Mendeteksi
Sehatnya Qalbu
Kamis, 10 Maret 05
Qalbu
yang sehat memiliki beberapa tanda, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam
Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab ،§Ighatsatul Lahfan min Mashayid
asy-Syaithan.،¨ Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih
segala sesuatu yang bermanfaat dan memberikan kesembuhan. Dia tidak memilih
hal-hal yang berbahaya serta menjadikan sakitnya qalbu. Sedangkan tanda qalbu
yang sakit adalah sebaliknya. Santapan qalbu yang paling bermanfaat adalah
keimanan dan obat yang paling manjur adalah al-Qur،¦an. Selain itu, qalbu yang
sehat memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.Mengembara ke Akhirat
Qalbu yang sehat mengembara dari dunia menuju ke akhirat dan seakan-akan telah
sampai di sana. Sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat dan
putra-putra akhirat. Dia datang dan berada di dunia ini seakan-akan sebagai
orang asing, yang mengambil sekedar keperluannya, lalu akan segera kembali lagi
ke negeri asalnya. Nabi shallallhu ،¥alaihi wasallam bersabda,
"Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau (musafir) yang
melewati suatu jalan." (HR. al-Bukhari)
Ketika qalbu seseorang sehat, maka dia akan mengembara menuju akhirat dan terus
mendekat ke arahnya, sehingga seakan-akan dia telah menjadi penghuninya.
Sedangkan bila qalbu tersebut sakit, maka dia terlena mementingkan dunia dan
menganggapnya sebagai negeri abadi, sehingga jadilah dia ahli dan hambanya.
2.Mendorong Menuju Allah subhanahu wata،¦ala
Di antara tanda lain sehatnya qalbu adalah selalu mendorong si empunya untuk
kembali kepada Allah subhanahu wata،¦ala dan tunduk kepada-Nya. Dia
bergantung hanya kepada Allah, mencintai-Nya sebagaimana seseorang mencintai
kekasihnya. Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan kecuali
hanya dengan ridha Allah, kedekatan dan rasa jinak terhadap-Nya. Merasa tenang
dan tentram dengan Allah, berlindung kepada-Nya, bahagia bersama-Nya,
bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin, berharap dan takut kepada Allah semata.
Maka qalbu tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk
menemukan ketenangan dan ketentraman bersama Ilah sembahan nya. Sehingga
tatkala itulah ruh benar-benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan
hidup lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan
berpaling dari tujuan penciptaan manusia. Untuk tujuan menghamba kepada Allah subhanahu
wata،¦ala inilah surga dan neraka diciptakan, para rasul diutus dan
kitab-kitab diturunkan.
Abul Husain al-Warraq berkata, "Hidupnya qalbu adalah dengan mengingat
Dzat Yang Maha Hidup dan Tak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah
kehidupan bersama Allah, bukan selain-Nya."
Oleh karena itu terputusnya seseorang dari Allah subhanahu wata،¦alaƒnlebih
dahsyat bagi orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, karena
terputus dari Allah adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah
terputus dari sesama manusia.
3.Tidak Bosan Berdzikir
Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah tidak pernah bosan untuk
berdzikir mengingat Allah subhanahu wata،¦ala. Tidak pernah merasa jemu
untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya, kecuali
kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan dia kepada
Allah subhanahu wata،¦ala atau saling mengingatkan dalam kerangka
berdzikir kepada-Nya.
4. Menyesal jika Luput dari Berdzikir
Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah, jika luput dan ketinggalan dari
dzikir dan wirid, maka dia sangat menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi
sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya.
5. Rindu Beribadah
Qalbu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah subhanahu
wata،¦ala, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan terhadap makanan dan
minuman.
6.Khusyu' dalam Shalat
Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan
segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan
masalah shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan
kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan
penyejuk hati dan jiwa.
7.Kemauannya Hanya kepada Allah
Qalbu yang sehat hanya satu kemauannya, yaitu kepada segala sesuatu yang
diridhai Allah subhanahu wata،¦ala.
8. Menjaga Waktu
Di antara tanda sehatnya qalbu adalah merasa kikir (sayang) jika waktunya
hilang dengan percuma, melebihi kikirnya seorang yang pelit terhadap hartanya.
9. Introspeksi dan Memperbaiki Diri
Qalbu yang sehat senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus
memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus
bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah
(mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah subhanahu wata،¦ala
dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Bersamaan dengan itu dia
selalu memperhatikan pemberian dan nikmat dari Allah subhanahu wata،¦ala
serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-hak-Nya.
Demikian di antara beberapa fenomena dan karakteristik yang mengindikasikan
sehatnya qalbu seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa qalbu yang sehat dan selamat adalah qalbu yang himmah
(kemauannya) kepada sesuatu yang menuju Allah subhanahu wata،¦ala,
mencintai-Nya dengan sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai tujuan. Jiwa raganya
untuk Allah, amalan, tidur, bangun dan bicaranya hanyalah untuk-Nya. Dan ucapan
tentang segala yang diridhai Allah lebih dia sukai daripada segenap pembicaran
yang lain, pikirannya selalu tertuju kepada apa saja yang diridhai dan
dicintai-Nya.
Berkhalwah (menyendiri) untuk mengingat Allah subhanahu wata،¦ala
lebih dia sukai daripada bergaul dengan orang, kecuali dalam pergaulan yang
dicintai dan diridhai-Nya. Kebahagiaan dan ketenangannya adalah bersama Allah,
dan ketika dia mendapati dirinya berpaling kepada selain Allah, maka dia segera
mengingat firman-Nya,
،§Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi
diridhoi-Nya.،¨ (QS. 89:27-28)
Dia selalu mengulang-ulang ayat tersebut, dengan harapan dia akan
mendengarkannya nanti pada hari Kiamat dari Rabbnya. Maka akhirnya qalbu
tersebut di hadapan Ilah dan Sesembahannya yang Haq akan terwarnai dengan sibghah
(celupan) sifat kehambaan. Sehingga jadilah abdi sejati sebagai sifat dan
karakternya, ibadah menjadi kenikmatannya bukan beban yang memberatkan. Dia
melakukan ibadah dengan rasa suka, cinta dan kedekatan kepada Rabbnya.
Ketika disodorkan kepadanya perintah atau larangan dari Rabbnya, maka hatinya
mengatakan, "Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi dengan suka cita,
sesungguhnya aku mendengarkan, taat dan akan melakukannya. Engkau berhak dan
layak mendapatkan semua itu, dan segala puji kembali hanya kepada-Mu.،¨
Apabila ada takdir menimpanya maka dia mengatakan, " Ya Allah, aku adalah
hamba-Mu, miskin dan membutuhkan-Mu, aku hamba-Mu yang fakir, lemah tak berdaya.
Engkau adalah Rabbku yang Maha Mulia dan Maha Penyayang. Aku tak mampu untuk
bersabar jika Engkau tidak menolongku untuk bersabar, tidak ada kekuatan bagiku
jika Engkau tidak menanggungku dan memberiku kekuatan. Tidak ada tempat
bersandar bagiku kecuali hanya kepada-Mu, tidak ada yang dapat memberikan
pertolongan kepadaku kecuali hanya Engkau. Tidak ada tempat berpaling bagiku
dari pintu-Mu, dan tidak ada tempat untuk berlari dari-Mu.،¨
Dia mempersembahkan segalanya hanya untuk Allah subhanahu wata،¦ala, dan
dia hanya bersandar kepada-Nya. Apabila menimpanya sesuatu yang tidak dia sukai
maka dia berkata, "Rahmat telah dihadiahkan untukku, obat yang sangat
bermanfaat dari Dzat Pemberi Kesembuhan yang mengasihiku." Jika dia
kehilangan sesuatu yang dia sukai, maka dia berkata, "Telah disingkirkan
keburukan dari sisiku."
Semoga Allah subhanahu wata،¦ala memperbaiki qalbu kita semua, dan
menjaganya dari penyakit-penyakit yang merusak dan membinasakan, Amin.
Sumber: Mawaridul Aman al Muntaqa min Ighatsatil Lahfan fi Mashayid
asy-Syaithan, penyusun Syaikh Ali bin Hasan bin Ali al-Halabi.
0 komentar:
Posting Komentar