bahaya mencari yang adem

Bahaya hanya mencari kajian yang "ADEM".

Oleh Siswo Khusyudhanto

Ada teman yang masih awam pada dakwah Sunnah mengatakan, " saya suka ustadz nganu, enak kajiannya adem, gak pernah bahas syirik, gak pernah bahas Bid'ah, gak pernah bahas riba, dan seterusnya, pokoknya enak, adem."

Cuma diem aja dengarnya, padahal larangan syirik ada dibanyak Ayat dan hadist, demikian dengan dengan larangan Bid'ah ada dibanyak hadist dan Allah Ta'ala perintahkan untuk iitiba' kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, mengikuti beliau sebagai teladan dalam beragama. Demikian juga soal bahaya riba banyak disebut dalam Al-Qur'an dan hadist, bahkan dosa riba jauh lebih buruk dari maksiat seperti zina. Dan banyak lagi larangan yang nurut kita enak dikerjakan.

Dan banyak muatan dalam risalah sebenarnya jujur gak enak untuk diterima, namun sebagai seorang yang sudah bersyahadat, mengakui Allah Ta'ala sebagai Tuhan satu2 nya, dan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam sebagai Rasul kita tentu konsekuensinya adalah, "Samina Watho'na", dengar dan taati, bukan malah memilih yang enak diambil dan yang gak enak dibuang jauh-jauh, waalahua'lam.

Jadi teringat kajian Ustadz Abdullah Zein MA., Beliau mengatakan, " Jauhi sikap beragama gaya makan prasmanan, seperti halnya prasmanan ketika ada makanan yang kita sukai maka kita ambil dan memakannya, namun ketika kita jumpai makanan yang tidak kita sukai kita tidak ambil dan malah sedapat mungkin dihindari. Sebagai seorang Muslim yang baik sebaik mungkin beragama kita menjalankan secara kaffah, menyeluruh. Maka ketika kita mendengar seruan dari Allah Ta'ala dan RasulNya segera kita kerjakan, dan ketika sampai kepada kita larangan dari Allah Ta'ala dan RasulNya maka segera kita tinggalkan.

Sikap memilih dan mengambil sebagian syariat Allah Ta'ala dan RasulNya dapat mejerumuskan kita kepada sifat kuffur, ingkar risalah, dan ini sangat berbahaya dapat mendatangkan azab neraka kelak, waalahua'lam."

Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah ta’ala berfirman menyeru para hamba-Nya yang beriman kepada-Nya serta membenarkan rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan syari’at; melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan sesuai kemampuan mereka.” (Tafsir Ibn Katsir 1/335).

Berkaitan dengan ayat ini dan satu ayat setelahnya, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Ini merupakan titah dari Allah Ta’ala kepada orang-orang beriman agar mereka masuk { فِي الْسِّلْمِ كَافَّةً (ke dalam Islam secara keseluruhan)}, yaitu dalam seluruh syariat agama dan tidak meninggalkan darinya sedikit pun dan agar tidak menjadi orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya; jika perkara yang disyariatkan itu sesuai dengan hawa nafsu dikerjakannya namun jika bertentangan ia akan meninggalkannya. Akan tetapi yang menjadi kewajiban adalah hawa nafsu itu haruslah mengikuti agama. Dan agar ia mengerjakan setiap yang ia mampu berupa perbuatan-perbuatan baik dan yang belum mampu ia (tetap) memandangnya wajib dan berniat (mengerjakan)nya sehingga niatnya itu dapat menggapainya.

“Oleh karena masuk ke dalam Islam secara keseluruhan tidak akan mungkin dan tergambar kecuali dengan menyelisihi langkah-langkah setan, Allah berfirman, ‘…dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan’, yaitu dalam bermaksiat kepada Allah.‘Sesungguhnya dia (setan) adalah musuh nyata bagi kalian’, dan musuh yang nyata tidak akan memerintah kecuali dengan keburukan, kekejian, dan yang membahayakan kalian.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman hlm. 78)

Sumber Referensi,"Kaffah dalam Beragama", karya Ustadz Muhammad Nur Ichwan Muslim di Muslim.or.id

0 komentar:

Posting Komentar