Riwayat Sholawat Sulthon Mahmud Al-Ghoznawi

Riwayat Sholawat Sulthon Mahmud Al-Ghoznawi
Dinasti Ghazni, mulanya hanyalah sebuah kerajaan kecil di wilayah kerajaan Bani Saman. Dinasti ini didirikan oleh Alptgin, seorang budak dari dinasti Samaniah, pada permulaan paruh kedua abad X Masehi. Intrik dan pergantian kekuasaan terus terjadi hingga tiba masa pemerintahan Mahmud Ghaznawi, cicit Alptgin.
Sebagai penguasa terbesar dari dinasti ini, Mahmud Ghaznawi merupakan milestone bagi sejarah anak benua India di dalam hubungannya dengan dunia Islam. Ia menyatakan diri sebagai seorang penguasa merdeka dan untuk pertama kalinya memakai gelar Sultan.
Sejak tahun 1000 M hingga 1026 M, Mahmud telah memimpin tujuh belas kali ekspedisi ke India dan selalu memperoleh kemenangan dalam setiap ekspedisi. Ekspedisi pertamanya terjadi tahun 1000 terhadap kota-kota garis depan Khyber Pass. Ia berhasil merebut benteng dan kota tersebut. Sementara, ekspedisi terakhirnya, tahun 1027 dilakukan di wilayah yang didiami suku Jat.
Karena kejayaan perangnya, Khalifah di Baghdad sampai memberi Mahmud gelar Yamin al Daulah (tangan kanan kerajaan) dan Amin al Millah (orang kepercayaan agama).
Keberhasilan Sultan Mahmud disebabkan oleh berbagai faktor. Kondisi masyarakat Hindu India secara kuantitas lebih banyak, tetapi mereka tidak bersatu padu. Orang Hindu juga mengikuti metode perang yang sudah kuno dengan mengandalkan gajah. Sementara itu, pasukan Islam memiliki organisasi, disiplin, dan ikatan yang lebih baik. Hal itu semakin dikuatkan dengan kepemimpinan Sultan Mahmud yang taktis dan diplomatis.
Meskipun telah menaklukkan banyak tempat di India, Mahmud tidak menancapkan kekuasaannya di daerah-daerah taklukan tersebut kecuali Punjab. Para sejarawan lantas berbeda pendapat mengenai motif penaklukkan Mahmud Ghzanawi ini. Sebagian menekankan motif politik dan ekonomi, namun motif agama tetap yang utama.
Berkat ekspedisinya yang terus menerus tersebut, hampir seluruh wilayah India utara jatuh ke tangan Mahmud. Secara politis, ekspedisi-ekspedisi ini membuka jalan bagi penaklukkan India di masa yang akan datang oleh pasukan Islam.
Berawal dari sebuah kerajaan kecil, wilayah Dinasti Ghazni kemudian meluas dari pinggir laut Kaspi di sebelah utara sampai Sungai Gangga di India dan dari sungai Oxus di Asia Tengah sampai sungai Indus (Hind) di pesisir selatan.
Selama 34 tahun masa pemerintahannya, Sultan Mahmud sangat memperhatikan masalah kebudayaan dan pengetahuan. Ia dikenal sebagai pelindung terbesar bagi perkembangan ilmiah abad ke-11.
Sultan Mahmud membawa peradaban Hindu dan Islam ke arah hubungan yang dekat dan saling tukar ide. Al-Biruni juga pernah hidup bersama Sultan Ghaznawi dan menghasilkan karya Tahkik-i-Hind (Penelitian tentang India).

Riwayat shalawat tersebut :
Al-Habib Ali Bin Hasan al-Atthas Rahimahullah menyebutkan dalam kitab al-Qirthas Syarh Ratib al-Atthas: Ada seorang Sulthan (Raja) yang alim faqih Mujahid bernama Sulthon Mahmud Al-Ghaznawi/Al Ghornawi. Sepanjang hidupnya Raja ini selalu menyibukkan dirinya dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Setiap selesai shalat subuh, sang raja membaca shalawat sebanyak 300.000 kali. Begitu asyiknya raja membaca shalawat sebanyak itu, seolah-olah beliau lupa akan tugasnya sebagai seorang raja, yang di pundaknya tertumpu berbagai tugas negara dan berbagai macam harapan rakyatnya yang bergantung padanya. Sehingga kalau pagi tiba, sudah banyak rakyatnya yang berkumpul di istana menunggu sang raja, untuk mengadukan persoalannya.
Namun sang raja yang ditunggu-tunggu tidak kunjung hadir. Sebab sang raja tidak akan keluar dari kamarnya, walau hari telah siang, jika belum menyelesaikan wirid shalawatnya. Setelah kejadian ini berlangsung agak lama, pada suatu malam beliau bermimpi bertemu dengan RasulullaAh SAW.
Di dalam mimpinya, RasulullaAh SAW bertanya, “Mengapa kamu berlama-lama di dalam kamar..? Sedangkan rakyatmu selalu menunggu kehadiranmu untuk mengadukan berbagai persoalan mereka.” Raja menjawab, “Saya duduk berlama-lama begitu, tak lain karena saya membaca shalawat kepadamu sebanyak 300.000 kali, dan saya berjanji tidak akan keluar kamar sebelum bacaan shalawat saya selesai.”
Rasulullaah SAW lalu berkata, “Kalau begitu kasihan orang-orang yang punya keperluan dan orang-orang lemah yang memerlukan perhatianmu. Sekarang aku akan ajarkan kepadamu shalawat yang apabila kamu baca sekali saja, maka nilai pahalanya sama dengan bacaan 100.000 kali shalawat. Jadi kalau kamu baca tiga kali, pahalanya sama dengan 300.000 kali shalawat yang kamu baca.” Rasulullah SAW lalu membacakan lafazh shalawat yang kemudian dikenal dengan nama shalawat sulthon.
Akhirnya, raja Mahmud Al-Ghaznawi lalu mengikuti anjuran Rasulullaah SAW tersebut, yaitu membaca shalawat tadi sebanyak tiga kali. Dengan cara demikian,shalawat dapat beliau baca dan urusan negara dapat dijalankan dengan sempurna.
Setelah beberapa waktu mengamalkan shalawat itu, raja kembali bermimpi bertemu Rasulullah SAW. dan bertanya kepadanya :
ماذا فعلت حتى أتعبت الملائكة في كتابة ثوابك ؟
“Apa yang kau lakukan, sehingga malaikat kewalahan menulis pahala amalmu ? Raja menjawab :
ما عملت شيئا إلا الصلاة التي علمتني إياها
Saya tidak mengamalkan sesuatu, kecuali mengamalkan shalawat yang engkau ajarkan kepada saya itu. (Kitab Al-Qirthos Fi Manaqib Al Attas, Al-Habib Ali bin Hasan Al-Attas).
Berikut shalawatnya :


0 komentar:

Posting Komentar