Bab 171. Takbirnya Seorang Musafir Jikalau Menaiki Tempat Tinggi -Gunung-gunung- Dan Sebagainya Dan Bertasbih Jikalau Turun Ke Jurang -Ke Bawah- Dan Sebagainya Serta Larangan Terlampau Sangat -Keras- Dalam Mengeraskan Suara Takbir Dan Lain-lain
972. Dari Jabir r.a., katanya: "Kita semua -di waktu berpergian- apabila naik kita bertakbir dan apabila turun kita bertasbih." (Riwayat Bukhari)
973. Dari Ibnu Umar radhiallahu'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w. dan seluruh tentaranya itu apabila mendaki ke gunung-gunung, mereka semuanya bertakbir dan apabila turun mereka bertasbih." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
974. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Nabi s.a.w. itu apabila kembali dari haji atau umrah, setiap kali beliau naik di atas gunung atau tanah tinggi yang keras, beliau tentu bertakbir sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengucapkan -yang artinya-: "Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, juga bagiNyalah segenap kerajaan dan puji-pujian. Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kita semua kembali, kita semua bertaubat -kepada Allah-, menyembah, bersujud kepada Tuhan kita serta mengucapkan puji-pujian. Allah menepati janjiNya, menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan-pasukan musuh dengan seorang diri saja." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Jikalau beliau s.a.w. kembali dari memimpin pasukan atau tentara -dalam peperangan- atau dari haji atau umrah."
975. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, saya hendak berpergian, maka berikanlah wasiat pada saya!" Beliau s.a.w. bersabda: "Hendaklah engkau tetap bertaqwa kepada Allah serta bertakbir pada setiap berada di tempat yang tinggi." Setelah orang itu menyingkir, beliau s.a.w. lalu mengucapkan doa -yang artinya-: "Ya Allah, lipatlah -yakni dekatkanlah- yang jauh untuknya dan permudahkanlah untuknya dalam perjalanannya itu." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
976. Dari Abu Musa
al-Asy'ari r.a., katanya: "Kita semua bersama Nabi s.a.w. dalam berpergian, lalu
apabila kita semua naik di atas suatu jurang, kita semua bertahlil serta
bertakbir dan amat keraslah suara-suara kita itu. Kemudian Nabi s.a.w. bersabda:
"Hai sekalian manusia, kasihanilah pada dirimu sendiri -yakni jikalau bersuara
tidak perlu keras-keras-, sebab sesungguhnya engkau semua itu bukannya berdoa
kepada Tuhan yang bersifat tuli ataupun yang tidak ada Zatnya, sesungguhnya
Tuhan itu adalah beserta engkau semua dan Dia Maha Mendengar lagi Dekat."
(Muttafaq’alaih)
Bab 172. Sunnahnya Berdoa Dalam Berpergian
977. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada tiga macam doa yang
mustajab -yakni akan dikabulkan oleh Allah Ta'ala-, yang tiada disangsikan lagi
akan terkabulnya, yaitu: doanya orang yang teraniaya, doanya orang yang dalam
berpergian dan doanya orang tua terhadap anaknya." Diriwayatkan oleh Imam-imam
Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Tetapi dalam riwayat Imam Abu Dawud tidak terdapat kata-kata: 'ala waladihi
yakni atas anaknya.
Bab 173. Apa Yang Diucapkan Sebagai Doa Apabila Seseorang Itu Takut Kepada Orang-orang Atau Lain-lainnya
978. Dari Abu Musa
al-Asy'ari r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila takut kepada sesuatu
kaum -yakni golongan-, maka beliau s.a.w. mengucapkan -yang artinya-: "Ya Allah,
sesungguhnya kita menjadikan Engkau -yakni menjadikan perlindungan dan
penjagaanMu- dalam leher-leher mereka -sehingga mereka tidak kuasa memperdayakan
kita- dan kita mohon perlindungan kepadaMu dari kejahatan-kejahatan mereka."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Nasa'i dengan isnad shahih.
Bab 174. Apa Yang Diucapkan Jikalau seorang Itu Menempati Suatu Pondok Penginapan
979. Dari Khaulah binti Hakim radhiallahu 'anha, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang turun -berdiam- di suatu tempat pemondokan lalu mengucapkan -yang artinya-: "Saya mohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatannya apa saja yang diciptakan olehNya," maka orang itu tidak akan terkena bahaya sesuatu apapun, sehingga ia pergi dari tempat pemondokannya yang sedemikian itu." (Riwayat Muslim)
980. Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila pergi lalu datang
waktu malam, beliau s.a.w. mengucapkan -yang artinya-: "Hai bumi, Tuhanku dan
Tuhanmu itu adalah Allah, saya mohon perlindungan kepada Allah dari kejahatanmu
dan kejahatannya apa saja yang ada di dalam dirimu, juga kejahatannya apa saja
yang diciptakan dalam tubuhmu, bahkan kejahatannya segala sesuatu merayap di
atasmu. Saya juga mohon perlindungan denganMu -ya Allah- dari kejahatannya singa
dan manusia, ular dan kalajengking serta dari penduduk negeri ini -yang
dimaksudkan ialah jin- serta dari yang melahirkan -maksudnya iblis yang
melahirkan semua syaitan- dan pula dari apa yang diperanakkan olehnya -yakni
syaitan-syaitan anak iblis-. (Riwayat Abu Dawud) Al-Aswad artinya orang.
At-Khathabi berkata: wa sakinul balad yaitu jin yang mendiami bumi ini. Ia
berkata: "Al-balad yakni negeri dari bumi ialah yang digunakan sebagai tempat
tinggalnya binatang dan sekalipun di situ tidak ada bangunan atau rumah-rumah."
Ia berkata lagi: "Dapat diperkirakan bahwa maksudnya Al-walid -yang melahirkan-
ialah iblis, sedang mawalad adalah apa-apa yang dilahirkan olehnya, yakni
syaitan-syaitan. [Baca Status
Hadits Disini]
Bab 175. Sunnahnya Seorang Musafir Untuk Segera Pulang Ke Tempat Keluarganya, Jikalau Sudah Menyelesaikan Keperluannya
981. Dari Abu
Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Berpergian itu sepotong
-yakni sebagian- dari siksaan. Seseorang akan terhalang untuk makannya, minumnya
serta tidurnya -sebab tidak dapat tertib dan mudah seperti di rumah-. Maka dari
itu, apabila seseorang diantara engkau semua telah menyelesaikan maksud
tujuannya, hendaklah segera kembali ke tempat keluarganya." (Muttafaq
'alaih)
Bab 176. Sunnahnya Datang Di Tempat Keluarganya Di Waktu Siang Dan Makruhnya Datang Di Waktu Malam, Jikalau Tidak Ada Keperluan Penting
982. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seorang diantara engkau semua itu telah lama tidak ada -yakni lama dalam berpergian-, maka janganlah datang di tempat keluarganya di waktu malam." Dalam riwayat lain disebutkan: "Bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu melarang kalau seorang lelaki itu datang di tempat keluarganya -dari berpergian- di waktu malam." (Muttafaq 'alaih)
983. Dari Anas
r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu tidak pernah datang di tempat keluarganya
di waktu malam. Beliau s.a.w. datang di tempat mereka di waktu pagi atau
petang." (Muttafaq 'alaih) Aththuruq ialah datang di waktu malam.
Bab 177. Apa Yang Diucapkan Apabila seorang Musafir Itu Telah Kembali Dan Telah Melihat Negerinya
Dalam bab ini termasuklah hadits Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma yang terdahulu mengenai bab takbirnya seorang musafir jikalau menaiki gunung-gunung atau tempat-tempat yang tinggi.
984. Dari Anas
r.a., katanya: "Kita datang -dari perjalanan- bersama Nabi s.a.w., sehingga di
waktu kita sudah berada di luar kota Madinah, lalu beliau s.a.w. mengucapkan
-yang artinya-: "Kita semua telah kembali, kita semua bertaubat -kepada Allah-,
menyembah serta mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan kita." Beliau s.a.w. tidak
henti-hentinya mengucapkan sedemikian itu, sehingga kita datang di
Madinah."(Riwayat Muslim)
Bab 178. Sunnahnya Orang Yang Baru Datang Dari Berpergian Supaya Masuk Masjid Yang Berdekatan Dengan Tempatnya Lalu Bershalat Dua Rakaat Di Dalam Masjid Itu
985. Dari Ka'ab bin
Malik r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila datang dari berpergian lalu
memulai dengan memasuki masjid, kemudian shalat dua rakaat di dalamnya."
(Muttafaq 'alaih)
Bab 179. Haramnya Wanita Berpergian Sendirian
986. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak halal -yakni haram- bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari penghabisan, kalau ia berpergian sejauh jarak sehari semalam, melainkan wajib disertai orang yang menjadi mahramnya." (Muttafaq 'alaih)
987. Dari Ibnu
Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda:
"Janganlah seorang lelaki itu menyendiri dengan seorang wanita, melainkan wanita
itu wajiblah disertai oleh orang yang menjadi mahramnya, juga janganlah seorang
wanita itu pergi, melainkan ia wajiblah disertai orang yang menjadi mahramnya."
Ada seorang lelaki berkata: "Sesungguhnya istri saya hendak keluar untuk
beribadah haji, sedang saya telah dicatat diriku untuk mengikuti peperangan ini
dan ini?" Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Pergilah berhaji dengan istrimu."
(Muttafaq 'alaih)
Bab 180. Kitab Fadhail -Berbagai Fadhilah Atau Keutamaan- Keutamaan Membaca Al-Quran
988. Dari Abu Umamah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bacalah olehmu semua akan al-Quran itu, sebab al-Quran itu akan datang pada hari kiamat sebagai sesuatu yang dapat memberikan syafaat -yakni pertolongan- kepada orang-orang yang memilikinya." (Riwayat Muslim) Maksudnya kata "memilikinya" ialah membaca al-Quran yang dilakukan dengan mengingat-ingat makna dan kandungannya lalu mengamalkan isinya, mana-mana yang merupakan perintah dilakukan dan yang merupakan larangan dijauhi.
989. Dari an-Nawwas bin Sam'an r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Al-Quran itu akan didatangkan pada hari kiamat nanti, demikian pula ahli-ahli al-Quran yaitu orang-orang yang mengamalkan al-Quran itu di dunia, didahului oleh surat al-Baqarah dan surat ali-Imran. Kedua surat ini menjadi hujah untuk keselamatan orang yang mempunyainya -yakni membaca, memikirkan dan mengamalkan-. (Riwayat Muslim)
990. Dari Usman bin Affan r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebaik-baik engkau semua ialah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya pula -kepada orang lain-." (Riwayat Bukhari)
991. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang yang membaca al-Quran dan ia sudah mahir dengan bacaannya itu, maka ia adalah beserta para malaikat utusan Allah yang mulia lagi sangat berbakti, sedang orang yang membacanya al-Quran dan ia berbolak-balik dalam bacaannya -yakni tidak lancar- juga merasa kesukaran di waktu membacanya itu, maka ia dapat memperoleh dua pahala." (Muttafaq 'alaih)
992. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaan orang mu'min yang suka membaca al-Quran ialah seperti buah jeruk utrujah, baunya enak dan rasanyapun enak dan perumpamaan orang mu'min yang tidak suka membaca al-Quran ialah seperti buah kurma, tidak ada baunya, tetapi rasanya manis. Adapun perumpamaan orang munafik yang suka membaca al-Quran ialah seperti minyak harum, baunya enak sedang rasanya pahit dan perumpamaan orang munafik yang tidak suka membaca al-Quran ialah seperti rumput hanzhalah, tidak ada baunya dan rasanyapun pahit." (Muttafaq 'alaih)
993. Dari Umar bin al-Khaththab r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah mengangkat derajat beberapa kaum dengan adanya kitab al-Quran ini -yakni orang-orang yang beriman- serta menurunkan derajatnya kaum yang lain-lain dengan sebab al-Quran itu pula -yakni yang menghalang-halangi pesatnya Islam dan tersebarnya ajaran-ajaran al-Quran itu-." (Riwayat Muslim)
994. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Tidak dihalalkanlah dengki itu, melainkan terhadap dua macam orang, yaitu: Orang yang diberi kepandaian oleh Allah dalam hal al-Quran, lalu ia berdiri dengan al-Quran itu -yakni membaca sambil memikirkan dan juga mengamalkannya- di waktu malam dan waktu siang, juga seorang yang dikaruniai oleh Allah akan harta lalu ia menafkahkannya di waktu malam dan siang -untuk kebaikan-." (Muttafaq 'alaih)
995. Dari al-Bara' bin 'Azib r.a., katanya: "Ada seorang lelaki membaca surat al-Kahfi dan ia mempunyai seekor kuda yang diikat dengan dua utas tali, kemudian tampaklah awan menutupinya. Awan tadi mendekat dan kuda itu lari dari awan tersebut. Setelah pagi datang, orang itu mendatangi Nabi s.a.w. menyebutkan apa yang terjadi atas dirinya itu. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Itu adalah sakinah -ketenangan yang disertai oleh malaikat- yang turun untuk mendengarkan bacaan al-Quran itu." (Muttafaq 'alaih) Dalam Hadisnya Zaid bin Tsabit r.a., katanya: "Saya berada di samping Rasulullah s.a.w., lalu beliau ditutupi oleh sakinah." Yang dimaksudkan ialah ketenangan ketika ada wahyu turun pada beliau. Di antaranya lagi ialah Hadisnya Ibnu Mas'ud r.a.: "Tidak jauh bahwa sakinah itu terucapkan pada lisannya Umar r.a." Ada yang mengatakan bahwa sakinah ialah kedamaian dan ada yang mengatakan kerahmatan.
996. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang membaca sebuah huruf dari kitabullah -yakni al-Quran-, maka ia memperoleh satu kebaikan, sedang satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang seperti itu. Saya tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
997. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya orang yang dalam hatinya tidak ada sesuatu apapun dari al-Quran -yakni tidak ada sedikitpun dari ayat-ayat al-Quran yang dihafalnya,- maka ia adalah seperti rumah yang musnah -sunyi dari perkakas-." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih. [Baca Status Hadits Disini]
998. Dari Abdullah
bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Dikatakanlah -nanti ketika akan masuk syurga- kepada orang yang mempunyai
al-Quran -yakni gemar membaca, mengingat-ingat kandungannya serta mengamalkan
isinya-: "Bacalah dan naikilah derajatmu -dalam syurga- serta tartilkanlah
-yakni membaca perlahan-lahan- sebagaimana engkau mentartilkannya dulu ketika di
dunia, sebab sesungguhnya tempat kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau
baca," maksudnya kalau membaca seluruhnya adalah tertinggi kedudukannya dan
kalau tidak, tentulah di bawahnya itu menurut kadar banyak sedikitnya bacaan.
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa
ini adalah hadits hasan shahih.
Bab 181. Perintah Berta'ahud Kepada Al-Quran -Memelihara Dan Membacanya Secara Tetap- Dan Menakut-nakuti Siapa yang Berpaling Daripadanya Karena Kelupaan
999. Dari Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Berta'ahudlah kepada al-Quran -yakni peliharalah untuk selalu membaca al-Quran itu secara tetap waktunya-, sebab demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya al-Quran itu lebih sangat mudah terlepasnya daripada seekor unta yang ada di dalam ikatan talinya." (Muttafaq 'alaih)
1000. Dari Ibnu
Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya
perumpamaan orang yang menghafal al-Quran -di luar kepala- adalah sebagaimana
perumpamaan seekor unta yang diikat. Jikalau ia terus -senantiasa- mengikatnya,
dapatlah ia menahannya -tidak sampai lepas dan lari- dan jikalau ia
melepaskannya, maka diapun pergilah." (Muttafaq 'alaih)
Bab 182. Sunnahnya Memperbaguskan Suara Dalam Membaca Al-Quran Dan Meminta Untuk Membacanya Dari Orang Yang Bagus Suaranya Dan Mendengarkan Pada Bacaan Itu
1001. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah tidak pernah mendengarkan pada sesuatu -dengan penuh perhatian dan rasa ridha serta menerima- sebagaimana mendengarnya kepada seorang Nabi yang bagus suaranya, ia bertaghanni dengan al-Quran itu yakni mengeraskan suaranya." (Muttafaq 'alaih) Dikatakan oleh para alim ulama: "Bahwasanya sabda Nabi s.a.w.: Yajharu bihi -artinya-: Memperkeraskan suara dalam membaca al-Quran, ini adalah sebagai penjelasan dari sabdanya: yataghanna -yakni bertaghanni dari kata ghina'-." Makna: adzinallahu yakni mendengarkan. Ini sebagai tanda keridhaan dan diterima.
1002. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda padanya: "Sesungguhnya engkau telah dikarunia -oleh Allah- mizmar -yakni seruling- dari mizmar-mizmarnya keluarga Dawud." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda padanya: "Alangkah gembiranya hatimu, jikalau engkau melihat bahwa saya mendengarkan bacaanmu -akan al-Quran- tadi malam." Imam as-Syafi'i rahimahullah berkata: Artinya bertaghanni ialah memperbaguskan suara dan melemah-lembutkannya atau mengiramakan bacaan al-Quran itu." Uraian sedemikian ini disaksikan pula dengan hadits lain, yaitu: Hiasilah al-Quran itu dengan suara-suaramu. Menurut bangsa Arab, setiap orang yang mengeraskan suaranya dan mengiramakannya, maka suaranya itu dapat disebut ghina'. Maksudnya bahwa bacaan Abu Musa r.a. itu amat indah dan baik sekali. Kata mizmar atau seruling dijadikan sebagai perumpamaan untuk bagusnya suara dan kemanisan iramanya, jadi diserupakan dengan suara seruling. Dawud adalah seorang Nabi 'alaihis-salam dan beliau ini adalah sebagai puncak dalam kebagusan suaranya di dalam membaca.
1003. Dari al-Bara' bin 'Azib r.a., katanya: "Saya mendengar Nabi s.a.w. membaca dalam shalat Isya' dengan surat Attin wazzaitun -dalam salah satu dari kedua rakaatnya yang dibaca keras-. Maka saya tidak pernah mendengar seorangpun yang lebih indah bacaannya dari beliau s.a.w. itu." (Muttafaq'alaih)
1004. Dari Abu Lubabah yaitu Basyir bin Abdul Mundzir r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang tidak bertaghanni dengan al-Quran -yakni di waktu membacanya-, maka ia bukanlah termasuk golongan kita." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang baik. Makna: yataghanna atau bertaghanni ialah memperbaguskan suaranya ketika membaca al-Quran.
1005. Dari Ibnu
Mas'ud r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda kepadaku: "Bacakanlah al-Quran
padaku." Saya berkata: "Ya Rasulullah, adakah saya akan membaca al-Quran untuk
Tuan, sedangkan al-Quran itu kepada Tuanlah diturunkannya?" Beliau s.a.w.
bersabda: "Saya senang sekali kalau mendengar al-Quran itu dari orang lain."
Saya lalu membacanya untuk beliau s.a.w. itu surat an-Nisa', sehingga sampailah
saya pada ayat ini -yang artinya-: "Bagaimanakah ketika Kami datangkan kepada
setiap umat seorang saksi dan engkau Kami jadikan saksi atas umat ini" -an-Nisa'
42-. Setelah itu beliau s.a.w. lalu bersabda: "Cukuplah sudah bacaanmu
sekarang." Saya menoleh pada beliau s.a.w. dan kedua matanya meneteskan
airmata." (Muttafaq 'alaih)
Bab 183. Anjuran Membaca Surat-surat Atau Ayat-ayat Yang Tertentu
1006. Dari Abu Said, yaitu Rafi' bin al-Mu'alla r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku: "Tidakkah engkau suka jikalau saya mengajarkan padamu akan seagung-agung surat dalam al-Quran sebelum engkau keluar dari masjid?" Kemudian beliau s.a.w. mengambil tanganku. Setelah kita hendak keluar, sayapun berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Tuan tadi bersabda: "Sungguh-sungguh saya akan mengajarkan padamu seagung-agung surat dalam al-Quran." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Seagung-agung surat ialah Alhamdulillahi rabbil 'alamin -dan seterusnya sampai Waladh dhollin-. Itulah yang disebut Assab'ul matsani -yakni tujuh ayat banyaknya dan diulang-ulangi dua kali atau surat Alfatihah-. Juga itulah yang disebut al-Quran al-'Azhim yang diberikan padaku." (Riwayat Bukhari)
1007. Dari Abu Said al-Khudri r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda mengenai surat Qulhuwallahuahad -yakni surat al-lkhlas-, yaitu: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya surat al-Ikhlas itu sesungguhnya menyamai sepertiga al-Quran -mengenai pahala membacanya-." Dalam riwayat lain disebutkan: Bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda kepada sahabat-sahabatnya: "Apakah seorang diantara engkau semua itu akan merasa lemah -tidak kuat- untuk membaca sepertiga al-Quran dalam satu malam?" Tentu saja hal itu dirasakan berat oleh mereka dan mereka berkata: "Siapakah diantara kita semua yang kuat melakukan itu, ya Rasulullah?" Kemudian beliau s.a.w. bersabda: Qul huwallahu ahad Allahush shamad adalah sepertiga al-Quran -yakni pahala membacanya menyamai membaca sepertiga al-Quran itu-." (Riwayat Bukhari)
1008. Dari Abu Said al-Khudri r.a. pula bahwasanya ada seorang lelaki mendengar lelaki lain membaca: Qul huwallahu ahad, dan seterusnya -dan orang itu mengulang-ulanginya-. Setelah datang pagi harinya, orang yang mendengar itu pergi ke tempat Rasulullah s.a.w. lalu menyebutkan pada beliau s.a.w. apa yang didengarnya, seolah-olah orang ini menganggapnya sebagai amalan yang kecil saja -kurang berarti-. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggamanNya, sesungguhnya surat al-Ikhlas itu sesungguhnya menyamai -pahalanya dengan membaca- sepertiga al-Quran." (Riwayat Bukhari)
1009. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda mengenai Qul huwallahu ahad, yaitu: "Sesungguhnya surat ini adalah menyamai -pahalanya dengan membaca- sepertiga al-Quran." (Riwayat Muslim)
1010. Dari Anas r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya senang sekali pada surat ini, yaitu Qul huwallahu ahad. Lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya kecintaanmu pada surat itu akan dapat memasukkan engkau dalam syurga." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. Imam Bukhari juga meriwayatkannya dalam kitab shahihnya sebagai ta'liq.
1011. Dari 'Uqbah bin 'Amir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah engkau mengetahui beberapa ayat yang diturunkan malam ini? Benar-benar tidak ada sama sekali yang seumpama dengan itu, yaitu surat Qul a'udzu birabbil falaq dan surat Qul a'udzu birabbin nas." (Riwayat Muslim)
1012. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. dahulunya selalu berta'awwudz -mohon perlindungan kepada Allah- dari gangguan jin dan mata manusia, sehingga turunlah dua surat mu'awwidzah -yaitu surat-surat Qul a'udzu birabbil falaq dan Qul a'udzu birabbin nas-. Setelah kedua surat itu turun, lalu beliau s.a.w. mengambil keduanya itu saja -mengamalkannya- dan meninggalkan yang lain-lainnya." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1013. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Setengah dari al-Quran itu ada sebuah surat yang jumlah ayatnya ada tiga puluh ayat. Surat itu dapat memberikan syafaat kepada seorang -jikalau ia membacanya- sehingga orang itu diampuni, yaitu surat Tabarakal ladzi biyadihil mulk -yakni surat al-Mulk." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih. Dalam riwayat Imam Abu Dawud disebutkan dengan menggunakan kata: tasyfa'u -sebagai gantinya- "syafaat", artinya sama yaitu memberi syafaat.
1014. Dari Abu Mas'ud al-Badri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang membaca dua ayat dari akhir surat al-Baqarah di waktu malam -yaitu ayat Aamanar rasulu sampai akhir surat-, maka kedua ayat itu mencukupinya." (Muttafaq 'alaih) Dikatakan oleh para alim ulama bahwa arti kafataahu atau mencukupi orang tadi, maksudnya mencukupi dari apa yang tidak disenangi atau tidak diinginkan pada malam itu. Ada pula yang mengartikan mencukupi dari berdiri untuk shalat malam.
1015. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua menjadikan rumah-rumahmu itu sebagai kuburan -yakni tidak pernah shalat sunnah atau membaca al-Quran di dalamnya-, sehingga sepi dari ibadah. Sesungguhnya syaitan itu lari dari rumah yang di dalamnya itu dibacakan surat al-Baqarah." (Riwayat Muslim)
1016. Dari Ubay bin Ka'ab r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abul Mundzir, adakah engkau mengetahui, ayat manakah dari Kitabullah -yakni al-Quran- yang ada besertamu itu yang teragung?" Saya lalu menjawab: "Yaitu Allahu la ilaha ilia huwal hayyul qayyum, yakni ayat al-Kursi. Beliau s.a.w. lalu menepuk-nepuk dadaku dan bersabda: "Semoga engkau mudah memperoleh ilmu, hai Abul Mundzir." Beliau s.a.w. mendoakan demikian karena benar sekali apa yang diucapkan Abul Munzir itu.(Riwayat Muslim)
1017. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya diserahi oleh Rasulullah s.a.w. untuk menjaga sesuatu dari hasil zakat Ramadhan -yakni zakat fitrah-. Kemudian datanglah padaku seorang pendatang, segeralah ia mulai mengambil makanan itu -sepenuh tangannya lalu diletakkan dalam wadah-. Saya lalu menahannya terus berkata: "Sungguh-sungguh engkau akan saya hadapkan kepada Rasulullah s.a.w." Orang itu berkata: "Sesungguhnya saya ini adalah seorang yang sangat membutuhkan dan saya mempunyai tanggungan keluarga banyak serta saya mempunyai hajat yang sangat sekali -maksudnya amat fakirnya-. Setelah itu iapun saya lepaskan -dengan membawa makanan secukupnya-. Pada pagi harinya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abu Hurairah, apakah yang dikerjakan oleh tawananmu -yakni orang yang kau pegang- tadi malam?" Saya menjawab: "Ya Rasulullah, ia mengadukan bahwa ia mempunyai kebutuhan serta keluarga, lalu saya belas kasihan padanya, maka dari itu saya lepaskan sekehendak jalannya -yakni sesuka hatinya pergi-." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sebenarnya orang itu telah berdusta padamu dan ia akan kembali lagi." Jadi saya mengetahui bahwa ia akan kembali karena begitulah sabda Rasulullah s.a.w. Selanjutnya saya terus mengintipnya, tiba-tiba ia kembali lagi dan segera saja mengambil makanan lagi, lalu saya berkata: "Sungguh-sungguh saya akan menghadapkan engkau kepada Rasulullah s.a.w." Ia berkata: "Biarkanlah saja -sekali ini-, sebab sesungguhnya saya adalah seorang yang amat membutuhkan dan saya mempunyai banyak keluarga yang menjadi tanggungan saya. Saya tidak akan kembali lagi." Sekali lagi saya menaruh belas kasihan padanya, lalu saya lepaskan sekehendak jalannya. Ketika pagi datang, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda padaku: "Hai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu tadi malam?" Saya berkata: "Ia mengadukan lagi bahwa ia amat membutuhkan dan mempunyai banyak tanggungan keluarga, maka dari itu saya belas kasihan padanya dan saya lepaskanlah sekehendak jalannya." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya ia berkata dusta padamu dan ia akan kembali lagi." Saya mengintipnya untuk ketiga kalinya. Ia datang dan terus mengambil makanan lalu saya tangkaplah ia, kemudian saya berkata: "Kini sungguh-sungguh saya akan menghadapkan engkau kepada Rasulullah s.a.w. dan ini adalah yang terakhir, karena untuk ketiga kalinya engkau datang, sedang engkau memastikan tidak akan datang, tetapi engkau datang lagi." Orang itu lalu berkata: "Biarkanlah aku -yakni supaya engkau lepaskan saja-, sesungguhnya saya akan mengajarkan beberapa kalimat padamu yang dengannya itu Allah akan memberikan kemanfaatan padamu." Saya berkata: "Apakah kalimat-kalimat itu." Ia menjawab: "Jikalau engkau hendak menempati tempat tidurmu, maka bacalah ayat Kursi, karena sesungguhnya -kalau itu engkau baca-, engkau akan senantiasa didampingi oleh seorang penjaga dari Allah dan engkau tidak akan didekati oleh syaitan sehingga datang waktu pagi." Akhirnya orang itu saya lepaskan lagi sekehendak jalannya. Saya pada pagi harinya, lalu Rasulullah s.a.w. bersabda padaku: "Apakah yang dilakukan oleh tawananmu tadi malam?" Saya menjawab: "Ia menyangka bahwa ia telah mengajarkan padaku beberapa kalimat yang dengannya itu Allah akan memberikan kemanfaatan padaku, lalu saya lepaskanlah ia menurut sekehendak jalannya." Beliau s.a.w. bertanya: "Apakah kalimat-kalimat itu?" Saya menjawab: "Ia berkata kepada saya: "Jikalau engkau menempati tempat tidurmu, maka bacalah ayat Kursi sejak dari permulaannya sehingga engkau habiskan ayat itu sampai selesai, yaitu: Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qayyum." Ia melanjutkan katanya kepada saya: "Jikalau itu engkau baca, maka engkau selalu akan didampingi oleh seorang penjaga dari Allah dan syaitan tidak akan mendekat padamu sehingga datang waktu pagi." Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya ia telah berkata benar padamu -yakni kalau membaca ayat al-Kursi, maka akan terus mendapat penjagaan dari Allah-, tetapi orang itu sendiri sebenarnya adalah pendusta besar. Adakah engkau mengetahui, siapakah yang engkau ajak bicara selama tiga malam berturut-turut itu?" Saya menjawab: "Tidak." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Itu adalah syaitan." (Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Ayat Kursi yang dimaksudkan dalam hadits diatas ialah sebagaimana yang tercantum di bawah ini dan sebelum membaca ayat tersebut, sebaiknya membaca Ta'awwudz dulu yaitu: A'udzu billahu minasy syatthanir rajiim, selanjutnya barulah membaca ayat al-Kursi yang tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 255, bunyinya (artinya): "Allah yang tiada Tuhan selain Dia itu, adalah Maha Hidup serta Berdiri sendiri -yakni tidak membutuhkan kepada yang selainNya-. Dia tidak akan dihinggapi oleh rasa kantuk dan tidak pula pernah tidur. BagiNya adalah semua yang ada di langit dan di bumi. Dia Maha Mengetahui apa saja yang ada di muka mereka -yakni seluruh makhluk- dan apa saja yang ada di belakangnya. Siapakah yang kiranya dapat memberikan syafaat -pertolongan- di sisiNya -baik sewaktu di dunia ataupun di akhirat nanti- melainkan dengan izinNya? Kursinya -yakni kerajaanNya- adalah meliputi seluruh langit dan bumi dan Dia tidak akan tersibukkan dalam memelihara keduanya -langit dan bumi- itu, karena Dia adalah Maha Tinggi serta Agung."
1018. Dari
Abuddarda' r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang
menghafal sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia terjaga dari
gangguan Dajjal." Dalam riwayat lain disebutkan: "Dari akhir surat al-Kahfi."
(Riwayat Muslim) [Baca Status
Hadits Disini]
Bab 184. Sunnahnya Berkumpul Untuk Membaca Al-Quran
1019. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Pada suatu ketika Jibril sedang duduk di sisi Nabi s.a.w., lalu mendengar suara -pintu terbuka- di atasnya, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata: "Ini adalah pintu dari langit yang dibuka pada hari ini dan tidak pernah sama sekali dibuka, melainkan pada hari ini." Kemudian turunlah dari pintu tadi seorang malaikat, lalu Jibril berkata: "Ini adalah malaikat yang turun ke bumi dan tidak pernah turun sama sekali, melainkan pada hari ini." Malaikat yang baru turun itu lalu memberi salam dan berkata: "Bergembiralah -hai Muhammad- dengan dua cahaya yang dikaruniakan kepada Tuan dan tidak pernah dikaruniakan kepada Nabi siapapun sebelum Tuan, yaitu fatihatul kitab -yakni surat al-Fatihah- dan beberapa ayat penghabisan dari surat al-Baqarah. Tidaklah Tuan membaca sehuruf dari keduanya itu, melainkan Tuan akan diberi pahala besar." (Riwayat Muslim) Annaqiidh artinya suara -seperti suara pintu- dan lain-lain.
1020. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. .bersabda: "Tiada suatu kaumpun yang
sama berkumpul dalam salah satu rumah dari rumah-rumah Allah -yakni masjid-
sambil membaca Kitabullah dan saling bertadarus diantara mereka itu -yaitu
berganti-gantian membacanya-, melainkan turunlah ketenangan di atas mereka,
serta mereka akan diliputi oleh kerahmatan dan diliputi oleh para malaikat dan
Allah menyebut-nyebutkan mereka itu kepada makhluk-makhluk yang ada di sisiNya
-yakni para malaikat-." (Riwayat Muslim)
Bab 185. Keutamaan Berwudhu'
Allah Ta'ala berfirman: "Hai sekalian orang yang beriman! Jikalau engkau semua berdiri hendak shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai ke siku dan sapulah kepala dan basuhlah kakimu sampai ke mata kaki. Dan jikalau engkau semua junub, maka sucikanlah dirimu -yakni mandilah-. Dan jikalau engkau semua sakit atau dalam berpergian atau seseorang dari engkau semua datang dari buang air atau bersetubuh dengan wanita, lalu engkau semua tidak mendapatkan air, maka carilah tanah yang baik -atau bersih yang digunakan untuk bertayammum-, kemudian sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak menghendaki untuk membuat kesempitan -kesukaran- atasmu semua, tetapi hendak menyucikan engkau semua dan menyempurnakan karunianya kepadamu semua, supaya engkau semua bersyukur." (al-Maidah: 6)
1021. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya umatku itu akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajahnya dan amat putih bersih tubuhnya dari sebab bekas-bekasnya berwudhu'. Maka dari itu, barangsiapa yang dapat diantara engkau semua hendak memperpanjang -yakni menambahkan- bercahayanya, maka baiklah ia melakukannya -dengan menyempurnakan berwudhu' itu sesempurna mungkin-." (Muttafaq 'alaih) [Baca Status Hadits Disini]
1022. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Saya mendengar kekasihku Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perhiasan-perhiasan -di syurga- itu sampai dari tubuh seorang mu'min, sesuai dengan anggota yang dicapai oleh wudhu', yakni sampai di mana air itu menyentuh tubuhnya, sampai di situ pula perhiasan yang akan diperolehnya di syurga. (Riwayat Muslim)
1023. Dari Usman bin Affan r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang berwudhu' lalu memperbaguskan wudhu'-nya -yakni menyempurnakan sesempurna mungkin-, maka keluarlah kesalahan-kesalahannya sehingga keluarnya itu sampai dari bawah kuku-kukunya." (Riwayat Muslim)
1024. Dari Usman bin Affan r.a. pula, katanya: "Saya melihat Rasulullah s.a.w. berwudhu' seperti wudhu'ku ini, kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang berwudhu' sedemikian, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosa yang telah lalu. Dan shalatnya serta jalannya ke masjid mendapat tambahan pahala." (Riwayat Muslim)
1025. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila seorang hamba yang muslim atau mu'min itu berwudhu', lalu ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu semua kesalahan yang disebabkan ia melihat padanya dengan kedua matanya dan keluarnya ialah beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir. Jikalau ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya itu semua kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah semua kesalahan yang dijalankan oleh kedua kakinya beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir, sehingga akhirnya keluarlah ia dalam keadaan suci dari semua dosa." (Riwayat Muslim)
1026. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. mendatangi suatu kuburan lalu mengucapkan: "Assalamu 'alaikum, hai perumahan kaum mu'minin dan kita semua Insya Allah akan menyusul engkau semua. Saya ingin kalau kita semua sudah dapat melihat saudara-saudara kita." Para sahabat berkata: "Bukankah kita ini saudara-saudara Tuan, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Engkau semua adalah sahabat-sahabatku, sedang saudara-saudara kita itu masih belum datang lagi." Para sahabat berkata pula: "Bagaimanakah Tuan dapat mengetahui orang yang masih belum datang dari golongan umat Tuan, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Bagaimanakah pendapatmu, sekiranya ada seorang lelaki mempunyai seekor kuda yang putih bersih kepalanya, putih pula kaki-kakinya berada di samping kuda yang hitam polos, tidakkah pemilik itu dapat mengetahui kudanya sendiri?" Para sahabat menjawab: "Ya, tentu dapat, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya umatku yang akan datang itu ialah dalam keadaan bercahaya wajahnya serta putih bersih tubuhnya dari sebab berwudhu' dan saya adalah yang terlebih dulu dari mereka itu untuk datang ke telaga haudh." (Riwayat Muslim)
1027. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengannya dapat pula menaikkan beberapa derajat?" Para sahabat menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Yaitu menyempurnakan wudhu' sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi -seperti terlampau dingin dan sebagainya-, banyaknya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat sesudah melakukan shalat. Itulah yang disebut ribath -perjuangan menahan nafsu untuk memperbanyak ketaatan pada Tuhan-." (Riwayat Muslim)
1028. Dari Abu Malik al-Asy'ari r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bersuci itu adalah separuh keimanan." Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan sudah lalu kelengkapannya yang panjang dalam bab Sabar -lihat hadits no.25-. Dalam bab ini termasuk pula Hadisnya 'Amr bin 'Abasah r.a. yang juga sudah diuraikan di muka dalam akhir bab Pengharapan. Hadits itu adalah suatu hadits yang agung sekali yang memuat berbagai macam kebaikan.
1029. Dari Umar bin
al-Khaththab r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Tiada seorangpun dari engkau
semua yang berwudhu' lalu ia menyampaikan yakni menyempurnakan wudhu'nya,
kemudian mengucapkan: Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa
asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh, melainkan dibukakanlah untuknya
pintu syurga yang delapan buah banyaknya. Ia diperbolehkan masuk dari pintu
manapun juga yang dikehendaki olehnya." (Riwayat Muslim) Imam Tirmidzi
menambahkan ucapan di atas dengan: Allahummaj'alni minat tawwabina waj'alni
minal mutatthahhirin, -artinya-: Ya Allah, jadikanlah saya termasuk golongan
orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang
yang bersuci. [Baca Status
Hadits Disini]
Bab 186. Keutamaan Adzan
1030. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Andaikata para manusia itu mengetahui betapa besar pahalanya beradzan dan menempati shaf pertama -di waktu shalat-, kemudian mereka tidak menemukan jalan untuk memperolehnya itu melainkan dengan cara mereka mengadakan undian, sesungguhnya mereka akan melakukan undian itu. Juga andaikata para manusia mengetahui betapa besar pahalanya datang lebih dulu -untuk melakukan shalat-, sesungguhnya mereka akan berlomba-lomba untuk itu. Demikian pula andaikata mereka mengetahui betapa besar pahalanya shalat Isya dan shalat Subuh -dengan berjamaah-, sesungguhnya mereka akan mendatangi kedua shalat itu, sekalipun dengan berjalan merangkak." (Muttafaq 'alaih) Alistiham artinya mengadakan undian dan Attahjir ialah datang paling awal untuk mengerjakan shalat di masjid.
1031. Dari Mu'awiyah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Para muazzin -ahli beradzan- itu adalah sepanjang-panjang leher manusia besok pada hari kiamat." (Riwayat Muslim)
1032. Dari Abdullah bin Abdur Rahman bin Abu Sha'sha'ah bahwasanya Abu Said al-Khudri r.a. berkata padanya: "Sesungguhnya saya melihat engkau suka sekali pada kambing dan tempat-tempat di desa, maka jikalau engkau berada di tempat kambingmu atau di desamu, lalu engkau beradzan untuk bershalat, maka keraskanlah suaramu dengan beradzan itu, karena sesungguhnya tiada seorang jin, manusia atau sesuatu apapun yang mendengar dengungan suara muazzin itu, melainkan ia akan menjadi saksi untuknya pada hari kiamat." Abu Said berkata: "Saya mendengar yang sedemikian itu dari Rasulullah s.a.w." (Riwayat Bukhari)
1033. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau adzan dikumandangkan untuk shalat, maka membelakanglah syaitan -yakni lari ke belakang- sambil kentut (buang angin), sehingga ia tidak mendengar lagi suara adzan tersebut. Selanjutnya jikalau adzan sudah selesai, maka ia datang lagi, sehingga apabila dibunyikan iqamat, maka sekali lagi ia membelakang, kemudian apabila bunyi iqamat telah selesai datanglah ia kembali sehingga ia mengganggu -yakni menggoda- antara seseorang itu dengan hatinya sendiri sambil mengucapkan: "Ingatlah ini dan ingatlah itu," yaitu sesuatu yang tidak diingatnya sebelum ia shalat itu, sampai-sampai seseorang itu tidak lagi mengetahui, sudah berapa rakaat ia shalat." (Muttafaq 'alaih)
1034. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau mendengar adzan, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muazzin, kemudian bacalah shalawat untukku, karena sesungguhnya barangsiapa yang membaca shalawat untukku sekali shalawatan, maka Allah akan memberikan kerahmatan kepadanya sepuluh kali, selanjutnya mohonlah wasilah kepada Allah untukku, sebab sesungguhnya wasilah itu adalah suatu tingkat dalam syurga yang tidak patut diberikan melainkan kepada seorang hamba dari sekian banyak hamba-hamba Allah dan saya mengharapkan agar sayalah hamba yang memperoleh tingkat wasilah tadi. Maka dari itu barangsiapa yang memohonkan wasilah untukku -kepada Allah-, wajiblah ia memperoleh syafaatku." (Riwayat Muslim)
1035. Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. .bersabda: "Jikalau engkau semua mendengar adzan, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muazzin." (Muttafaq 'alaih)
1036. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang ketika -sudah selesai- mendengarkan adzan lalu mengucapkan -do'a yang artinya-: "Ya Allah yang Maha Menguasai doa yang sempurna serta shalat yang akan didirikan ini, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan", maka akan dapatlah ia memperoleh syafaatku pada hari kiamat." (Riwayat Bukhari)
1037. Dari Said bin Abu Waqqash r.a. dari Nabi s.a.w. bahwasanya beliau bersabda: "Barangsiapa yang ketika -telah selesai- mendengarkan adzan lalu mengucapkan -yang artinya-: "Saya menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Saya rela dengan Allah sebagai Tuhan, dengan Muhammad sebagai rasul dan dengan Islam sebagai agama," maka diampunkanlah dosanya." (Riwayat Muslim)
1038. Dari Anas
r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Doa itu tidak akan ditolak antara
adzan dan iqamah." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan
Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Bab 187. Keutamaan Shalat
Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari keburukan dan kemungkaran." (al-'Ankabut: 45)
1039. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah engkau semua mengetahui, andaikata pada pintu seseorang diantara engkau semua itu ada sebuah sungai dan ia mandi disitu sebanyak lima kali dalam sehari, apakah masih ada kotoran sekalipun sedikit yang tertinggal di badannya?" Para sahabat rnenjawab: "Tidak ada kotoran sedikitpun yang tertinggal di badannya." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Demikian itulah perumpamaan shalat lima waktu, dengan mengerjakan semua itu Allah akan menghapuskan semua kesalahan."
1040. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaan shalat lima waktu itu adalah seumpama sebuah sungai yang mengalir, banyak airnya yang ada di pintu seseorang diantara engkau semua. Ia mandi di situ setiap hari lima kali." (Riwayat Muslim)
1041. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya ada seorang lelaki yang memberikan ciuman pada seorang wanita -lain-, lalu ia mendatangi Nabi s.a.w. kemudian memberitahukannya akan halnya. Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat -yang artinya-: "Dirikanlah shalat pada kedua ujung siang dan beberapa saat dari waktu malam. Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu dapat melenyapkan kejelekan-kejelekan." Orang tadi lalu berkata: "Apakah ayat itu untuk saya saja?" Beliau s.a.w. bersabda: "Untuk seluruh umatku." (Muttafaq 'alaih)
1042. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Shalat lima waktu, Jum'at yang satu sampai Jum'at yang lain, adalah sebagai penutup -penghapus- dosa selama waktu antara semuanya -yakni antara waktu yang satu dengan waktu yang berikutnya-, selama tidak dikerjakan dosa-dosa yang besar." (Riwayat Muslim)
1043. Dari Usman
bin Affan r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada
seorang Muslimpun yang datang padanya shalat yang diwajibkan, lalu ia
memperbaguskan wudhu'nya, kekhusyu'annya serta ruku'nya, melainkan shalat yang
dilakukannya tadi akan menjadi penutup -penghapus- dosa-dosa yang dilakukan
sebelum itu, selama tidak dikerjakan dosa besar. Yang sedemikian itu berlaku
untuk setahun sepenuhnya." (Riwayat Muslim)
Bab 188. Keutamaan Shalat Shubuh Dan Ashar
1044. Dari Abu Musa r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang shalat bardain -yakni shalat Subuh dan shalat Asar-, maka ia akan masuk syurga." (Muttafaq 'alaih)
1045. Dari Abu Zuhair yaitu Umarah bin Ruwaibah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak akan masuk neraka seorang yang shalat sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya," yakni shalat Subuh dan shalat Asar. (Riwayat Muslim)
1046. Dari Jundub bin Sufyan r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang shalat Subuh, maka ia adalah dalam tanggungan Allah -yakni mengenai keselamatan dirinya dan lain-lain-. Maka perhatikanlah, hai anak Adam -yakni manusia-, janganlah sampai Allah itu menuntut kepadamu sesuatu dari tanggungannya." (Riwayat Muslim) Keterangan hadits ini harap dilihat dalam hadits no.388.
1047. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Berganti-gantilah untuk menyertai engkau semua beberapa malaikat di waktu malam dan beberapa malaikat di waktu siang. Mereka sama berkumpul dalam shalat Subuh dan shalat Asar. Kemudian naiklah malaikat yang bermalam denganmu semua itu, lalu Allah bertanya kepada mereka, padahal sebenarnya Allah adalah lebih Maha Mengetahui tentang hal ihwal hamba-hamba-Nya, tanyaNya: "Bagaimanakah engkau semua meninggalkan hamba-hambaKu?" lalu para malaikat itu menjawab: "Kita meninggalkan mereka dan mereka sedang melakukan shalat dan sewaktu kita mendatangi mereka itu, juga di waktu mereka melakukan shalat." (Muttafaq 'alaih)
1048. Dari Jarir bin Abdullah al-Bajali r.a., katanya: "Kita semua ada di sisi Nabi s.a.w. Beliau s.a.w. lalu melihat bulan di malam bulan purnama -yakni tanggal empat belas bulan hijriyah-, kemudian beliau bersabda: "Engkau semua akan dapat melihat Tuhanmu sebagaimana engkau semua melihat bulan ini, tidak akan memperoleh kesukaran engkau semua dalam melihatNya itu. Maka jikalau engkau semua sanggup tidak dikalahkan oleh shalat sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya, maka lakukanlah shalat itu." (Muttafaq 'alaih) Maksudnya jangan sampai dikalahkan oleh sesuatu hal sehingga tidak melakukan kedua shalat itu dan jelasnya ini adalah merupakan perintah wajib. Dalam suatu riwayat disebutkan: "Beliau s.a.w. lalu melihat ke bulan pada malam bulan purnama itu -yakni bulan tanggal empat belas-."
1049. Dari Buraidah
r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa meninggalkan shalat Asar,
maka leburlah -yakni sia-sialah- amal kebaikannya." (Riwayat Bukhari)
Bab 189. Keutamaan Pergi Ke Masjid
1050. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa pergi ke masjid pada waktu pagi atau sore hari, maka Allah menyediakan untuknya suatu hidangan -yang lazim diberikan untuk tamu- di syurga, setiap kali ia pergi pagi atau sore hari itu." (Muttafaq'alaih)
1051. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: " Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian ia pergi ke salah satu dari beberapa rumah Allah -yakni masjid- untuk menyelesaikan salah satu shalat wajib dari beberapa shalat yang diwajibkan oleh Allah, maka langkah-langkahnya itu yang selangkah dapat menghapuskan satu kesalahan sedang langkah yang lainnya dapat menaikkan satu derajat." (Riwayat Muslim)
1052. Dari Ubay bin Ka'ab r.a., katanya: "Ada seorang dari golongan sahabat Anshar yang saya tidak mengetahui seorangpun yang rumahnya lebih jauh letaknya dari rumah orang itu jikalau hendak ke masjid, tetapi ia tidak pernah terlambat oleh sesuatu shalat -yakni setiap shalat fardhu ia selalu mengikuti berjamaah-. Kepadanya dikatakan: "Alangkah baiknya jikalau engkau membeli seekor keledai yang dapat engkau naiki di waktu malam gelap gulita serta di waktu teriknya panas matahari." Ia menjawab: "Saya tidak senang kalau rumahku itu ada di dekat masjid, sesungguhnya saya ingin kalau jalanku sewaktu pergi ke masjid dan sewaktu pulang dari masjid untuk kembali ke tempat keluargaku itu dicatat pahalanya untukku." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Allah telah mengumpulkan untukmu pahala kesemuanya itu -yakni waktu pergi dan pulangnya semuanya diberi pahala-." (Riwayat Muslim)
1053. Dari Jabir r.a., katanya: "Ada beberapa bidang tanah di sekitar masjid itu kosong, lalu keluarga Bani Salimah berkehendak akan berpindah di dekat masjid. Hal itu sampai terdengar oleh Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda kepada mereka: "Ada berita yang sampai kepadaku bahwa engkau semua hendak berpindah di dekat masjid." Mereka menjawab: "Benar, ya Rasulullah. Kita memang berkehendak demikian." Beliau lalu bersabda lagi: "Hai keluarga Bani Salimah, bekas langkah-langkahmu -ke masjid itu- dicatat pahalanya untukmu semua. Maka itu tetaplah di rumah-rumahmu itu saja, tentu dicatatlah bekas langkah-langkahmu semua itu." Mereka lalu berkata: "Kita tidak senang lagi untuk berpindah." Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Imam Bukhari juga meriwayatkan yang semakna dengan hadits di atas dari riwayat Anas.
1054. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya sebesar-besar manusia perihal pahalanya dalam shalat ialah yang terjauh diantara mereka itu tentang jalannya lalu lebih jauh lagi. Dan orang yang menantikan -menunggu- shalat sehingga ia dapat mengikuti shalat itu bersama imam adalah lebih besar pahala daripada orang yang melakukan shalat itu dengan sendirian lalu ia pulang tidur." (Muttafaq 'alaih)
1055. Dari Buraidah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang berjalan di waktu malam ke masjid-masjid bahwa mereka akan memperoleh cahaya yang sempurna besok pada hari kiamat." (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)
1056. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengannya dapat pula menaikkan beberapa derajat?" Para sahabat menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Yaitu menyempurnakan wudhu' sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi -seperti terlampau dingin dan sebagainya-, banyaknya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat sesudah melakukan shalat. Itulah yang dapat disebut ribath -perjuangan menahan nafsu untuk memperbanyak ketaatan pada Tuhan-." (Riwayat Muslim)
1057. Dari Abu Said
al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jikalau engkau semua melihat
seseorang membiasakan -pulang pergi- ke masjid, maka saksikanlah ia dengan
keimanan -yakni bahwa orang itu benar-benar orang yang beriman-. Allah
Azzawajalla berfirman: "Sesungguhnya yang meramaikan masjid-masjidnya Allah
ialah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir."[1] sampai ke akhir ayat.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
[Baca Status Hadits
Disini]
Catatan Kaki:
[1] Kelengkapan isi ayat di atas, yang tercantum dalam surat at-Taubah, ayat 18, artinya adalah sebagai berikut: "Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."
Bab 190. Keutamaan Menantikan Shalat Fardhu
1058. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seseorang diantara engkau semua itu masih tetap dianggap dalam shalat, selama shalat itu menyebabkan ia tertahan. Jadi tidak ada yang menghalang-halangi ia untuk kembali ketempat keluarga itu melainkan karena menantikan shalat." (Muttafaq 'alaih)
1059. Dari Abu Hurairah r.a., pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dan malaikat itu mendoakan kepada seseorang diantara engkau semua supaya mendapatkan kerahmatan, selama orang itu masih ada di dalam tempat shalatnya yang ia shalat di situ, juga selama ia belum berhadas. Malaikat itu mengucapkan: "Ya Allah, ampunilah orang itu, ya Allah, belas kasihanilah ia." (Riwayat Bukhari)
1060. Dari Anas
r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengakhirkan shalat Isya' pada suatu malam
sampai ke pertengahan malam, kemudian beliau s.a.w. menghadap -kepada orang
banyak- dengan wajahnya setelah selesai shalat, lalu beliau s.a.w. bersabda:
"Orang-orang sudah shalat dan mereka telah tidur dan engkau semua senantiasa
dianggap dalam melakukan shalat, sejak engkau semua menantikan shalat itu."
(Riwayat Bukhari)
Bab 191. Keutamaan Shalat Berjamaah
1061. Dari Ibnu
Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Shalat
berjamaah adalah lebih utama dari shalat fadz -yakni sendirian-dengan kelebihan
dua puluh tujuh derajat." (Muttafaq 'alaih)
1062. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Shalatnya seorang lelaki dalam berjamaah itu dilipat gandakan pahalanya melebihi shalatnya di rumahnya secara sendirian -munfarid- atau dipasarnya -ditempat usahanya- dengan dua puluh lima kali lipatnya. Yang sedemikian itu ialah karena bahwasanya apabila seseorang itu berwudhu' lalu memperbaguskan cara wudhu'nya, kemudian keluar ke masjid, sedang tidak ada yang menyebabkan keluarnya itu melainkan karena hendak shalat, maka tidaklah ia melangkah sekali langkah, melainkan dinaikkanlah untuknya sederajat dan dihapuskan daripadanya satu kesalahan. Selanjutnya apabila ia shalat, maka para malaikat itu senantiasa mendoakan untuknya supaya ia memperoleh kerahmatan Allah, selama masih tetap berada di tempat shalatnya, juga selama ia tidak berhadas. Ucapan malaikat itu ialah: "Ya Allah, berikanlah kerahmatan pada orang itu, ya Allah, belas kasihanilah ia." Orang tersebut dianggap berada dalam shalat, selama ia menantikan shalat -berjamaah-."(Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Bukhari.
1063. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang lelaki buta matanya datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, saya ini tidak mempunyai seorang pembimbing yang dapat membimbing saya untuk pergi ke masjid," lalu ia meminta kepada Rasulullah s.a.w. supaya diberi kelonggaran untuk shalat di rumahnya saja, kemudian beliau s.a.w. memberikan kelonggaran padanya. Setelah orang itu menyingkir -hendak pergi-, lalu beliau s.a.w. memanggilnya dan berkata padanya: "Adakah engkau mendengar suara adzan shalat?" Orang itu menjawab: "Ya, mendengar." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Kalau begitu, kabulkanlah isi adzannya itu." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Seseorang yang butapun diperintahkan agar shalat berjamaah, apalagi bagi muslimin yang sehat, tidak dalam keadaan cacat dan buta.
1064. Dari Abdullah, ada yang mengatakan: 'Amr bin Qais yang terkenal dengan sebutan Ibnu Ummi Maktum, seorang muazzin r.a. bahwasanya ia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Madinah ini banyak sekali binatang melatanya -seperti ular, kalajengking dan lain-lain- juga banyak binatang buasnya." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apakah engkau mendengar ucapan Hayya 'alas shalah dan Hayya 'alal falah? Kalau memang mendengar, maka marilah datang ke tempat berjamaah." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan. Hayyahalan artinya marilah datang.
1065. Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya saya telah bersengaja hendak menyuruh supaya diambilkan kayu bakar, lalu dicarikanlah kayu bakar itu, kemudian saya menyuruh supaya shalat dilakukan dengan dibunyikan adzan dahulu untuk shalat tadi, selanjutnya saya menyuruh seorang lelaki untuk menjadi imamnya orang banyak -dalam shalat jamaah itu-, seterusnya saya sendiri pergi ke tempat -rumah- orang-orang lelaki -yang tidak ikut berjamaah- untuk saya bakar saja rumah-rumah mereka itu." (Muttafaq 'alaih)
1066. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Barangsiapa yang senang kalau menemui Allah Ta'ala besok -pada hari kiamat- dalam keadaan Muslim, maka hendaklah ia menjaga shalat-shalat fardhu ini di waktu ia dipanggil untuk mendatanginya -yakni jika sudah mendengar adzan-, sebab sesungguhnya Allah telah mensyariatkan kepada Nabimu semua beberapa jalan petunjuk dan sesungguhnya shalat-shalat itu adalah termasuk sebagian dari jalan-jalan petunjuk tersebut. Andaikata engkau semua sama shalat dalam rumah-rumahmu sendiri sebagaimana shalatnya orang yang suka meninggalkan jamaah itu, yakni yang shalat dalam rumahnya, sesungguhnya engkau semua telah meninggalkan sunnah Nabimu, selanjutnya jikalau engkau semua telah meninggalkan sunnah Nabimu, maka sesungguhnya engkau semua tersesat. Sungguh-sungguh saya telah melihat sendiri bahwa tidak ada seorangpun yang suka meninggalkan shalat-shalat -itu dengan berjamaah- melainkan ia adalah seorang munafik yang dapat dimaklumi kemunafikannya. Sungguh ada pula seorang itu yang didatangkan untuk menghadhiri shalat berjamaah itu, ia disandarkan antara dua orang lelaki sehingga ia ditegakkan di dalam shaf -yakni walau tubuhnya lemah atau kakinya lemah, ia tetap mengikuti shalat berjamaah karena ia mengetahui betapa besar fadhilahnya shalat berjamaah itu-." (Riwayat Muslim) Dalam lain riwayat Imam Muslim disebutkan, katanya: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. itu mengajarkan kepada kita akan jalan-jalan petunjuk dan sesungguhnya termasuk salah satu dari jalan-jalan petunjuk itu ialah melakukan shalat di masjid yang diazankan di situ -yakni shalat-shalat yang dilakukan dengan berjamaah-.
1067. Dari Abuddarda' r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada tiga orangpun yang berada dalam suatu kampung atau suatu desa yang di kalangan mereka tidak didirikan shalat -berjamaah-, melainkan syaitan telah dapat memenangkan mereka itu. Maka dari itu, hendaklah engkau semua tetap menjaga shalat berjamaah, sebab sesungguhnya serigala itu dapat makan dari kambing yang jauh -yakni yang terpencil dari kawanannya-." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan.
Bab 192. Anjuran Mendatangi Shalat Berjamaah Shubuh Dan Isya
1068. Dari Usman r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dengan berjamaah, maka seolah-olah ia mendirikan shalat separuh malam dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Subuh dengan berjamaah, maka seolah-olah ia mendirikan shalat semalam suntuk." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Tirmidzi dari Usman r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menghadiri shalat Isya' dengan berjamaah maka baginya adalah pahala mengerjakan shalat selama separuh malam dan barangsiapa yang bershalat Isya' dan Subuh dengan berjamaah, maka baginya adalah pahala seperti mengerjakan shalat semalam suntuk." Imam Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
1069. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Andaikata para manusia itu mengetahui betapa besar pahalanya mengerjakan shalat Isya' dan Subuh -dengan berjamaah-, sesungguhnya mereka akan mendatangi kedua shalat itu, sekalipun dengan berjalan merangkak." (Muttafaq 'alaih) Dan hadits ini telah dahulu secara lengkapnya yang panjang. Lihat hadits no.1030.
1070. Dari Abu
Hurairah r.a. pula katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak ada suatu
shalatpun yang lebih berat dirasakan oleh orang-orang munafik itu daripada
shalat Subuh dan Isya', tetapi andaikata mereka mengetahui betapa besar
pahalanya kedua shalat itu, sesungguhnya mereka akan mendatanginya sekalipun
dengan berjalan merangkak -ke tempat shalat berjamaah-." (Muttafaq
'alaih)
Bab 193. Perintah Menjaga Shalat-shalat Wajib Dan Larangan Keras Serta Ancaman Hebat Dalam Meninggalkannya
Allah Ta'ala berfirman: "Jagalah shalat-shalat wajib itu dan shalat pertengahan." (al-Baqarah: 238) Beberapa alim ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan shalat pertengahan ialah shalat Asar.
Allah Ta'ala berfirman pula: "Jikalau mereka -orang-orang kafir- itu telah bertaubat dan sama mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka lepaskanlah jalan mereka -yakni dianggap sebagai orang mu'min yang haram harta, darah dan kehormatannya yang tidak boleh diganggu-." (at-Taubah: 5)
1071. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya bertanya kepada Rasulullah s.a.w.: "Manakah amalan yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu shalat tepat pada waktunya." Saya bertanya lagi: "Kemudian amalan apakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Berbakti kepada kedua orangtua." Saya bertanya pula: "Kemudian apa lagi?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu berjihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)
1072. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Agama Islam itu didirikan atas lima perkara yaitu menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah dan berpuasa dalam bulan Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)
1073. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya diperintah untuk memerangi para manusia, sehingga mereka itu suka menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, juga mendirikan shalat serta menunaikan zakat. Jikalau mereka telah mengerjakan yang sedemikian itu, maka terpeliharalah mereka itu daripadaku mengenai darah dan harta benda mereka, melainkan dengan haknya Agama Islam, sedang hisab mereka adalah tergantung atas Allah." (Muttafaq 'alaih)
1074. Dari Mu'az r.a., katanya: "Saya diutus oleh Rasulullah s.a.w. ke Yaman, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya engkau akan mendatangi sesuatu kaum dari golongan ahli kitab -yakni kaum Yahudi dan Nasrani-, maka ajaklah mereka untuk menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya saya adalah utusan Allah. Jikalau mereka sudah taat untuk berbuat sedemikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah itu mewajibkan kepada mereka shalat lima kali dalam sehari semalam. Jikalau mereka sudah taat untuk berbuat sedemikian itu, maka beritahukanlah pula bahwasanya Allah itu mewajibkan kepada mereka untuk mengeluarkan sedekah -zakat- yang diambil dari golongan mereka yang kaya-kaya dan dikembalikan kepada golongan mereka yang fakir-fakir. Jikalau mereka sudah taat berbuat sedemikian, maka takutlah engkau akan harta-harta mereka yang mulia -maksudnya jangan bertindak zalim dan menganiaya-. Takutlah kepada doanya orang yang dianiaya, sebab sesungguhnya antara doa itu dengan Allah tidak ada lagi tabirnya -yakni doa orang yang dianiaya pasti akan dikabulkan-." (Muttafaq 'alaih)
1075. Dari Jabir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran itu adalah meninggalkan shalat," yakni kalau sudah meninggalkan shalat, maka orang itu tentu kafir. (Riwayat Muslim)
1076. Dari Buraidah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Ikatan perjanjian antara kita -yaitu kaum Muslimin- dan mereka -yaitu kaum munafikin- ialah shalat. Maka barangsiapa yang meninggalkan shalat, sungguh-sungguh kafirlah ia." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1077. Dari Syaqiq bin Abdullah at-Tabi'i yang sudah dimufakati -oleh para alim ulama- tentang kebaikannya, rahimahullah, berkata: "Para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. tidak berpendapat akan sesuatu dari sekian banyak amalan yang jikalau ditinggalkan lalu menjadikan kafir, kecuali hanya shalat saja." Yakni kalau shalat yang ditinggalkan maka dapat menyebabkan orang yang meninggalkannya itu menjadi kafir. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan isnad shahih.
1078. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya pertama-tama
amalan yang seseorang itu dihisab dengannya ialah shalatnya, maka jikalau baik
shalatnya itu, sungguh-sungguh berbahagialah dan beruntunglah ia dan jikalau
rusak, sungguh-sungguh menyesal dan merugilah ia. Jikalau seseorang itu ada
kekurangan dari sesuatu amalan wajibnya, maka Tuhan Azzawajalla berfirman:
"Periksalah olehmu semua -hai malaikat-, apakah hambaKu itu mempunyai amalan
yang sunnah." Maka dengan amalan yang sunnah itulah ditutupnya kekurangan amalan
wajibnya, kemudian cara memperhitungkan amalan-amalan lainnya itupun seperti
cara memperhitungkan amalan shalat ini." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia
mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Bab 194. Keutamaan Shaf Pertama Dan Perintah Menyempurnakan Shaf-shaf Yang Permulaan -Yakni Jangan Berdiri Di Shaf Kedua Sebelum Sempurna Shaf Pertama Dan jangan Berdiri Di Shaf Ketiga Sebelum Sempurna Shaf Kedua Dan Seterusnya-, Serta Meratakan Shaf-shaf Dan Merapatkannya
1079. Dari Jabir bin Samurah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. keluar pada kita semua, lalu bersabda: "Tidak dapatkah engkau semua berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat disisi Tuhannya?" Kita lalu berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah cara para malaikat itu berbaris disisi Tuhannya?" Beliau s.a.w. bersabda: "Mereka menyempurnakan shaf-shaf permulaan -yakni tidak berdiri di shaf kedua sebelum sempurnanya shaf pertama dan tidak di shaf ketiga sebelum sempurnanya shaf kedua dan seterusnya-, juga mereka itu saling rapat merapatkan shaf-shaf itu." (Riwayat Muslim)
1080. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Andaikata para manusia itu mengetahui betapa besarnya pahala adzan dan menempati shaf pertama, kemudian tidak dapat memperoleh jalan untuk itu melainkan dengan mengadakan undian, sesungguhnya mereka itu akan mengadakan undian." (Muttafaq 'alaih)
1081. Dari Abu Hurairah r.a. pula katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebaik-baiknya shaf bagi kaum lelaki ialah shaf pertamanya, sedang sejelek-jeleknya shaf bagi mereka ialah shaf yang penghabisan -terakhir atau paling belakang-. Adapun sebaik-baiknya shaf bagi kaum wanita ialah shaf penghabisan, sedang sejelek-jeleknya shaf bagi mereka ialah shaf pertamanya." (Riwayat Muslim)
1082. Dari Abu Said r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. melihat di kalangan sahabat-sahabatnya ada kemunduran -yakni ada orang-orang yang suka berdiri di shaf belakang saja-, lalu beliau s.a.w. bersabda kepada mereka: "Majulah engkau semua lalu ikutilah saya dan hendaknya mengikuti engkau semua orang-orang yang sesudahmu itu. Tidak henti-hentinya sesuatu kaum itu suka membelakang, sehingga mereka akan dibelakangkan pula oleh Allah." Maksudnya kalau orang itu gemar membelakang dalam kemuliaan, tentu dibelakangkan oleh Allah dalam pemberian kerahmatan. (Riwayat Muslim)
1083. Dari Abu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pernah mengusap bahu-bahu kita dalam shalat lalu bersabda: "Ratakanlah olehmu semua -shaf-shaf itu- dan jangan berselisih -seperti ada yang lebih maju atau lebih mundur-, sebab hati-hatimupun akan berselisih pula. Hendaknya mendampingi saya orang-orang yang dewasa dan yang berakal cukup diantara engkau semua itu, kemudian orang-orang yang mendekati mereka -yakni yang tarafnya ada di bawahnya-, kemudian orang-orang yang mendekati mereka -yakni yang tarafnya di bawah mereka lagi-." (Riwayat Muslim)
1084. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ratakanlah shaf-shafmu semua itu, karena sesungguhnya meratakan shaf-shaf itu termasuk tanda kesempurnaan shalat." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan: "Karena meratakan shaf-shaf itu adalah termasuk tanda didirikannya shalat."
1085. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Shalat telah diiqamati, kemudian Rasulullah s.a.w. menghadap kepada kita semua dengan wajahnya lalu bersabda: "Tetaplah engkau semua mendirikan shaf-shafmu semua itu dan rapatkanlah shaf-shaf tadi, karena sesungguhnya saya ini dapat melihat engkau semua dari belakang punggungku." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan lafaznya dan juga oleh Imam Muslim yang semakna dengan itu. Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan pula: "Seorang dari kita menempelkan bahunya dengan bahu kawannya dan juga kakinya dengan kaki kawannya -yakni amat rapat sekali-."
1086. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya engkau semua harus meratakan shaf-shafmu itu atau -kalau tidak suka meratakan shaf-shaf-, maka sesungguhnya Allah akan memperselisihkan antara muka-muka hatimu -yakni menjadi umat yang suka bercerai-cerai-." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu meratakan antara shaf-shaf kita, sehingga seolah-olah diratakannya barisan anak panah. Demikianlah sehingga beliau meyakinkan bahwa kita semua telah mengerti benar-benar akan cara meratakan shaf-shaf itu. Selanjutnya pada suatu hari beliau s.a.w. keluar lalu berdiri sehingga hampir saja akan bertakbir, lalu melihat ada seorang yang dadanya menonjol ke muka shaf, kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Hai hamba-hamba Allah, sesungguhnya engkau semua harus meratakan shaf-shafmu atau -kalau tidak melakukan demikian maka- sesungguhnya Allah akan memperselisihkan antara muka-muka hatimu."
1087. Dari al-Bara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. mengisikan sela-sela shaf dari arah sini ke arah situ, sehingga dada-dada dan bahu-bahu kita saling mengusap -antara yang seorang dengan lainnya-. Beliau s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua berselisih -yakni terlampau maju atau terlampau mundur dari shaf, maka hal itu akan menyebabkan berselisihnya hati-hatimu semua." Beliau s.a.w. juga bersabda: "Sesungguhnya Allah dan malaikatnya menyampaikan kerahmatan pada shaf-shaf permulaan." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan.
1088. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tetaplah mendirikan shaf-shaf dengan rata, samakanlah letaknya antara bahu-bahu, tutuplah semua sela yang kosong dan bersikap haluslah dengan tangan saudara-saudaramu -yakni jikalau diajak maju atau mundur untuk meratakan shaf-shaf-. Janganlah engkau semua meninggalkan kekosongan-kekosongan untuk diisi oleh syaitan. Barangsiapa yang merapatkan shaf, maka Allah akan merapatkan hubungan dengannya dan barangsiapa yang memutuskan shaf -yakni tidak suka mengisi mana-mana yang tampak kosong-, maka Allah memutuskan hubungan dengannya." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih
1089. Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Rapatkanlah shaf-shaf kamu semua, perdekatkanlah jarak antara shaf-shaf itu -yang sekiranya antara kedua shaf itu kira-kira tiga hasta- dan samakanlah letaknya antara leher-leher. Maka demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya saya niscayalah dapat melihat syaitan itu masuk di sela-sela kekosongan shaf, sebagaimana halnya kambing kecil." hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad menurut syarat Imam Muslim. Alhadzaf dengan ha' muhmalah dan dzal mu'jamah yang keduanya difathahkan, lalu fa' ialah kambing kecil, hitam warnanya yang ada di Yaman.
1090. Dari Anas r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sempurnakanlah shaf yang termuka dahulu, kemudian yang ada di belakangnya itu -lalu yang ada di belakangnya lagi-. Maka mana yang masih kurang rapatnya, hendaklah itu ada di shaf yang terbelakang sendiri." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan,
1091. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah dan malaikatNya menyampaikan kerahmatan pada shaf-shaf yang sebelah kanan." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad menurut syaratnya Imam Muslim, tetapi di dalamnya ada seorang lelaki yang masih diperselisihkan dapatnya dipercaya oleh para ahli Hadis. [Baca Status Hadits Disini]
1092. Dari al-Bara' r.a., katanya: "Kita semua apabila shalat di belakang Rasulullah s.a.w., maka kita semua senang kalau berada di sebelah kanannya. Beliau menghadap kepada kita dengan wajahnya, lalu saya mendengar beliau s.a.w. mengucapkan " doa -yang artinya-: "Ya Tuhan, lindungilah saya dari siksaMu pada hari Engkau menghidupkan -sesudah mati yakni pada hari kiamat- atau pada hari Engkau mengumpulkan hamba-hambaMu." (Riwayat Muslim)
1093. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pertengahkanlah imam
-yakni antara ma'mum yang berdiri di sebelah kanan dan di sebelah kiri hendaklah
sama banyaknya, sehingga imam itu tempatnya ada di tengah seluruh ma'mum- dan
tutuplah sela-sela yang kosong." (Riwayat Abu Dawud) [Baca Status Hadits
Disini]
Bab 195. Keutamaan Shalat-shalat Sunnah Rawatib Yang Mengikuti Shalat-shalat Fardhu Dan Uraian Jumlah Minimal Rakaatnya, Jumlah Maksimal Rakaatnya Dan Yang Pertengahan Antara Keduanya
1094. Dari Ummul mu'minin yaitu Ummu Habibah yakni Ramlah binti Abu Sufyan radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hambapun yang Muslim yang shalat karena Allah Ta'ala setiap hari dua belas rakaat sebagai shalat sunnah yang bukan diwajibkan, melainkan Allah akan mendirikan untuknya sebuah rumah dalam syurga, atau melainkan untuknya akan didirikanlah sebuah rumah dalam syurga." (Riwayat Muslim)
1095. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya shalat bersama Rasulullah s.a.w. dua rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat lagi sesudahnya, juga dua rakaat sesudah Jum'at, dua rakaat sesudah Maghrib dan dua rakaat pula sesudah Isya'." (Muttafaq 'alaih)
1096. Dari Abdullah
bin Mughaffal r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Antara setiap dua
adzan boleh shalat sunnah, antara setiap dua adzan boleh shalat sunnah, antara
setiap dua adzan boleh shalat sunnah." Dalam ketiga kalinya ini beliau s.a.w.
bersabda: "Bagi orang yang suka mengerjakan itu." (Muttafaq 'alaih) Yang
dimaksudkan dengan dua adzan itu ialah adzan dan iqamat.
Bab 196. Mengokohkan Secara Berkesinambungan Shalat Sunnah Dua Rakaat Sebelum Shubuh
1097. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. itu tidak meninggalkan shalat sunnah empat rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat sebelum Subuh." (Riwayat Bukhari)
1098. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Tidak ada sesuatu amalanpun dari golongan amalan-amalan sunnah yang lebih ditetapi oleh Nabi s.a.w. melebihi dua rakaat fajar -yakni dua rakaat sebelum shalat Subuh-." (Muttafaq 'alaih)
1099. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Dua rakaat sunnah fajar -yakni sebelum Subuh- adalah lebih baik nilainya daripada dunia dan apa saja yang ada di dalamnya ini -yakni dunia dan seisinya-." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Niscayalah kedua rakaat sebelum Subuh itu lebih saya cintai daripada dunia seluruhnya ini."
1100. Dari Abu
Abdillah yaitu Bilal bin Rabah r.a., juru adzan Rasulullah s.a.w. bahwasanya ia
mendatangi Rasulullah s.a.w. untuk memberitahukannya dengan masuknya shalat
Subuh. Kemudian Aisyah mempersibukkan Bilal dengan sesuatu urusan yang
ditanyakan oleb Aisyah kepada Bilal itu, sehingga waktupun menjadi pagi sekali.
Selanjutnya Bilal berdiri lalu memberitahukannya dengan masuknya waktu shalat
dan beliau s.a.w. mengikuti pemberitahuannya itu. Rasulullah s.a.w. belum lagi
keluar. Setelah beliau s.a.w. keluar, lalu beliau s.a.w. shalat dengan orang
banyak. Bilal kemudian memberitahukan kepada beliau s.a.w. bahwa Aisyah
mempersibukkan dirinya dengan sesuatu perkara yang ditanyakan padanya, sehingga
waktunya menjadi pagi sekali dan Nabi s.a.w. terlambat keluarnya. Nabi s.a.w.
lalu bersabda: "Sesungguhnya saya tadi melakukan shalat dua rakaat fajar-sebelum
Subuh." Bilal berkata: "Ya Rasulullah, Tuan tadi sudah berpagi-pagi sekali."
Beliau s.a.w. menjawab: "Andaikata saya berpagi-pagi lebih daripada pagi tadi,
sesungguhnya saya akan melakukan dua rakaat dan saya perbaguskan serta saya
perindahkan lagi." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan.
Bab 197. Meringankan Bacaan Pada Shalat Dua Rakaat Fajar -Shalat Sunnah Sebelum Subuh-, Uraian Apa Yang Dibaca Dalam Kedua Rakaat Itu Serta Uraian Perihal Waktunya
1101. Dari Aisyah radhiallahu 'anha: "Bahwasanya Nabi s.a.w. shalat dua rakaat yang ringan sekali antara adzan dan iqamah dari shalat Subuh." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam-imam Bukhari dan Muslim disebutkan pula: Beliau s.a.w. shalat dua rakaat fajar, lalu meringankan kedua rakaatnya, sehingga saya bertanya, apakah beliau s.a.w. itu juga membaca Ummul Quran -yakni surat al-Fatihah-. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Beliau s.a.w. shalat dua rakaat fajar, jikalau telah mendengar adzan dan meringankan kedua rakaat itu. Dalam riwayat lain lagi juga disebutkan: Jikalau telah terbit fajar.
1102. Dari Hafshah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila muazzin sudah beradzan dan Subuh -yakni fajar shadik- sudah terbit, beliau s.a.w. lalu shalat dua rakaat yang ringan." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Rasulullah s.a.w. itu apabila fajar telah terbit, maka beliau s.a.w. tidak bershalat melainkan dua rakaat yang ringan."
1103. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w. itu shalat di waktu malam dua rakaat, dua rakaat, lalu melakukan witir pada waktu akhir malam. Beliau s.a.w. juga shalat dua rakaat sebelum shalat Subuh dan seolah-olah adzan itu ada di dekat kedua telinganya." (Muttafaq 'alaih)
1104. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu dalam rakaat pertama dari kedua buah rakaat fajar - sebelum Subuh - itu membaca: Qulu amanna billahi wa ma unzila ilaina, yaitu ayat dalam surat al-Baqarah -ayat 136- dan di rakaat akhirnya membaca: Amanna billahi wasyhad bianna muslimun -surat ali-Imran ayat 52-. Dalam riwayat lain disebutkan: "Dalam rakaat akhirnya membaca: "Ta'alau ila kalimatin sawain bainana wa bainakum -surat ali-Imran ayat 64-. Diriwayatkan kedua hadits di atas itu oleh Imam Muslim.
1105. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu membaca dalam kedua rakaat fajar, yaitu: Qul ya ayyuhal kafirun -untuk rakaat pertama- dan Qul huwallahu ahad -untuk rakaat kedua-. (Riwayat Muslim)
1106. Dari Ibnu
Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya meneliti Nabi s.a.w. selama sebulan,
beliau s.a.w. dalam dua rakaat sebelum Subuh itu membaca: Qul ya ayyuhal kafirun
-untuk rakaat pertama- dan Qul huwallahu ahad -untuk rakaat kedua-."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits
hasan.
Bab 198. Sunnahnya Berbaring Sesudah Mengerjakan Shalat sunnah Dua Rakaat Fajar -Sebelum Subuh- Pada Lambung Sebelah Kanan Dan Anjuran Untuk Melakukan Ini, Baikpun Pada Malam Harinya Shalat Tahajjud Atau Tidak
1107. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. itu apabila sudah selesai shalat dua rakaat fajar -shalat sunnah sebelum Subuh- lalu beliau s.a.w. berbaring pada lambungnya yang sebelah kanan -yakni miring ke kanan-." (Riwayat Bukhari)
1108. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu shalat antara sesudah selesainya shalat Isya' sampai terbitnya fajar sebanyak sebelas rakaat, setiap habis dua rakaat beliau s.a.w. bersalam dan berwitir dengan satu rakaat. Jikalau muazzin sudah diam dengan bunyi adzan shalat Subuh dan sudah tampak jelas terbitnya fajar dan telah didatangi oleh muazzin, lalu beliau s.a.w. berdiri untuk melakukan shalat sunnah dua rakaat yang ringan, kemudian berbaring pada belahan tubuhnya yang kanan sehingga beliau s.a.w. didatangi oleh muazzin untuk memberitahukan waktunya iqamat." (Riwayat Muslim) Ucapan Aisyah radhiallahu 'anha: Yusallimu baina kulli rak'ataini, demikianlah yang tertera dalam kitab shahih Muslim. Adapun artinya ialah bersalam sesudah setiap dua rakaat -baina dengan arti sesudah-.
1109. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang diantara
engkau semua sudah shalat dua rakaat sunnah fajar -sebelum Subuh-, maka
hendaklah berbaring pada sebelah kanannya." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu
Dawud dan Tirmidzi dengan isnad-isnad shahih. Tirmidzi mengatakan bahwa ini
adalah hadits shahih.
Bab 199. Shalat Sunnah Dzuhur
1110. Dari ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya shalat bersama Rasulullah s.a.w. dua rakaat sebelum zuhur dan dua rakaat sesudahnya." (Muttafaq 'alaih)
1111. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. itu tidak meninggalkan shalat sunnah sebanyak empat rakaat sebelum Zuhur." (Riwayat Bukhari)
1112. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Nabi s.a.w. shalat di rumahku empat rakaat sebelum Zuhur kemudian keluar lalu shalat bersama orang banyak, terus masuk rumah lagi lalu shalat dua rakaat. Beliau s.a.w. itu juga shalat Maghrib bersama orang banyak lalu masuk rumah terus shalat dua rakaat sunnah dan beliau s.a.w. shalat Isya' dengan orang banyak dan masuk rumah lalu shalat dua rakaat sunnah. (Riwayat Muslim)
1113. Dari Ummu Habibah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa menjaga shalat sunnah empat rakaat sebelum Zuhur dan empat rakaat lagi sesudahnya, maka Allah mengharamkan orang itu atas neraka." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1114. Dari Abdullah bin as-Saib r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. shalat empat rakaat sunnah setelah matahari lingsir -tergelincir- yaitu sebelum shalat Zuhur -yang wajib- dan bersabda: "Bahwasanya ini adalah saat dibukanya pintu-pintu langit, maka saya senang kalau amalan shalihku naik di situ." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1115. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. apabila tidak shalat empat rakaat sebelum Zuhur, maka beliau s.a.w. shalat empat rakaat itu sesudahnya Zuhur." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan
Bab 200. Shalat Sunnah Ashar
1116. Dari Ali bin Abu Thalib, katanya: "Nabi s.a.w. itu shalat sunnah empat rakaat sebelum Ashar, memisahkan antara empat rakaat tadi dengan bersalam -yakni sesudah dapat dua rakaat bersalam dulu- kepada para malaikat muqarrabun dan orang-orang yang mengikuti mereka dari golongan kaum Muslimin dan mu'minin." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1117. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Allah memberikan kerahmatan kepada orang yang shalat sunnah empat rakaat sebelum Ashar." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
1118. Dari Ali bin
Abu Thalib r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. shalat sunnah dua rakaat sebelum Ashar.
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih. [Baca Status Hadits Disini]
0 komentar:
Posting Komentar