beliau tentang hal itu. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ucapkanlah: Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad. Kama shallaita 'ala Ibrahim. Wabarik 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad. Kamabarakta 'ala ali Ibrahim. Innaka hamidum majid -untuk artinya silahkan periksa dalam hadits no.1402 di atas-. Adapun tentang salam, maka sebagaimana yang engkau semua sudah diajari." (Riwayat Muslim)
1404. Dari Abu
Humaid as-Sa'idi r.a., katanya: "Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah,
bagaimanakah cara kita mengucapkan shalawat kepada Tuan?" Beliau s.a.w.
bersabda: "Ucapkanlah: Allahumma shalli 'ala Muhammad, wa 'ala azwajihi wa
dzurriyyatihi. Kama shallaita 'ala Ibrahim. Wa barik 'ala Muhammad, wa 'ala
azwajihi wa dzurriyyatihi. Kama barakta 'ala Ibrahim. Innaka hamidum majid."
-artinya:- Ya Allah, berikanlah tambahan kerahmatan pada Muhammad dan pada
istri-istri dan keturunan-keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan
tambahan kerahmatan pada Ibrahim. Dan berikanlah tambahan keberkahan pada
Muhammad dan pada istri-istri dan keturunan-keturunannyam, sebagaimana Engkau
telah menambahkan keberkahan pada Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha
Terpuji lagi Termulia. (Muttafaq 'alaih)
Bab 244. Keutamaan Dzikir Dan Anjuran Mengerjakannya
Allah Ta'ala berfirman: "Dan sesungguhnya berdzikir kepada Allah itu adalah lebih besar -keutamaannya-." (al-'Ankabut: 45)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Maka berdzikirlah engkau semua kepadaKu, tentu Aku akan ingat padamu semua." (al-Baqarah: 152)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan takut dan bukan dengan suara keras, di waktu pagi dan petang dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai" (al-A'raf: 205)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan berdzikirlah engkau semua kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, supaya engkau semua berbahagia." (al-Jumu'ah: 10)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Sesungguhnya orang-orang Islam, lelaki dan perempuan," sampai kepada firman Allah Ta'ala: "Dan orang-orang'yang berdzikir kepada Allah, lelaki dan perempuan dengan sebanyak-banyaknya, maka Allah menyediakan kepada mereka itu pengampunan serta pahala yang besar." (al-Ahzab: 35)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya dan Maha Sucikanlah Allah itu di waktu pagi dan sore," sampai akhir ayat. (al-Ahzab: 41-42)
Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi.
1405. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada dua kalimat yang ringan pada lisan -yakni mudah diucapkan, tetapi berat sekali dalam timbangan -di akhirat-, dicintai oleh Allah yang Maha Pengasih, yaitu Subhanallah wa bihamdih dan Subhanallahil 'azhim." Artinya: Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya dan Maha Suci Allah yang Maha Agung. (Muttafaq 'alaih)
1406. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya kalau saya mengucapkan: Subhanallah walhamdu lillah wa la ilaha illallah wallahu akbar -yg artinya: Maha Suci Allah, segenap puji bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah adalah Maha Besar-, maka itu adalah lebih saya sukai daripada apa saja yang matahari terbit atasnya -yakni lebih disukai dari dunia dan seisinya ini." (Riwayat Muslim)
1407. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa mengucapkan: La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qadir -yg artinya: Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya adalah semua kerajaan dan puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu-, dalam sehari seratus kali, maka ia memperoleh pahala yang menyamai dengan memerdekakan sepuluh orang hamba sahaya, juga untuknya dicatatlah sebanyak seratus kebaikan dan dihapuskanlah dari dirinya sebanyak seratus keburukan, juga ia dapat memperoleh perjagaan dari godaan syaitan pada harinya itu sampai waktu sore. Tiada seorangpun yang dapat memperoleh sesuatu yang lebih utama dari apa yang dilakukan oleh orang di atas itu, melainkan seorang yang mengerjakan lebih banyak dari itu." Beliau s.a.w. selanjutnya bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallah wa bihamdih -Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya-, dalam sehari sebanyak seratus kali, maka dihapuskanlah dari dirinya semua kesalahan-kesalahannya (dosa-dosa kecil), sekalipun kesalahan-kesalahannya itu banyaknya seperti buih lautan." (Muttafaq 'alaih)
1408. Dari Abu Ayyub al-Anshari r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa mengucapkan: La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qadir -artinya lihat hadits no.1407-, sebanyak sepuluh kali, maka ia adalah sebagaimana seorang yang memerdekakan empat jiwa dari keturunan Ismail." (Muttafaq 'alaih)
1409. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: "Tidakkah engkau semua suka kalau saya beritahukan kepadamu perihal ucapan yang paling dicintai oleh Allah? Sesungguhnya ucapan yang paling dicintai oleh Allah ialah Subhanallah wa bihamdih." (Riwayat Muslim)
1410. Dari Abu Malik al-Asy'ari r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bersuci itu adalah separuh keimanan, bacaan Alhamdulillah itu adalah memenuhi beratnya timbangan -di akhirat, sedang Subhanallah dan Alhamdulillah itu memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi." (Riwayat Muslim)
1411. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Ada seorang A'rab -penghuni pedalaman negeri Arab- datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu berkata: "Ajarkanlah kepada saya sesuatu ucapan yang baik saya ucapkan!" Beliau s.a.w. bersabda: "Katakanlah: La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, Allahu Akbar kabira, walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi rabbil 'alamin wa la haula wa la quwwata illa billahil 'azizil hakim." Artinya: Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Allah adalah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya, Maha Suci Allah yang menguasai seluruh alam dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Mulia lagi Bijaksana. Orang A'rab tadi lalu berkata: "Itu semua adalah untuk memuji Tuhanku. Lalu manakah yang untuk kepentinganku?" Beliau s.a.w. bersabda: "Katakanlah: Allahummaghfir li warhamni wahdini warzuqni" -Ya Allah, berilah pengampunan pada saya, berilah kerahmatan, juga petunjuk dan rezeki kepada saya. (Riwayat Muslim)
1412. Dari Tsauban r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila selesai dari shalatnya, beliau s.a.w. lalu mengucapkan istighfar -yakni ucapan Astaghfirullah, artinya: Saya mohon ampun kepada Allah-, sebanyak tiga kali, kemudian mengucapkan: Allahumma antas salam, wa minkas salam, tabarakta ya dzaljalali wal-ikram." Ya Allah, Engkau adalah Maha Menyelamatkan, daripadaMulah datangnya keselamatan, Engkau Maha Tinggi, hai Zat yang memiliki keperkasaan dan kemuliaan. Kepada al-Auza'i ditanyakan -Beliau adalah salah seorang yang meriwayatkan Hadis-: "Bagaimanakah ucapan istighfar itu?" Ia menjawab: "Orang yang beristighfar itu supaya mengucapkan: Astaghfirullah, astaghfirullah." (Riwayat Muslim)
1413. Dari Almughirah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila selesai dari shalat dan telah bersalam, lalu mengucapkan: La ilaha illalahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qadir -artinya lihat hadits no.1407-. Allahumma la mani'a lima a'thaita wa la mu'thia lima mana'ta wa la yanfa'u dzaljaddi minkal jaddu -Ya Allah, tiada yang kuasa menolak terhadap apa saja yang Engkau berikan dan tiada yang kuasa memberi terhadap apa saja yang Engkau tolak dan tiada akan memberikan kemanfaatan kekayaan itu kepada orang yang me-milikinya daripada siksaMu. (Muttafaq 'alaih)
1414. Dari Abdullah bin az-Zubair radhiallahu 'Anhuma bahwasanya ia mengucapkan setiap selesai mengerjakan shalat dan bersalam: La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qadir. Lahaula wa la quwwata illabillah. La ilaha illallahu wa la na'budu illa iyyahu, lahun ni'mati wa lahuts tsana-ul hasan. La ilaha illallahu mukhlishina lahuddina walau karihal kafirun. -Artinya: "Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya adalah semua kerajaan dan puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. Tiada Tuhan melainkan Allah dan kita tidak menyembah selain daripadaNya. BagiNyalah segala kenikmatan dan keutamaan dan bagiNya pula puji-pujian yang baik. Tiada Tuhan melainkan Allah, kita berikhlas hati menjalankan agama untukNya, sekalipun orang-orang kafir membencinya"-. Abdullah bin az-Zubair berkata: "Rasulullah s.a.w. biasa membaca dengan bacaan yang tersebut di atas itu sehabis setiap bershalat." (Riwayat Muslim)
1415. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya kaum fakir dari golongan para sahabat Muhajirin mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu berkata: "Orang-orang yang memiliki harta banyak itu sama pergi -yakni meninggal dunia- dengan membawa derajat yang tinggi-tinggi dan kenikmatan yang kekal. Sebabnya ialah karena mereka bershalat sebagaimana kita bershalat, mereka berpuasa sebagaimana kita berpuasa, lagi mereka mempunyai kelebihan dari harta-harta mereka dan dapat mereka gunakan untuk beribadah haji, berumrah, berjihad serta bersedekah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Tidakkah engkau semua suka kalau saya ajarkan kepadamu semua sesuatu yang dengannya itu engkau semua dapat mencapai pahala orang yang telah mendahuluimu dan dapat mendahului orang yang sesudahmu. Juga tiada seorangpun yang lebih utama pahalanya daripadamu semua, selain orang yang mengerjakan sebagaimana yang engkau kerjakan itu?" Mereka menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. bersabda: "Hendaklah engkau semua membaca tasbih, tahmid dan takbir sehabis shalat -wajib- sebanyak tiga puluh tiga kali masing-masing." Abu Shalih yang meriwayatkan hadits ini dari Abu Hurairah, ketika ditanya bagaimana cara menyebutkan tasbih, tahmid dan takbir itu, lalu menjawab: "Orang yang berdzikir itu supaya mengucapkan: "Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar -Maha Suci Allah dan segenap puji bagi Allah dan Allah adalah Maha Besar-." Sehingga jumlah semuanya itu ada tiga puluh tiga kali. (Muttafaq 'alaih) Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya: "Lalu kembalilah kaum fakir dari golongan sahabat Muhajirin itu kepada Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata: "Saudara-saudara kita yakni orang-orang yang berharta sudah sama mendengar apa yang kita kerjakan ini, kemudian merekapun mengerjakan seperti itu pula." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Yang sedemikian itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki." Addutsur adalah jamaknya datsrun dengan fathahnya dal dan saknahnya tsa' yang bertitik tiga, artinya ialah harta yang banyak.
1416. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w. bersabda : "Barangsiapa yang membaca Subhanallah sehabis tiap bershalat -wajib- sebanyak tiga puluh tiga kali dan membaca Alhamdudillah sebanyak tiga puluh tiga kali dan pula membaca Allahu Akbar sebanyak tiga puluh tiga kali dan untuk menyempurnakan keseratusnya ia membaca: La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qadir -artinya lihatlah dalam hadits no.1407-, maka diampunkanlah untuknya semua kesalahan-kesalahannya, sekalipun banyaknya itu seperti buih lautan." (Riwayat Muslim)
1417. Dari Ka'ab bin 'Ujrah r.a. dari Rasulullah s.a.w. sabdanya: "Beberapa penghujung yang tidak akan rugilah orang yang mengucapkannya atau yang mengerjakannya sehabis setiap shalat yang diwajibkan, yaitu tiga puluh tiga kali bacaan tasbih, tiga puluh tiga kali bacaan tahmid dan tiga puluh empat kali bacaan takbir." (Riwayat Muslim)
1418. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu berta'awwudz -yakni berdoa untuk mohon perlindungan- pada setiap selesai shalat dengan kalimat-kalimat ini -yang artinya- "Ya Allah, saya mohon perlindungan kepadaMu daripada licik dan kikir, saya mohon perlindungan pula padaMu kalau saya sampai dikembalikan kepada serendah-rendahnya usia -yakni usia terlampau tua-, juga saya mohon perlindungan padaMu daripada fitnah dunia serta saya mohon perlindungan padaMu daripada fitnah kubur." (Riwayat Bukhari)
1419. Dari Mu'az r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan berkata: "Hai Mu'az, demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu." Beliau s.a.w. lalu melanjutkan sabdanya: "Saya berwasiat padamu, hai Mu'az, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan setiap selesai bershalat mengucapkan -yang artinya: "Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk tetap berdzikir kepadaMu, serta bersyukur kepadaMu dan beribadah secara baik kepadaMu." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih
1420. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seorang diantara engkau semua bertasyahhud -yaitu mengucapkan bacaan Attahiyyat dan seterusnya-, maka pada penghabisannya hendaklah mohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara. Maka supaya ia mengucapkan -yang artinya: "Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu daripada siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah di waktu hidup dan setelah mati dan pula dari kejahatan fitnahnya Dajjal yang mengembara." (Riwayat Muslim)
1421. Dari Ali r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila berdiri mengerjakan shalat, maka salah satu dari yang terakhir sekali beliau ucapkan antara tasyahhud dan salam, yaitu bacaan -yang artinya: "Ya Allah, ampunilah dosa-dosa saya yang lampau dan yang akan datang, juga yang saya sembunyikan serta yang saya tampakkan, bahkan juga yang saya perlebih-lebihkan dan dosa yang Engkau adalah lebih mengetahui daripada saya sendiri. Engkau adalah Maha Mendahulukan serta Maha Mengakhirkan, tiada Tuhan melainkan Engkau." (Riwayat Muslim)
1422. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. itu memperbanyak dalam mengucapkan ketika ruku' dan sujudnya, yaitu Subhanakallahumma rabbana wa bihamdikallahummaghfirli -Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kita dan dengan mengucapkan puji-pujian padaMu, ya Allah berilah pengampunan padaku." (Muttafaq 'alaih)
1423. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengucapkan dalam ruku' dan sujudnya: "Subbuhun quddusun Rabbul malaikati warruh - Maha Suci dan Maha Bersih, yaitu Tuhan semua malaikat serta Jibril." (Riwayat Muslim)
1424. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adapun ketika ruku' maka Maha Agungkanlah Tuhan di dalamnya, sedang ketika sujud, maka giatlah dalam berdoa, sebab nyata engkau semua akan dikabulkan doamu semua itu." (Riwayat Muslim)
1425. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sedekat-dekat keadaan seorang hamba dari Tuhannya ialah di waktu ia sedang bersujud, maka perbanyakkanlah berdoa dalam sujud itu." (Riwayat Muslim)
1426. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengucapkan dalam sujudnya: Allahummaghfir li dzanbi kullahu, diqqabu wa jillahu wa awwalahu wa akhirahu wa 'alaniatahu wa sirrabu - ya Allah, berilah pengampunan padaku akan semua dosaku, yang kecil dan yang besar, yang permulaan dan yang penghabisan, yang terang-terangan dan yang rahasia." (Riwayat Muslim)
1427. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Pada suatu malam saya kehilangan Nabi s.a.w., lalu saya selidiki, tiba-tiba beliau s.a.w. sedang melakukan ruku' atau sujud dan di situ beliau mengucapkan: Subhanaka wa bihamdika la ilaha illa anta -Maha Suci Engkau dan dengan mengucapkan puji-pujian padaMu, tiada Tuhan melainkan Engkau." Dalam riwayat lain disebutkan: "Lalu jatuhlah tanganku -Aisyah- pada kedua tapak kakinya yang bagian dalam dan beliau sedang ada di dalam masjid, sedang kedua tapak kaki itu didirikan. Diwaktu itu beliau s.a.w. mengucapkan -yang artinya: Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan dengan keridhaanMu daripada kemurkaanMu dan dengan pengampunanMu dari siksaanMu. Juga saya mohon perlindungan padaMu, saya tidak menghitung-hitungkan pujian atasMu. Engkau adalah sebagaimana yang Engkau pujikan pada diriMu sendiri. (Riwayat Muslim)
1428. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Kita semua berada di sisi Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: "Adakah seorang diantara engkau semua itu tidak kuasa mencari seribu kebaikan dalam setiap harinya?" Kemudian ada seorang dari golongan yang duduk-duduk di waktu itu bertanya pada beliau s.a.w.: "Bagaimanakah caranya mencari seribu kebaikan itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Hendaknya orang -yang ingin mendapat seribu kebaikan dalam sehari itu- tadi membaca tasbih seratus kali, maka untuknya dicatatlah sebanyak seribu kebaikan atau dihapuskanlah dari dirinya seribu kesalahan." (Riwayat Muslim) Al-Humaidi berkata: "Demikianlah yang disebutkan dalam kitab Muslim yakni dengan kata-kata: "Au yuhaththu" -artinya: atau dihapuskan. Al-Barqani berkata: "Hadis ini diriwayatkan oleh Syu'bah dan juga Abu 'Awanah dan Yahya al-Qaththan dari Musa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari arahnya itu. Mereka mengatakan: Wa yuhaththu -artinya: dan dihapuskan, tanpa kata: "Alfin -yakni seribu."
1429. Dari Abu Zar r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Atas setiap ruas tulang dari seorang diantara engkau semua itu pada setiap paginya harus ada masing-masing sedekahnya. Maka setiap sekali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap sekali bacaan tahmid adalah sedekah, setiap sekali bacaan tahlil adalah sedekah, setiap sekali bacaan takbir adalah sedekah, memerintahkan kepada kebaikan juga sedekah, mencegah dari kemungkaran juga sedekah dan keseluruhannya itu dapat dicukupi oleh dua rakaat yang dikerjakan oleh seorang itu dari shalat Dhuha." (Riwayat Muslim)
1430. Dari Ummul mu'minin yaitu Juwairiyah binti al-Harits radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. keluar dari rumahnya pada pagi hari ketika bershalat Subuh. Waktu itu Juwairiyah ada di dalam masjidnya. Kemudian beliau s.a.w. kembali setelah melakukan shalat Dhuha, sedangkan Juwairiyah duduk. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Engkau masih tetap dalam keadaan di waktu tadi saya tinggalkan." Juwairiyah menjawab: "Ya." Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Saya telah mengucapkan setelah meninggalkan engkau tadi empat macam kalimat, sebanyak tiga kali, andaikata kalimat-kalimat itu ditimbang dengan kalimat-kalimat yang engkau ucapkan sejak hari ini tadi, niscaya kalimat-kalimat yang saya ucapkan itu menang daripada yang engkau ucapkan. Kalimat-kalimat itu ialah: "Subhanallah wa bihamdihi 'adada khalqihi wa ridba nafsihi wa zinata 'arsyihi wa midada kalimatibi -Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya, sebanyak hitungan makhluk-Nya, sesuai dengan keridhaan ZatNya, seberat timbangan 'arasyNya dan sepanjang beberapa kalimatNya." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: Subhanallah 'adada khalqihi. Subhanalfah ridha nafsihi. Subhanallah zinata 'arsyihi. Subbanallah midada kalimatihi." Dalam riwayat Imam Tirmidzi disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau suka kalau saya ajari beberapa kalimat yang baik engkau membacanya, yaitu: Subhanallah 'adada khalqihi, tiga kali; Subhanallah ridha nafsihi, tiga kali; Subhanatlah zinata 'arsyihi, tiga kali; Subhanallah midada kalimatihi, tiga kali."
1431. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. dari Nabi s.a.w,, sabdanya: "Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir kepadaNya ialah seperti orang yang hidup dan orang yang mati." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, yaitu sabda Nabi s.a.w. "Perumpamaan rumah yang di dalamnya digunakan untuk berdzikir kepada Allah dan rumah yang tidak digunakan untuk berdzikir kepada Allah adalah seperti benda yang hidup dan benda yang mati."
1432. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman -dalam hadits qudsi: "Aku adalah menurut sangkaan -keyakinan- hambaKu kepadaKu. Aku adalah beserta hambaKu itu apabila ia berdzikir -ingat- kepadaKu. Maka jikalau ia berdzikir kepadaKu dalam dirinya, maka Akupun ingat padanya dalam diriKu dan jikalau ia berdzikir kepadaKu di kalangan orang banyak, maka Aku ingat pada orang itu di kalangan makhluk yang lebih baik dari mereka itu -yakni di kalangan para malaikat." (Muttafaq 'alaih)
1433. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Telah dahululah orang-orang yang menyendiri." Para sahabat bertanya: "Siapakah orang-orang yang menyendiri itu, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Mereka itu ialah yang sama berdzikir kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, baik lelaki ataupun perempuan." (Riwayat Muslim) Maksudnya: Menyendiri dalam ingatnya kepada Allah di waktu orang-orang lain tidak mengingat kepadaNya. Inilah yang lebih dahulu memperoleh keridhaan Allah Ta'ala. Diriwayatkan Almufarridun dengan tasydidnya ra' dan ada yang meriwayatkan dengan takhfifnya -yakni ra'nya tanpa syaddah lalu dibaca mufridun. Tetapi yang masyhur yang dikatakan oleh Jumhur Ulama ialah dengan tasydid.
1434. Dari Jabir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama dzikir ialah lafaz 'La ilaha illallah'." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1435. Dari Abdullah bin Busr r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak -yakni hukum-hukumnya sudah lengkap- atas diriku, maka beritahukanlah kepada saya akan sesuatu yang saya dapat berpegang padanya." Beliau s.a.w. bersabda: "Supaya lisanmu itu senantiasa basah dengan berdzikir kepada Allah." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1436. Dari Jabir r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa mengucapkan: Subhanallah wa bihamdih, maka ditanamlah untuknya sebatang pohon kurma dalam syurga." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1437. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya bertemu Nabi Ibrahim a.s., pada malam saya di isra' kan, lalu beliau berkata: "Hai Muhammad, sampaikanlah salam saya kepada umatmu dan beritahukanlah kepada mereka bahwasanya syurga itu bagus tanahnya, tawar airnya dan bahwasanya ia adalah merupakan tanah datar yang rata dan benih tanaman syurga itu ialah: 'Subhanallah walhamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar'." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1438. Dari Abuddarda' r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau semua suka kalau saya beritahukan kepadamu semua akan sebaik-baik amalanmu, juga seindah-indahnya bagi Tuhan yang Maha Merajaimu semua, serta yang tertinggi dalam derajat-derajatmu semua, bahkan lebih baik untukmu semua daripada menafkahkan emas dan perak, juga lebih baik untukmu semua daripada engkau semua bertemu dengan musuhmu lalu engkau tebas leher-leher mereka itu dan merekapun menebas leher-lehermu semua?" Para sahabat berkata: "Baiklah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Yaitu berdzikir kepada Allah Ta'ala." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Imam Hakim, Abu Abdillah mengatakan bahwa isnad hadits ini adalah shahih.
1439. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a. bahwasanya ia bersama Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat seorang wanita dan di mukanya ada beberapa biji atau beberapa kerikil -batu-batu kecil- yang digunakan untuk menghitung tasbihnya, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau suka kalau saya memberitahukan padamu tentang sesuatu yang lebih mudah untukmu daripada ini dan bahkan lebih utama?" Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu suatu bacaan -yang artinya: Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa yang diciptakan olehNya di langit. Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa yang diciptakan olehNya di bumi. Juga Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa yang ada diantara langit dan bumi. Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa yang diciptakan olehNya. Allah adalah Maha Besar sebanyak seperti itu pula. Segenap puji bagi Allah sebanyak seperti itu pula. Tiada Tuhan melainkan Allah sebanyak seperti itu pula dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah sebanyak seperti itu pula." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. [Baca Status Hadits Disini]
1440. Dari Abu Musa
al-Asy'ari r.a., katanya: "Rasulullah sa..w. bersabda kepadaku: "Tidakkah engkau
suka kalau saya tunjukkan kepadamu pada sesuatu gedung simpanan dari beberapa
gedung simpanan syurga?" Saya -Abu Musa- berkata: "Baiklah, ya Rasulullah."
Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Yaitu ucapan: La haula wala quwwata illa billah
-Tiada daya dan tiada kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah." (Muttafaq
'alaih)
Bab 245. Berdzikir Kepada Allah Ta'ala Dengan Berdiri, Duduk, Berbaring, Berhadas, Walaupun Ketika Sedang Junub Dan Haidh
Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit-langit dan bumi, perbedaan malam dan siang, itu semua adalah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mempunyai pemikiran -yakni suka menggunakan akal fikirannya-, yaitu orang-orang yang suka berdzikir kepada Allah, baik sedang berdiri, duduk ataupun ketika berbaring pada lambung-lambung mereka." (Ali-Imran: 190)
1441. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu berdzikir kepada Allah dalam segala keadaannya." (Riwayat Muslim)
1442. Dari Ibnu
Abbas radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Andaikata seseorang
diantara engkau semua itu ketika mendatangi istrinya -hendak bersetubuh
dengannya- lalu mengucapkan dulu: Bismillah Allahumma jannibnasy syaithana wa
jannibisy syaithana ma razaqtana -Dengan nama Allah, ya Allah, jauhkanlah
syaitan dari kita dan jauhkan pula syaitan itu dari anak yang akan Engkau
rezekikan pada kita-, kemudian ditakdirkan akan ada seorang anak diantara kedua
suami istri itu, tentulah syaitan tidak akan dapat membuat bahaya pada anak
itu." (Muttafaq 'alaih)
Bab 246. Apa Yang Diucapkan Ketika Hendak Tidur Dan Bangun Tidur
1443. Dari
Hudzaifah dan Abu Zar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu
apabila menempati tempat tidur -yakni hendak tidur-, beliau s.a.w. mengucapkan:
Bismikallahumma ahya wa amutu -artinya: "Dengan namaMu ya Allah saya hidup dan
mati"-. Dan apabila beliau s.a.w. bangun dari tidur, lalu mengucapkan:
Alhamdulillahil ladzi ahyana ba'da ma amatana wa ilaihin nusyur -artinya:
"Segenap puji bagi Allah yang menghidupkan kita -yakni membangunkan dari tidur-
sesudah mematikan kita -yakni sehabis kita tidur yang disamakan sebagai mati-
dan kepadaNyalah kita kembali.-" (Riwayat Bukhari)
Bab 247. Keutamaan Berkumpul Untuk Berdzikir Dan Mengajak Untuk Mengikutinya Dan Larangan Memisahkan Diri Daripadanya Kalau Tanpa Uzur -Halangan-
Allah Ta'ala berfirman: "Dan sabarkanlah dirimu berkumpul bersama orang-orang yang menyeru kepada Tuhan di waktu pagi dan petang. Mereka mengharapkan keridhaanNya dan janganlah engkau menghindarkan pandanganmu dari mereka itu." (al-Kahf: 21)
1444. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu mempunyai beberapa malaikat yang berkeliling di jalan-jalan untuk mencari para ahli dzikir, jikalau mereka menemukan sesuatu kaum yang berdzikir kepada Allah'Azza wajalla lalu mereka memanggil-kawan-kawannya: "Kemarilah, disinilah ada hajatmu -ada yang engkau semua cari-. Mereka lalu berputar disekeliling orang-orang yang berdzikir itu serta menaungi mereka dengan sayap-sayapnya sampai ke langit dunia. Tuhan mereka lalu bertanya kepada mereka, tetapi Tuhan sebenarnya lebih Maha Mengetahui hal itu. Firman Tuhan: "Apakah yang diucapkan oleh hamba-hambaKu itu?" Para malaikat menjawab: "Mereka itu sama memaha sucikan Engkau, memaha besarkan, memuji serta memaha agungkan padaMu -yakni bertasbih, bertakbir, bertahmid dan bertamjid-. Tuhan berfirman lagi: "Adakah mereka itu dapat melihat Aku?" Malaikat menjawab: "Tidak, demi Allah, mereka itu tidak melihat Engkau." FirmanNya: "Bagaimanakah sekiranya mereka dapat melihat Aku?" Dijawab: "Andaikata mereka melihat Engkau, tentulah mereka akan lebih giat ibadahnya padaMu, lebih sangat memaha agungkan padaMu, juga lebih banyak pula bertasbih padaMu." FirmanNya: "Apakah yang mereka minta itu?" Dijawab: "Mereka meminta syurga." FirmanNya: "Adakah mereka pernah melihat syurga?" Dijawab: "Tidak, demi Allah, ya Tuhan, mereka tidak pernah melihat syurga itu." FirmanNya: "Bagaimanakah andaikata mereka dapat melihatnya?" Dijawab: "Andaikata mereka pernah melihatnya, tentulah mereka akan lebih lobanya pada syurga itu, lebih sangat mencarinya dan lebih besar keinginan mereka pada syurga tadi." FirmanNya: "Dari apakah mereka memohonkan perlindungan?" Dijawab: "Mereka mohon perlindungan daripada neraka." FirmanNya: "Adakah mereka pernah melihat neraka itu?" Dijawab: "Tidak, demi Allah mereka tidak pernah melihatnya." FirmanNya: "Bagaimanakah andaikata mereka pernah melihatnya?" Dijawab: "Andaikata mereka pernah melihatnya, tentulah mereka akan lebih sangat larinya dan lebih sangat takutnya pada neraka itu." FirmanNya: "Kini Aku hendak mempersaksikan kepadamu semua bahwasanya Aku telah mengampunkan mereka itu." Nabi s.a.w.bersabda: "Ada salah satu diantara para malaikat itu berkata: "Di kalangan orang-orang yang berdzikir itu ada seorang yang sebenarnya tidak termasuk golongan mereka, sesungguhnya ia datang karena ada sesuatu hajat belaka." Allah berfirman: "Mereka adalah sekawanan sekedudukan dan tidak akan celakalah orang yang suka menemani mereka itu -yakni orang yang pendatang itupun memperoleh pengampunan pula-." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu mempunyai para malaikat yang berkeliling -di bumi- dan utama-utama keadaannya. Tugas mereka ialah mengikuti majelis-majelis berdzikir. Maka apabila mereka menemukan sesuatu majelis yang berisi dzikir didalamnya, merekapun lalu duduk bersama orang-orang yang berdzikir itu dan saling berputar menaungi mereka dengan sayap-sayapnya antara satu dengan yang lainnya, sehingga memenuhi tempat yang ada diantara mereka dengan langit dunia. Selanjutnya jikalau orang-orang yang berdzikir itu telah berpisah, para malaikat tadi lalu mendaki dan naik ke langit, kemudian Allah 'Azzawajalla bertanya kepada mereka, tetapi Allah sebenarnya lebih mengetahui tentang hal itu: "Dari manakah engkau semua datang?" Mereka menjawab: "Kita semua baru datang dari hamba-hambaMu yang ada di bumi, mereka itu sama bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid serta memohonkan sesuatu padaMu." FirmanNya: "Apakah yang mereka mohonkan padaKu?" Dijawab: "Mereka mohon akan syurgaMu." FirmanNya: "Apakah mereka pernah melihat syurgaKu itu?" Dijawab: "Tidak, ya Tuhan." FirmanNya: "Bagaimana pula sekiranya mereka pernah melihat syurgaKu itu." Para malaikat berkata lagi: "Mereka itu juga memohonkan perlindungan padaMu." FirmanNya: "Dari apakah mereka sama memohonkan perlindungan padaKu?" Dijawab: "Dari nerakaMu, ya Tuhan." FirmanNya: "Apakah mereka pernah melihat nerakaKu itu?" Dijawab: "Tidak pernah." FirmanNya: "Bagaimana pula sekiranya mereka pernah melihat nerakaKu." Para malaikat itu berkata lagi: "Mereka juga memohonkan pengampunan daripadaMu." Allah lalu berfirman: "Sungguh-sungguh Aku telah mengampuni mereka itu, kemudian Aku berikan pula apa-apa yang mereka minta dan Aku berikan perlindungan pula mereka itu dari apa-apa yang mereka mohonkan perlindungannya." Nabi s.a.w. bersabda: "Para malaikat itu berkata: "Ya Tuhan, di kalangan mereka ada seorang hamba yang banyak sekali kesalahannya, ia hanyalah berjalan saja melalui orang-orang yang berdzikir tadi lalu duduk bersama mereka." Allah lalu berfirman: "Kepada orang itupun saya berikan pengampunan pula. Mereka adalah kaum yang tidak akan celaka orang yang suka mengawani mereka."
1445. Dari Abu Hurairah dan dari Abu Said radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada sesuatu kaumpun yang duduk-duduk sambil berdzikir kepada Allah, melainkan dikelilingi oleh para malaikat dan ditutupi oleh kerahmatan serta turunlah kepada mereka itu ketenangan -dalam hati mereka- dan Allah mengingatkan mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisinya -yakni disebut-sebutkan hal-ihwal mereka itu di kalangan para malaikat.-" (Riwayat Muslim)
1446. Dari Abu Waqid al-Harits bin 'Auf r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. pada suatu ketika sedang duduk dalam masjid beserta orang banyak, tiba-tiba ada tiga orang yang datang. Yang dua orang terus menghadap kepada Rasululah s.a.w. sedang yang seorang lagi lalu pergi. Kedua orang itu berdiri di depan Rasulullah s.a.w. Adapun yang seorang, setelah ia melihat ada tempat yang longgar dalam himpunan majelis itu, lalu terus duduk di situ, sedang yang satu lagi duduk di belakang orang banyak, sedangkan orang ketiga terus menyingkir dan pergi. Setelah Rasulullah s.a.w. selesai -dalam mengamat-amati tiga orang tadi- lalu bersabda: "Tidakkah engkau semua suka kalau saya memberitahukan perihal tiga orang ini? Adapun yang seorang -yang melihat ada tempat longgar terus duduk di situ-, maka ia menempatkan dirinya kepada Allah, kemudian Allah memberikan tempat padanya. Adapun yang lainnya -yang duduk di belakang orang banyak-, ia adalah malu -untuk berdesak-desakan dan sikap ini terpuji-, maka Allah pun malu padanya, sedangkan yang seorang lagi -yang terus menyingkir-, ia memalingkan diri, maka Allah juga berpaling dari orang itu." (Muttafaq 'alaih)
1447. Dari Abu Said
al-Khudri r.a., katanya: "Mu'awiyah r.a. keluar menuju suatu golongan yang
berhimpun dalam masjid, lalu ia berkata: "Apakah yang menyebabkan engkau semua
duduk ini?" Orang-orang menjawab: "Kita duduk untuk berdzikir kepada Allah." Ia
berkata lagi: "Apakah, demi Allah, tidak ada yang menyebabkan engkau semua duduk
ini melainkan karena berdzikir kepada Allah saja?" Mereka menjawab: "Ya, tidak
ada yang menyebabkan kita semua duduk ini, kecuali untuk itu." Mu'awiyah lalu
berkata: "Sebenarnya saya bukannya meminta sumpah dari engkau semua itu karena
sesuatu dugaan yang meragukan terhadap dirimu semua dan tiada seorangpun yang
sebagaimana kedudukan saya ini dari Rasulullah s.a.w. yang lebih sedikit
Hadisnya daripada saya sendiri -karena sangat berhati-hatinya meriwayatkan
Hadis-. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pada suatu ketika keluar menuju suatu
golongan yang berhimpun dari kalangan sahabat-sahabatnya, lalu beliau s.a.w.
bersabda: "Apakah yang menyebabkan engkau semua duduk ini?" Para sahabat
menjawab: "Kita duduk untuk berdzikir kepada Allah, juga memuji padaNya karena
telah menunjukkan kita semua kepada Agama Islam dan mengaruniakan kenikmatan
Islam itu pada kita." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Apakah, demi Allah, tidak
menyebabkan engkau semua duduk ini melainkan karena itu?" Sesungguhnya saya
bukannya meminta sumpah dari engkau semua itu karena sesuatu dugaan yang
meragukan terhadap dirimu semua, tetapi Jibril datang padaku dan memberitahukan
bahwasanya Allah merasa bangga dengan engkau semua itu kepada malaikat -yakni
kebanggaanNya itu ditunjukkan kepada para malaikat-." (Riwayat Muslim)
Bab 248. Dzikir Di Waktu Pagi Dan Sore
Allah Ta'ala berfirman: "Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu dengan rasa rendah diri dan takut dan tidak pula dengan ucapan yang keras-keras, yaitu pada waktu pagi dan sore dan janganlah engkau termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai." (al-A'raf: 205) Ahli lughah -ahli bahasa- berkata: "Al-Aashal adalah jama'nya lafaz ashil, yaitu waktu antara Asar dan Maghrib -yakni waktu sore hari-.
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya." (Thaha: 130)
"Dan maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian pada Tuhanmu di waktu sore dan pagi." (Ghafir: 55) Ahli lughah berkata: Al'asyiy ialah waktu antara tergelincirnya -yakni lingsirnya- matahari sampai terbenamnya.
Allah Ta'ala berfirman pula: "Bertasbih kepada Allah di mesjid-mesjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, ..." sampai habisnya ayat. (an-Nur: 36)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Sesungguhnya Kami -Allah- telah menundukkan gunung-gunung itu untuk bertasbih bersama Dawud di waktu sore dan pagi." (Shad: 18)
1448. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan ketika pagi dan sore: "Subhanallah wa bihamdih" seratus kali, maka tidak akan datang seorang pun besok pada hari kiamat yang keadaannya lebih utama dari apa yang dikerjakannya, kecuali seorang yang mengucapkan seperti apa yang diucapkan olehnya itu atau menambahkan dari ucapannya tadi." (Riwayat Muslim)
1449. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, ada sesuatu yang saya bertemu dengannya, yaitu seekor kalajengking, lalu menyengat pada saya tadi malam." Beliau s.a.w. bersabda: "Andaikata engkau mengucapkan ketika engkau berada di waktu sore, yaitu: "A'udzu bikalimatilahit tammati min syarri ma khalaq -Saya mohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari -kejahatan- apa saja yang diciptakan olehNya-, sesungguhnya binatang itu tidak akan membahayakan padamu." (Riwayat Muslim)
1450. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. bahwasanya beliau s.a.w. di waktu pagi mengucapkan -yang artinya-: Ya Allah, dengan karuniaMu kita berpagi-pagi dan dengan karuniaMu pula kita bersore-sore. Dengan pertolonganMu kita hidup dan dengan takdirMu kita mati dan kepadaMulah tempat kita kembali." Selanjutnya jikalau di waktu sore beliau s.a.w. mengucapkan -yang artinya-: Ya Allah, dengan karuniaMu kita bersore-sore, dengan pertolonganMu kita hidup dan dengan takdirMu kita mati dan kepadaMulah tempat kita kembali." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1451. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Abu Bakar as-Shiddiq r.a. berkata: "Ya Rasulullah, perintahkanlah kepada saya untuk mengucapkan beberapa kalimat yang perlu saya baca di waktu saya berpagi-pagi atau bersore-sore!" Beliau s.a.w. bersabda: "Ucapkanlah -yang artinya-: "Ya Allah, yang Maha Menciptakan semua langit dan bumi, Maha Mengetahui yang ghaib dan yang terang, Tuhan segala sesuatu serta yang Maha Merajainya. Saya menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Engkau. Saya mohon perlindungan dari kejahatan diri saya sendiri dan dari kejahatan syaitan serta apa yang yang menyebabkan kemusyrikin kepada Allah." Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda: "Ucapkanlah itu jikalau engkau berpagi-pagi, bersore-sore dan ketika engkau mengambil tempat tidurmu -yakni hendak tidur-." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
1452. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: Nabi s.a.w. itu apabila bersore-sore mengucapkan -yang artinya-: "Kita bersore-sore dan segenap kerajaan pada waktu sore inipun kepunyaan Allah, segala puji-pujian bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya." Yang merawikan hadits ini berkata: "Saya mengira beliau s.a.w. mengucapkan sehabis yang di atas itu bacaan-bacaan -yang artinya-: "Bagi Allah segenap kerajaan dan bagiNya pula segala puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Tuhan, saya mohon kepadaMu akan kebaikannya apa yang ada pada malam ini dan kebaikannya apa yang ada pada malam yang berikutnya dan saya mohon perlindungan padaMu akan kejahatannya apa yang ada pada malam ini dan kejahatannya apa yang ada pada malam sesudahnya. Ya Tuhan, saya mohon perlindungan kepadaMu daripada kemalasan dan buruknya usia tua. Saya juga mohon perlindungan kepadaMu dari siksa dalam neraka dan siksa dalam kubur." Jikalau di waktu pagi, beliau s.a.w. mengucapkan sedemikian itu pula dengan kata-kata -yang artinya-: "Kita berpagi-pagi dan segenap kerajaan pada waktu pagi inipun kepunyaan Allah." (Riwayat Muslim)
1453. Dari Abdullah bin Khubaib, dengan dhammahnya kha' mu'jamah, r.a. katanya: "Nabi s.a.w. bersabda kepada saya: "Bacalah Qul huwallahu ahad dan dua buah surat Ta'awwudz -yakni Qul a'udzu birabbil falaq dan Qul a'udzu birabbin nas-, ketika engkau bersore-sore dan ketika engkau berpagi-pagi, maka yang sedemikian itu dapat mencukupi untukmu dari segala sesuatu." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1454. Dari Usman bin Affan r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hambapun yang pada pagi setiap hari dan sore setiap malam, mengucapkan: "Bismillahil ladzi la yadhurru ma'asmihi syai-un fil-ardhi wa la fissama-i wa huwas sami'ul 'alim -Dengan nama Allah yang segala sesuatu tidak akan dapat membahayakan dengan menyebut namaNya itu, baik yang ada di bumi ataupun yang ada di langit dan Allah adalah Maha Mendengar lagi Mengetahui-, sebanyak tiga kali, melainkan ia tidak akan terkena bahaya oleh sesuatu apapun." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
Informasi:
Imam Hasan Al-Banna
sudah membuat buku dzikir Al-Ma'tsurat. Didalamnya memuat kumpulan bacaan-bacaan
dzikir yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits, sedang diakhir bukunya
disisipkan bacaan doa Rabithah. Walaupun didalamnya ada juga beberapa wirid yang
sanadnya lemah, namun buku Al-Ma'tsurat ini cukup memudahkan kita dalam membaca
dzikir-dzikir yang utama. Bagi yang memerlukannya, silahkan download disini.
Bab 249. Apa-apa Yang Diucapkan Ketika Akan Tidur
Allah Ta'ala berfirman "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta dalam perbedaan waktu malam dan siang adalah merupakan tanda-tanda -kekuasaan Allah- bagi orang-orang yang mempunyai pemikiran -yakni yang suka menggunakan akal fikirannya-. Mereka itu sama berdzikir kepada Allah sambil berdiri dan duduk dan ketika berbaring pada lambung-lambungnya -yakni ketika hendak tidur-," sampai akhirnya ayat. (Ali-Imran: 190)
1455. Dari Hudzaifah dan Abu Zar radhiallahu'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila menempati tempat tidurnya -yakni akan tidur-, beliau s.a.w. mengucapkan: Bismikallahumma ahya wa amutu -Dengan menyebut namaMu, ya Allah, saya hidup dan mati-." (Riwayat Bukhari)
1456. Dari Ali r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda kepadanya dan juga kepada Fathimah -istrinya Ali r.a.-: "Jikalau engkau berdua menempati tempat tidurmu -yakni akan tidur-," atau "jikalau engkau berdua mengambil tempat pembaringanmu -yakni hendak tidur-, maka bacalah takbir sebanyak tiga puluh tiga kali, tasbih sebanyak tiga puluh tiga kali dan tahmid juga sebanyak tiga puluh tiga kali." Dalam riwayat lain disebutkan: "Tasbih itu sebanyak tiga puluh empat kali." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Takbir itu sebanyak tiga puluh empat kali." (Muttafaq 'alaih)
1457. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang diantara engkau semua menempati tempat tidurnya -yakni akan tidur-, maka hendaklah mengibas-ngibaskan tempat tidurnya dengan sarungnya yang bagian dalam, sebab sesungguhnya ia tidak mengetahui apa yang ia tinggalkan di situ, kemudian supaya mengucapkan -yang artinya-: Dengan namaMu ya Tuhanku saya meletakkan lambungku dan dengan namaMu pula saya mengangkatnya. Jikalau Engkau mengambil jiwaku, maka kasihanilah ia dan jikalau Engkau biarkan ia -yakni tetap hidup-, maka jagalah ia sebagaimana yang Engkau berikan penjagaan itu kepada para hambaMu yang shalih-shalih." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Karena selama kita tinggalkan, kita tidak tahu barangkali ada syaitan dan jin yang melakukan aktifitas di tempat tidur kita. Selain itu, agar kotaran dan debu diatas tempat tidur menjadi bersih.
1458. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. apabila mengambil tempat pembaringannya -yakni akan tidur-, beliau meniup dalam kedua tangannya dan membaca surat-surat Mu'awwidzah -yaitu surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas- kemudian dengan kedua tangan itu beliau mengusapkan ke tubuhnya. (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam-imam Bukhari dan Muslim disebutkan demikian: Bahwasanya Nabi s.a.w. apabila menempati tempat tidurnya -yakni akan tidur- pada setiap malamnya, beliau mengumpulkan kedua tapak tangannya lalu di dalamnya itu membaca -surat-: Qul huwallahuahad, Qul a'udzubirabbilfalaq dan Qul a'udzu birabbinnas, kemudian dengan kedua tangannya itu beliau mengusap tubuhnya sekuasa yang dicapai olehnya, dimulai dulu atas kepalanya, lalu wajahnya, kemudian yang berhadapan dari tubuhnya -yakni tubuhnya yang bagian muka terus yang bagian belakang-. Beliau s.a.w. mengerjakan sedemikian itu sampai tiga kali. (Muttafaq 'alaih) Para ahli lughah berkata: Annaftsu talah tiupan secara perlahan-lahan tanpa mengeluarkan ludah.
Keterangan:
Salah satu manfaatnya melakukan hal ini adalah untuk mencegah jin dan syaitan dari mengganggu kita, karena kita sudah dibentengi dengan surat-surat perlindungan kepada Allah. Selain itu, membaca ayat kursi pun bisa mencegah dari gangguan syaitan. Saya ada pengalaman, ketika saya tidur dan bermimpi, saya diganggu syaitan, diapun mendekat kepada saya sambil membawa pisau hendak menusuk saya. Maka saya tunggu dia sambil saya tersenyum kepadanya, kemudian setelah dekat saya bacakan "Laillahaillallah", baru sekali membaca, mahluk tersebut yang mengganggu saya langsung menjerit "Panas!" dan seketika itu saya langsung terjaga sambil tersenyum, disebabkan keyakinan saya pada kalimat tauhid. Kalimat tauhid memang sangat ampuh mencegah syaitan dan jin dari mengganggu kita baik dalam keadaan terjaga maupun tidur. Sedikit kalimatnya, namun dia adalah kuncinya syurga. Dalam mimpi buruk lainnya, saya membaca ayat kursi dalam mimpi, namun tidak langsung terbangun, setelah mau ke akhir ayat, barulah terbangun. Setelah terbangun, saya meludah namun tanpa air ludah ke sebelah kiri sebanyak tiga kali sambil membaca ta'awudz, kemudian posisi tidur digeser sedikit. Tidurpun dilanjutkan kembali, Alhamdulillah tidak ada mimpi buruk lagi. Intinya, apapun keadaannya, kita harus ingat kepada Allah agar kita senantiasa berada dalam penjagaan-Nya. Sebab biasanya bila kita diganggu, apalagi dalam mimpi, malahan kita lari menghindari gangguan tersebut. Samakin ia mengejar, semakin lari kita. Padahal bila kita ingat kepada Allah, lalu membaca password diatas yang membuat kita langsung terhubung online dengan Allah, maka insya Allah kita akan ditolong oleh Allah yang bilamana Dia yang menolong, walaupun bergabung seluruh manusia, jin dan syaithan dari awal zaman hingga akhir zaman hendak mencelakakan kita, maka dijamin 100% mereka tidak akan mampu melakukannya.
1459. Dari al-Bara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: "Jikalau engkau mendatangi tempat pembaringanmu -yakni akan tidur-, maka berwudhu'lah dahulu sebagaimana wudhu'mu untuk bershalat, kemudian berbaringlah pada belahan tubuhmu sebelah kanan dan ucapkanlah -yang artinya-: "Ya Allah, saya menyerahkan jiwaku kepadaMu, saya haturkan urusanku kepadaMu, saya tempatkan punggungku kepadaMu. Demikian itu adalah karena cinta dan takut kepadaMu. Tiada tempat bersandar dan tiada tempat berlindung daripadaMu selain kepadaMu. Saya beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada Nabi yang Engkau utuskan". Jikalau engkau mati, maka matimu adalah menetapi kefithrahan -yakni tetap dalam Agama Islam-, maka itu jadikanlah ucapan-ucapan itu sebagai kata-kata terakhir yang engkau ucapkan -sebelum tidur-." (Muttafaq 'alaih)
1460. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. apabila menempati tempat tidurnya -yakni akan tidur-, beliau mengucapkan -yang artinya-: "Segenap puji bagi Allah yang memberikan makan dan minum kepada kita, memberikan kecukupan dan tempat kediaman kepada kita. Maka alangkah banyaknya orang yang tidak mempunyai orang yang dapat mencukupinya dan tidak pula ada yang memberikan tempat kediaman padanya." (Riwayat Muslim)
1461. Dari
Hudzaifah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. apabila hendak tidur, beliau
meletakkan tangan kanannya di bawah pipinya, kemudian berkata: "Allahumma qini
'adzabaka yawma tab'atsu 'ibadaka" -ya Allah, lindungilah saya dari siksaMu pada
hari Engkau membangkitkan seluruh hambaMu-. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan
ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. Juga diriwayatkan oleh Imam Abu
Dawud dari riwayat Hafshah radhiallahu 'anha dan dalam hadits ini disebutkan
bahwa beliau s.a.w. mengucapkan kata-kata di atas itu sebanyak tiga
kali.
Bab 250. Doa-doa
Allah Ta'ala berfirman: "Tuhanmu semua berfirman: Berdoalah engkau semua padaKu, pasti Aku mengabulkan doamu semua itu." (Al-Mu'min: 60)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (al-A'raf: 55)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu -hai Muhammad- tentang Aku, maka katakanlah bahwa sesungguhnya Aku ini dekat. Aku dapat mengabulkan permohonan orang yang berdoa padaKu jikalau ia telah memohonkan itu padaKu," sampai habisnya ayat. (al-Baqarah: 186)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Siapakah yang dapat mengabulkan permohonan orang yang dalam keadaan terpaksa -yakni menderita kekurangan-, jikalau ia berdoa kepadaNya, dan dapat pula menghilangkan keburukan -yakni penderitaan- dari dirinya itu." sampai habisnya ayat. (an-Naml: 62)
1462. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Berdoa itu termasuk ibadah." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1463. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu suka doa-doa yang menghimpun -yakni yang mengandung segala macam kepentingan dan keperluan- dan beliau s.a.w. meninggalkan yang selain itu." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1464. Dari Anas r.a., katanya: "Sebagian banyak doa Nabi s.a.w., itu ialah: Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, waqina 'adzabannar" -artinya: "Ya Tuhan kami, berikanlah kebaikan pada kita di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kita dari siksa neraka."- (Muttafaq 'alaih) Imam Muslim dalam riwayatnya menambahkan: Katanya: Anas apabila berkehendak akan berdoa dengan sesuatu doa, maka berdoa dengan doa di atas itu. Juga apabila berkehendak memohonkan sesuatu permohonan yang lain, maka dalam doanya itu dimasukkanlah doa di atas itu pula.
1465. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. mengucapkan -yang artinya-: "Ya Allah, sesungguhnya saya memohonkan kepadaMu akan petunjuk, ketaqwaan, dapat menahan diri dari melakukan kemaksiatan serta kekayaan -cukup dari kekurangan sehingga tidak meminta kepada orang lain-." (Riwayat Muslim)
1466. Dari Thariq bin Asy-yam r.a., katanya: "Seseorang itu apabila masuk Islam, lalu Nabi s.a.w. mengajarkan shalat padanya, kemudian orang itu diperintah supaya berdoa dengan kalimat-kalimat ini -yang artinya-: Ya Allah, berikanlah kepada saya pengampunan, kerahmatan, petunjuk, kesehatan dan rezeki." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: Dari Thariq bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. yang ketika didatangi oleh seorang lelaki lalu berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah yang harus saya ucapkan di waktu saya akan memohonkan sesuatu pada Tuhanku?" Beliau s.a.w. bersabda: "Katakanlah -yang artinya- Ya Allah, berikanlah pengampunan padaku, kerahmatan, kesehatan dan rezeki, sebab doa ini dapat menghimpun segala kepentinganmu dalam urusan dunia serta akhiratmu."
1467. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan -dalam doanya yang artinya-: "Ya Allah, Zat yang Maha mengubah-ubah hati, ubah-ubahlah hati kita -dari satu keadaan kepada lain keadaan- untuk terus menetapi ketaatan padaMu." (Riwayat Muslim)
1468. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Mohonlah engkau perlindungan kepada Allah daripada kesengsaraan bencana, dicapai oleh kecelakaan, buruknya ketentuan dan kegembiraan musuh karena bahaya yang kita peroleh." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: Abu Sufyan -yang meriwayatkan hadits ini- berkata: "Saya sangsi -merasa ragu-ragu- bahwa saya menambah salah satu dari empat macam permohonan di atas itu."
1469. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan -dalam doanya yang artinya-: "Ya Allah, perbaguskanlah untukku akan agamaku yang itu adalah pegangan perkaraku, perbaguskanlah untukku duniaku yang di dalamnya adalah kehidupanku, juga perbaguskanlah akhiratku yang di dalamnya itulah tempat kembaliku. Jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematian itu sebagai istirahat untukku dari segala keburukan." (Riwayat Muslim)
1470. Dari Ali r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: "Ucapkanlah: Allahummahdini wa saddidni -Ya Allah, berikanlah petunjuk kepadaku dan luruskanlah perjalananku-." Dalam riwayat lain disebutkan: "Allahumma inni as alukal huda wassadad" -Ya Allah, sesungguhnya saya mohon kepadaMu akan petunjuk dan lurusnya perjalanan. (Riwayat Muslim)
1471. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan -dalam doanya yang artinya-: Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan padaMu dari kelemahan dan kemalasan, kelicikan, usia terlampau tua dan kikir. Saya juga mohon perlindungan padaMu daripada siksa kubur dan saya mohon perlindungan pula padaMu dari fitnahnya hidup dan mati." Dalam riwayat lain disebutkan: "Juga dari beratnya beban hutang dan dikalahkan oleh orang-orang -yakni jangan sampai berbuat kezhaliman ataupun dizhalimi orang lain-." (Riwayat Muslim)
1472. Dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a. bahwasanya ia berkata kepada Rasulullah s.a.w.: "Ajarkanlah kepada saya sesuatu doa yang dapat saya baca dalam shalatku!" Beliau s.a.w. bersabda: "Katakanlah -yang artinya-: Ya Allah, sesungguhnya saya telah menganiaya diriku sendiri dengan penganiayaan yang banyak sekali dan tidak dapat mengampunkan semua dosa itu kecuali Engkau, maka berikanlah untukku pengampunan dari hadhiratMu dan belas kasihanilah saya, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: "Dalam rumahku -yakni doa yang perlu saya baca dalam rumahku-." Dalam riwayat lain disebutkan: "Penganiayaan yang banyak," ada yang mengatakan: "Penganiayaan yang besar," dengan tsa' yang bertitik tiga dan dengan ba' bertitik satu. Maka sebaiknya supaya dua kata itu dihimpunkan, lalu dikatakan: "katsiran kabiran -yang banyak dan besar-."
1473. Dari Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w. bahwasanya beliau s.a.w. berdoa dengan doa ini -yang artinya-: Ya Allah, berikanlah pengampunan untukku akan kesalahan dan kebodohanku, berlebih-lebihanku dalam perkaraku dan apa saja yang Engkau lebih mengetahui tentang itu daripada saya sendiri. Ya Allah, ampunkanlah kesalahanku yang saya lakukan dengan kegiatan dan bermain-main, yang tidak sengaja serta yang memang saya sengaja, juga segala sesuatu yang dari diriku. Ya Allah, ampunkanlah untukku kesalahan-kesalahan yang saya lakukan terdahulu atau yang saya lakukan kemudian -yakni sesudah saat ini-, juga yang saya sembunyikan serta yang saya tampakkan dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahui tentang itu daripada saya sendiri. Engkau adalah Maha Mendahulukan serta Maha Mengakhirkan dan Engkau adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Muttafaq 'alaih)
1474. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. itu mengucapkan dalam doanya -yang artinya-: "Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu daripada kejahatan apa yang saya kerjakan dan dari kejahatan apa yang tidak saya kerjakan". (Riwayat Muslim)
1475. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Sebagian dari doanya Rasulullah s.a.w. ialah -yang artinya-: "Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan padaMu daripada lenyapnya kenikmatanMu -yang dikaruniakan padaku- dan bergantinya kesehatan daripadaMu -yang ada dalam diriku- juga dari tibanya siksaMu -atas diriku- dengan mendadak dan juga dari segala macam kemurkaanMu." (Riwayat Muslim)
1476. Dari Zaid bin Arqam r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan -dalam doanya yang artinya-: "Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu daripada kelemahan dan kemalasan, kekikiran dan usia terlampau tua serta siksa kubur. Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ini untuk dapat bertaqwa kepadaMu, juga sucikanlah jiwaku itu karena Engkau adalah sebaik-baik Zat yang dapat menyucikannya. Engkaulah yang Maha Menguasai serta yang menjadi Tuhannya. Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu daripada ilmu pengetahuan yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak dapat khusyu',dari jiwa yang tidak puas-puas dan dari doa yang tidak dikabulkan." (Riwayat Muslim)
1477. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengucapkan -dalam doanya yang artinya-: "Ya Allah, kepadaMu saya menyerahkan din, kepadaMu saya beriman, kepadaMu saya bertawakkal, kepadaMu saya kembalikan -segala urusan-, dengan petunjukMu saya berbantah -dengan musuh- dan dengan hukum-hukumMu saya memberikan ketentuan hukum. Maka dari itu ampunilah saya akan dosa-dosaku yang dahulu dan yang kemudian, yang saya sembunyikan serta yang saya tampakkan. Engkau adalah Maha Mendahulukan serta Maha Mengakhirkan, tiada Tuhan melainkan Engkau." Setengah para perawi hadits ini menambahkan kalimat -yang artinya-: "Dan tiada daya serta tiada kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah." (Muttafaq 'alaih)
1478. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. berdoa dengan kalimat-kalimat ini -yang artinya-: "Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu daripada fitnahnya neraka dan siksanya neraka, juga dari buruknya kekayaan dan kefakiran. Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih. Ini adalah lafaznya Imam Abu Dawud.
1479. Dari Ziad bin 'Ilaqah dari pamannya, yaitu Quthbah bin Malik r.a., katanya: "Nabi s.a.w. itu mengucapkan -dalam doanya yang artinya-: "Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu dari keburukan-keburukannya budi pekerti, amal perbuatan serta hawa nafsu." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1480. Dari Syakl bin Humaid r.a., katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, ajarkanlah kepada saya sesuatu doa!" Beliau s.a.w. bersabda: "Katakanlah -yang artinya-: "Ya Allah, saya mohon perlindungan kepadaMu daripada keburukan pendengaranku dan dari keburukan penglihatanku dan dari keburukan lidahku dan dari keburukan hatiku serta dari keburukan -air- maniku." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1481. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. mengucapkan -dalam doanya yang artinya-: "Ya Allah saya mohon perlindungan kepadaMu daripada penyakit belang-belang pada kulit -penyakit jamur pada kulit-, gila, kusta dan penyakit-penyakit yang buruk-buruk." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1482. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan -dalam doanya yang artinya-: "Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan padaMu daripada kelaparan, sebab sesungguhnya lapar itu adalah seburuk-buruknya kawan tidur. Juga saya mohon perlindungan padaMu dari berkhianat, karena sesungguhnya khianat itu adalah seburuk-buruknya sifat yang menjadi ciri seseorang." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1483. Dari Ali r.a. bahwasanya seorang budak mukatab -yaitu seorang hamba sahaya yang dapat menjadi merdeka apabila dapat menebus harga dirinya sendiri kepada tuan yang memilikinya- datang padanya lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini tidak kuat untuk membayar harga tebusan diriku ini, maka itu berilah pertolongan kepadaku!" Ali r.a. berkata: "Tidakkah engkau suka kalau saya ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang saya diajari oleh Rasulullah s.a.w., andaikata engkau mempunyai hutang -atau tanggungan- seperti gunung sekalipun, tentu Allah akan menunaikan hutangmu itu? Yaitu, katakanlah: "Allahummakfini bihatalika 'an haramika wa aghnini bifadh-lika 'amman siwaka" -artinya: "Ya Allah, cukupkanlah saya dengan memperoleh apa-apa yang halal daripadaMu untuk tidak sampai melanggar apa-apa yang menjadi keharamanMu dan perkayakanlah diriku dengan memperoleh keutamaan daripadaMu sehingga tidak memerlukan yang selain daripadaMu-." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1484. Dari Imran bin al-Hushain radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. mengajarkan kepada ayahnya yaitu Hushain akan dua kalimat yang dapat digunakan sebagai doa, yaitu -yang artinya-: "Ya Allah, berikanlah ilham padaku berupa kelapangan jalanku dan lindungilah saya dari kejahatan diriku sendiri". Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. [Baca Status Hadits Disini]
1485. Dari Abdulfadhli yaitu Al-'Abbas bin Abdul Muthalib r.a., katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, ajarkanlah pada saya sesuatu doa untuk bermohon kepada Allah Ta'ala." Beliau s.a.w. bersabda: "Mohonlah akan keselamatan kepada Allah." Saya tetap beberapa hari berdoa seperti itu, kemudian saya mendatanginya lagi lalu berkata: "Ya Rasulullah, ajarkanlah kepada saya sesuatu doa untuk bermohon kepada Allah Ta'ala." Beliau s.a.w. bersabda kepada saya: "Hai 'Abbas, paman Rasulullah, mohonlah kepada Allah akan keselamatan di dunia dan akhirat." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits shahih.
1486. Dari Syahr bin Hausyab, katanya: "Saya berkata kepada Ummu Salamah radhiallahu 'anha: "Hai Ummul mu'minin, bagaimanakah doa Rasulullah s.a.w. yang sebagian banyak sekali, jikalau beliau itu ada di sisimu?" Ia menjawab: "Sebagian banyak doa beliau s.a.w. itu ialah -yang artinya-: "Wahai Zat yang membolak-balikkan keadaan hati. Tetapkanlah hatiku atas agamaMu." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1487. Dari Abuddarda' r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Setengah daripada doanya Nabi Dawud a.s. ialah -yang artinya-: "Ya Allah, sesungguhnya saya mohon kepadaMu untuk mencintaiMu dan mencintai orang yang cinta kepadaMu, juga perbuatan yang dapat menyampaikan diriku ke arah dapat mencintai padaMu. Ya Allah, jadikanlah kecintaan padaMu itu yang lebih saya cintai daripada diri saya sendiri, juga melebihi kecintaan pada keluargaku serta melebihi kecintaan kepada air yang dingin." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. [Baca Status Hadits Disini]
1488. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Kekalkanlah -ketika berdoa itu- dengan menggunakan lafaz: "Ya Dzal jalali wal Ikram" -Wahai Zat yang memiliki keperkasaan dan kemuliaan-." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Imam an-Nasa'i juga meriwayatkan hadits ini dari riwayat Rabi'ah bin 'Amir as-Shahabi. Imam Hakim berkata bahwa hadits ini shahih isnadnya. Alizhzhu dengan kasrahnya lam dan syaddahnya zha' mu'jamah, artinya ialah tetapilah secara langsung -yakni kekalkanlah- doa ini dan perbanyakkanlah menggunakannya.
1489. Dari Abu Umamah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berdoa dengan doa yang banyak sekali, kita tidak dapat hafal sedikitpun dari doanya itu. Kita lalu berkata: "Ya Rasulullah, Tuan telah berdoa dengan sesuatu doa yang banyak sekali, sehingga kita tidak dapat hafal sedikitpun daripadanya." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Tidakkah engkau semua suka kalau saya tunjukkan kepadamu semua sesuatu doa yang menghimpun keseluruhannya itu? Yaitu supaya engkau mengucapkan -yang artinya-: "Ya Allah, sesungguhnya saya mohon kepadaMu dari kebaikan sesuatu yang dimohonkan oleh NabiMu yaitu Muhammad s.a.w. Saya juga mohon perlindungan kepadaMu dari kejahatannya sesuatu yang dimohoni perlindungannya oleh NabiMu yaitu Muhammad s.a.w. Engkau adalah yang dimohoni pertolongan dan atas pertolonganMulah adanya kecukupan -sampai memperoleh apa yang diinginkan dari kebaikan dunia dan akhirat-. Dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. [Baca Status Hadits Disini]
1490. Dari Ibnu
Mas'ud r.a., katanya: "Setengah dari doa Rasulullah s.a.w. ialah -yang artinya-:
"Ya Allah, sesungguhnya kita mohon kepadaMu apa-apa yang menyebabkan datangnya
kerahmatanMu dan apa-apa yang menyebabkan pengampunanmu, juga selamat dari dosa
dan memperoleh dari semua kebaikan, demikian pula berbahagia dengan syurga dan
selamat dari siksa api neraka." Diriwayatkan oleh Imam Hakim yaitu Abu Abdillah
dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits shahih menurut syarat Imam Muslim. [Baca Status Hadits
Disini]
0 komentar:
Posting Komentar