Mengenal Maulay Adussalam, Wali Qutub dari Maroko
on Selasa, 26 November 2019
Label:
Artikel Islami
Bagi kebanyakan ulama, bahkan masyarakat bisa di Maroko, nama Maulay
Adussalam bin Masyisy sudah tidak asing lagi. Beliau, sebagamana
tercatat dalam kitab at Thabaqat as Syadziliyah al Kubro karangan Syekh
Hasan bin Muhammad bin Qasim at Tazy, merupakan guru dari tiga wali
quthub (pemimpin para wali).<> Tiga wali dimaksud yaitu Syekh
Ahmad al Badawi (murid wali quthub Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan
Syekh Ahmad Rifai), Syekh Ibrahim Ad Dusuqi dan Syekh Abu al Hasan Ali
bin Abdillah as Syadzili (Pendiri tarekat Syadziliyah). Dari sini,
sependek pengamatan penulis, beliau dalam dunia perwali-an masuk
kategori “al Ghouts” yang berarti penuntun atau pembimbing kepada
kebaikan dan kebagusan, khususunya dalam menuju makrifat kepada Allah
SWT., atau ”Quthbul Aqthab” (Pemimpinnya para pemimpin wali). Maulay
Abdussalam bin Masyisy dengan kedalaman ilmu dan kezuhudannya yang
tinggi adalah sosok yang sangat tertutup dan tidak ingin di kenal oleh
manusia. Hal ini bisa dilihat dari salah satu doa beliau, “Ya Allah aku
mohon kepada-Mu agar makhluk berpaling dariku sehingga tidak ada tempat
kembali bagiku selain kepada-Mu“. Allah SWT pun akhirnya mengabulkan
permohonan beliau tersebut dan karena sangat ketertutupannya itu sampai
tidak ada yang mengenal beliau kecuali waliyullah Syeikh Abu al Hasan
as-Syadzili. Perkenalan dan pertemuan agung beliau dengan muridnya,
Syeikh Abu al Hasan as Syadzili, berawal saat Syeikh Abul Hasan, yang
saat itu di puncak perasaan yang dahsyat untuk bertaqarrub kepada Allah
swt. berharap hatinya penuh cahaya ma’rifatullah, mengembara mencari
Mursyid yang Quthub. Sampailah beliau ke negeri para wali di Irak. Dari
satu wali ke wali lain yang beliau temui belum juga membuatnya puas
sebelum bertemu dengan seorang wali quthub di zaman itu. Padahal dari
Maroko Syeikh Abul Hasan menembus ribuan kilometer menuju Irak,
mengarungi padang sahara yang luar bisaa luasnya, demi mencapai
cita-citanya yang luhur. Akhirnya beliau bertemu dengan salah seorang
wali di Irak. ketika itu sang wali yang beliau temui berkata kepadanya:
“Wahai anak muda, engkau mencari Quthub jauh-jauh sampai di sini.
Padahal orang yang engkau cari itu sebenarnya di negeri asalmu sendiri.
Beliau adalah Quthubuz zaman yang agung saat ini. Sekarang pulanglah
engkau ke Maghrib (Maroko) dari pada bersusah payah berkeliling di
negeri ini. Saat ini beliau sedang berkhalwat di puncak gunung di sebuah
gua. Temuilah beliau dan cari di sana…!” Setelah itu beliau bergegas
menuju Maroko dan kembali ke desanya Ghamarah, tempat dimana beliau
dilahirkan. Hatinya tak terbendung untuk segera bertemu dengan Sang
Quthub yang menetap di pucuk gunung (jabal al ‘alam) itu. Ketika
menempuh jalan berliku menuju puncak gunung itu Syeikh Abul Hasan
akhirnya bertemu juga dengan Sang Quthub tersebut. Kemudian Sang Quthub
(Maulay Abdussalam bin Masyisy) memerintahkannya berkali-kali untuk
mandi di dekat gua yang kebetulan ada air untuk mandi dan berwudlu,
hingga beliau sadar bahwa perintah tersebut untuk mensucikan diri dari
hal-hal yang berkaitan dengan keangkuhan dan kesombongan. Lalu saat
beliau keluar dari bersuci dan menghadap dalam keadaan faqir, dari arah
gua itu muncul sosok yang tampak lanjut usia dengan pakaian yang
sederhana, dan dengan songkok dari anyaman jerami Seraya berkata,
“Marhaban Wahai Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar, dst.. dengan menyebut
nasab Syeikh Abul Hasan sampai ke Rasulullah SAW”. Mendengar itu semua
Syeikh Abul Hasan semakin takjub. Belum sempat mengeluarkan kata, Sang
Quthub itu melanjutkan, “Wahai Ali, engkau datang kepadaku sebagai fakir
baik dari segi ilmu maupun amalmu, maka engkau akan mengambil dariku
semua kekayaan, dunia hingga akhirat”. Bahkan beliau melanjutkan,
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya sebelum engkau datang ke sini, Rasulullah
saw. telah memberi tahu kepadaku segala hal tentang dirimu, serta akan
kedatanganmu hari ini. Selain itu aku juga mendapatkan tugas dari
beliau agar memberikan pendidikan dan bimbingan kepadamu. Oleh sebab itu
ketahuilah bahwa kedatanganku kemari sengaja untuk menyambutmu…”.
(Lihat: al-Quthb as-Syahid Sidi Abdussalam bin Masyisy karya Imam Abdul
Halim Mahmud: 16) Begitulah sedikit gambaran tentang Sang ”Quthbul
Aqthab” atau “Al Ghouts”, Maulay Abdussalam bin Masyisy. Beliau adalah
Abdussalam bin Masyisy bin Malik bin Ali bin Harmalah bin Salam bin
Mizwar bin Haidarah bin Muhammad bin Idris al-Akbar bin Abdullah
al-Kamil bin al-Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan as-Sabth bin Ali bin Abi
Thalib suami Fatimah az-Zahra putri Rasulullah SAW. Lahir pada tahun 559
H bertepatan dengan 1198 M dan wafat pada tahun 622 H (1261 M). Semasa
hidupnya beliau memiliki kesungguhan dan kemauan yang keras dalam
menuntut ilmu serta menjaga awrad (baca’an-bacaan zikir dan doa) hingga
sampai kepada jalan menuju makrifah kepada Allah swt.. Dalam bidang ilmu
pengetahuan salah satunya beliau berguru pada Syeikh Ahmad yang di
juluki “Aqtharaan”, dimakamkan di daerah Abraj dekat pintu Tazah. Dalam
bidang tasawuf di antara para gurunya adalah Syeikh Abdurrahman bin
Hasan al-’Aththar yang terkenal dengan “az-Ziyyaat”. Dari beliau Ibnu
Masyisy belajar tentang ilmu mua’amalah (interaksi sosial) dengan
masyarakat yang sumbernya berakhlak sesuai dengan akhlak baginda
Rasulullah SAW. Meski tidak banyak meninggalkan karangan, namun salah
satu warisan yang sangat penting dan berharga dari beliau adalah teks
“Shalawat Masyisyiah”, yaitu sebuah shalawat yang jika kata-katanya
berbaur atau di ucapkan oleh ruh maka akan membuat pemilik ruh tersebut
terasa melayang di udara dari keluhuran dan keindahan alam malakut.
Shalawat yang memiliki banyak rahasia dan keutamaan serta mampu
memberikan pancaran cahaya Ilahi bagi para pengamalnya. Adalah merupakan
anugrah bagi penulis ketika bisa menziarahi makam beliau ”Quthbul
Aqthab”, Maulay Abdussalam bin Masyisy. Tepat pada hari selasa, 16 April
2013 penulis ikut dalam rombongan Abuya Syeikh Nuruddin Marbu al
Banjari yang kebetulan sedang di Maroko dan berniatan ziarah ke makam
tersebut. Wallahua’lam bisshawab
0 komentar:
Posting Komentar