Menangis
Karena Takut Pada Allah Subhannahu wa Ta'ala
Selasa, 18 Mei 04
Menangis
adalah karunia Allah Subhannahu wa Ta'ala yang sangat besar yang diberikan
kepada manusia. Setiap orang yang menangis tentu memiliki alasan-alasan yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Bisa jadi seseorang menangis karena takut
pada sesuatu, karena bahagia, karena terharu, bisa jadi juga seseorang menangis
karena iba, karena menderita, karena kehilangan sesuatu, kematian, musibah dan
sebagainya.
Namun ada satu tangisan yang sangat disenangi dan dipuji oleh Allah Subhannahu
wa Ta'ala , yaitu seseorang yang mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala lalu air
matanya bercucuran karena merasa takut kepada-Nya. Dan sungguh luar biasa
keutamaan yang akan diberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada orang yang bisa
mencucurkan air mata karena takut pada-Nya.
Keutamaan Menangis karena Takut kepada Allah Ta'ala.
Menangis karena takut kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala memiliki kedudukkan
yang sangat tinggi dan mulia di sisi Allah, sebagaimana ditegaskan dalam
nash-nash Al-Qur'an maupun Hadits-hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
, diantaranya:
- Firman
Allah Subhannahu wa Ta'ala , artinya,
"Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan kekhusyuan mereka bertambah". (QS. 17:109)
- Firman-Nya
yang lain,artinya,
"Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabbnya Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar" (QS. 67:12)
- Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, artinya,
"Tujuh golongan yang mendapat naungan Allah pada suatu hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah; …(dan disebutkan diantaranya) seseorang yang berzikir (ingat) kepada Allah dalam kesendiriannya kemudian air matanya mengalir" ( HR. al-Bukhari, Muslim dan lain-lainya )
- Rasulullah
bersabda, artinya,
"Tidak akan masuk ke dalam api neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu ibu (yang sudah diminum oleh anaknya) kembali ke tempat asalnya" ( HR.at-Tirmidzi )
- Sabda Rasulullah
, artinya,"Barangsiapa yang mengingat Allah kemudian dia menangis
sehingga air matanya mengalir jatuh ke bumi niscaya dia tidak akan diazab
pada hari kiamat kelak" (HR. Al-Hakim dan dia berkata sanadnya
shahih)
- Dari Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
artinya,
"Semua mata pada hari Kiamat nanti akan menangis kecuali (ada beberapa mata yang tidak menangis) (pertama) mata yang dijaga dari hal-hal yang diharamkan Allah, (ke dua) mata yang digunakan untuk berjaga-jaga (pada malam hari) di jalan Allah, (ke tiga) mata yang darinya keluar sesuatu (menangis) walau (air mata yang keluar) hanya sekecil kepala seekor lalat karena takut pada Allah" ( HR.Ashbahâni )
- Dari
Ibnu Mas'ud Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
artinya,
"Setiap mukmin yang meneteskan air mata karena takut kepada Allah walau hanya sekecil kepala seekor lalat, lalu air matanya itu membasahi pipinya niscaya Allah haramkan neraka untuk menyentuhnya" (HR.Ibnu Majah, al-Baihaqi dan Ashbahâni )
- Dari
al-Abbâs Bin Abdul Muthallib Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi
wasalam bersabda, artinya,
"Dua jenis mata yang tidak tersentuh api neraka, (pertama) mata yang menangis (ditengah kesendirian) dimalam hari karena takut pada Allah Subhannahu wa Ta'ala , dan (kedua) mata yang digunakan untuk berjaga-jaga (pada malam hari) di jalan Allah." (HR. At-Thabrani)
- Dari
Zaid Bin Arqom Radhiallaahu anhu , dia berkata, "Seseorang bertanya
kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , “Ya Rasulullah dengan apa
aku membentengi diri dari api neraka? Rasulullah menjawab, “Dengan air
matamu, karena mata yang menangis karena takut pada Allah niscaya neraka
tidak akan menyentuhnya selama-lamanya" ( HR. Ibnu Abi Dunya dan Ashbahâny
)
Kiat-kiat yang Mengantarkan Kita untuk Bisa Menangis.
- Memperbanyak
membaca al-Qur'an dengan memahami maknanya, terutama ayat-ayat yang kita
baca di dalam shalat, kemudian berusaha untuk merenungi dan meresapi
maknanya ke dalam hati. Di samping itu pilih waktu, suasana dan tempat
yang tepat, seperti tengah malam, ketika shalat tahajjud dan sebagainya.
Jika hal ini bisa kita perhatikan, insya Allah akan membawa pengaruh yang berarti dalam kehidupan kita, sehingga kita akan mudah tersentuh dan menangis ketika membaca al-Qur'an, atau ketika sedang shalat.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Syukhair Radhiallaahu anhu dia berkata, "Aku mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam yang sedang shalat, dan (aku mendengar) dari rongga dadanya ada gemuruh seperti gemuruh air mendidih dari periuk yang ada di atas tungku berapi, (disebabkan) karena tangisan beliau" (HR.Abu Daud dan at-Tirmidzi )
Demikian juga Abu Bakar As-Shiddîq Radhiallaahu anhu, beliau sangat mudah tersentuh dengan bacaan Al-Qur'an dan selalu menangis tatkala melantunkan bacaan al-Qur'an.
Juga Umar bin Khattab Radhiallaahu anhu apabila menjadi imam shalat Isya dan Subuh, beliau sering membaca surat Yusuf, dan setiap kali membaca surat ini maka beliau menangis dan suara tangisannya terdengar hingga shaf yang paling belakang, dan karena seringnya beliau menangis sehingga ada bekas menghitam di kedua pipinya.
- Mengenali
Nama-Nama Allah yang Maha Tinggi dan Sifat-Sifat-Nya yang Agung
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Juga
berusaha untuk merenungi kebesaran, keagungan, ketinggian dan kesempurnaan
Allah melalui keindahan dan keunikan ciptaanNya, disertai dengan
introspeksi atas kelemahan diri kita sebagai hambaNya.
- Menghadiri
majlis-majlis ilmu, mendengarkan nasehat-nasehat para ulama yang bisa
menyentuh batin kita, sehingga membuat kita menangis. Shalatlah berjamaah
di belakang imam yang mudah menangis ketika melantunkan ayat-ayat suci
al-Qur'an, simaklah kaset-kaset ceramah yang berisi nasehat-nasehat terutama
mengenai tazkiyatun nafs, bacaan-bacaan murattal yang isinya penuh dengan
kekhusyu'an dan tangisan. Suasana seperti itu bisa menyentuh dan
mempengaruhi diri kita.
- Mengingat
kematian kita. Bagaimana kita akan meregang nyawa mengadapi sakaratul maut
dan kita ingatlah ajal kita yang semakin dekat ke ambang pintu kematian.
Perhatikan bagaimana keadaan orang-orang yang sedang sakaratul maut, baik
yang tampak padanya tanda-tanda khusnul khatimah ataupun sû`ul khatimah.
Lalu renungkan kejadian-kejadian itu secara mendalam. Kemudian kita
bayangkan jika kejadian-kejadian yang mengerikan itu menimpa diri kita
sendiri, dengan tubuh yang semakin lemah, semakin dingin dan semakin tidak
berdaya menghadapi kematian, dengan nafas yang tersengal-sengal meregang
nyawa yang mau keluar. Tubuh kita menggigil menahan sakitnya sakaratul
maut, lalu malaikat maut menarik nyawa dari tubuh kita yang sudah kaku tak
bergerak. Hanya diri kita sendiri yang merasakan sakitnya sakaratul maut.
Tak seorang pun bisa membantu untuk meringankan betapa sakitnya sakaratul
maut, dan tak seorangpun bisa berbuat tatkala nyawa kita dipegang oleh
Malaikat Maut.
Setelah nyawa kita berpisah dengan jasad, berarti kita sudah meninggalkan dunia yang fana ini untuk selama-lamanya, maka orang-orang yang ada di sekeliling kita menangis sambil meneteskan air mata menyaksikan tubuh kita yang sudah tidak bernyawa. Lalu tubuh kita dimandikan, dikafani, lalu dishalatkan dan dikuburkan. Anak, istri, keluarga, kerabat dan teman kita mengantarkan jasad kita ke kuburan. Lalu setelah itu mereka meninggalkan kita sendirian di dalam kubur dengan pemandangan yang mengerikan, dan kita tidak tahu apakah kuburan kita itu menjadi taman surga atau justru lorong menuju ke neraka? Di tengah pekatnya kegelapan alam kubur yang menakutkan itu, tiada seorang pun yang menemani kita. Tiada seorang pun yang bisa menolong kita. Tiada seorang pun yang bisa memberi bantuan pada kita selain amalan yang merupakan bekal yang telah kita persiapkan semasa hidup. Kita hanya berharap agar semua amal ibadah yang sempat kita lakukan semasa hidup di dunia diterima Allah, karena sangat banyak amalan manusia yang tidak mendapat ridha Allah Subhannahu wa Ta'ala . Banyaknya amalan ibadah yang dilakukan oleh seseorang belum menjadi jaminan untuk terbebasnya dia dari azab kubur kecuali apabila Allah berkenan menerimannya.
- Mengingat
dan membayang kan kedahsyatan hari Kiamat. Pada hari itu terdengar tiupan
pertama terompet malikat Israfil yang sangat dahsyat, sehingga
menggelegarkan alam jagat raya ini dan seluruh isinya. Semua makhluk
dicekam ketakutan. Semua manusia dalam kebingungan, panik, dan sangat
takut. Mereka semua seperti orang yang sedang mabuk. Semua lari tapi entah
ke mana tujuannya. Pada hari itu seorang ibu yang sedang menyusui anaknya
tidak peduli lagi dengan anak yang sedang dia susui. Seorang bapak tidak
bisa berbuat apa pun untuk menolong anak dan istrinya. Semua hanya
mengurusi diri sendiri tapi tidak ada yang bisa diperbuat. Semuanya
dicekam ketakutan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Lalu
terdengar lagi suara tiupan terompet malikat Israfil untuk yang ke dua
kali. Semua makhluk semakin histeris lalu semuanya musnah. Bumi, gunung,
bangunan dan apa saja yang ada semuanya hancur. Semuanya mati dan tiada
satupun makluk yang selamat dan lolos dari kehancuran alam semesta ini.
- Mengingat
Murka Allah kepada umat-umat terdahulu, seperti umat nabi Luth
alaihissalam. Mereka dibinasakan dengan hujan batu, lalu bumi mereka
dibalikkan oleh Allah Ta'alakarena mereka bergelimang dengan dosa liwath
(gay/ homoseksual). Dan masih banyak lagi umat-umat terdahulu yang
dihancurkan Allah Ta'ala karena kedurhakaan mereka kepada-Nya.
- Ingatlah
Kondisi Ummat Islam di masa lalu yang penuh dengan kejayaan dan kemuliaan,
lalu bandingkan dengan kondisi kita saat ini yang begitu lemah dan
dihinakan.
- Memperbanyak
Do'a agar Allah Ta'alamenganugerahkan karunia-Nya kepada kita agar bisa
menangis karena takut padaNya. Hendaklah kita selalu bermunajat pada-Nya
dan sungguh-sungguh dalam berdo'a agar kita dijauhkan dari hati yang tidak
khusyu' dan mata yang tidak bisa menangis.
- Jangan
Meremehkan Dosa, karena dosa sekecil apa pun akan dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah. Ibnu Mas'ud ra berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin
melihat dosa-dosanya seakan-akan dia berada di bawah sebuah gunung dan dia
khawatir kalau gunung itu ditimpakan kepadanya. Sedangkan seorang fasik
melihat dosa-dosanya seperti dia melihat seekor lalat yang bertengger di
hidungnya.
Semoga
Allah Ta'ala menjadikan kita termasuk hambaNya yang senantiasa menangis karena
takut padaNya.
(Abu Abdillah Dzahabi)
0 komentar:
Posting Komentar