Kelezatan Maksiat dan Taat Serta Kesalahan Dalam Meruqyah Wanita

[21/6 19.22] Fadli Ramadhan: JERAT PINTU MASUK SYAITHAN PADA SAAT MERUQYAH AKHWAT
By. Ustadz Perdana Akhmad

Alhamdulillah saya diberi bashiroh dengan diberi ilham untuk menuliskan jerat syaithan pada saat meruqyah akhwat, silahkan dibaca.............

1. BERDUA-DUAAN DENGAN PASIEN PEREMPUAN

”Jangan sampai seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan. Jika terjadi makhluk ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad)

Ketika meruqyah pastikan ada yang menemani, ada beberapa kasus meruqyah akhwat namun pihak keluarga atau temannya kadang pergi meninggalkan peruqyah berdua dengan pasiennya, jika sampai terjadi hentikan ruqyah dan pergilah dari akhwat tersebut sampai yang menemani datang kembali.

2. MENYENTUH PASIEN PEREMPUAN

Saya pribadi dan ustadz Agus Abdulloh sudah lama berkomitment untuk tidak menyentuh akhwat walau menggunakan sarung tangan pada saat meruqyah, kecuali jika akhwat tersebut membahayakan jiwanya seperti hendak melompat gedung, hendak membunuh dirinya, membenturkan kepalanya ketempat yang keras.

Menyentuh akhwat walau menggunakan sarung tangan tetap terlarang berdasarkan hadits “Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni).

Gunakanlah alat seperti kayu atau pena besi (alat bekam) atau benda lain jika memang ingin menyentuh kepala, kaki atau bagian lain ditubuh pasien.

Maksimalkan tehnik tiupan ruqyah kepada pasien akhwat atau meminta mahram juga keluarga atau teman wanita pasien memegang pasien dan peruqyah mengintruksikan kepada mereka bagian mana yang harus disentuh, ucap, tepuk atau pencet.

3. MEMBACA RUQYAH DENGAN MULUT TERLALU DEKAT DENGAN PASIEN PEREMPUAN

Perempuan sudah sangat biasa menggunakan minyak wangi yang harum yang jika kita terlalu dekat meruqyah bisa tercium peruqyah, atau meruqyah namun mulut kita didekatkan ke telinga pasien akhwat hingga kulit mulus atau kecantikan akhwat tersebut lebih jelas terlihat.

Jika meruqyah ambil jarak yang jauh, bahkan dikalangan salafiyyin seperti yang saya pernah lihat di Ma'had jamilurrahman Ustadz Abu Saad meruqyah akhwat dibalik tabir dan yang menjaga juga membantu memeganginya adalah sesama wanita.

4. KEMARAHAN PADA SAAT MERUQYAH AKHWAT

Marah adalah sunnatullah, namun marah yang terlarang adalah jika dilakukan karena menuruti hawa nafsu dan menimbulkan kerusakan.
hati hati jika peruqyah memarahi jin dalam tubuh pasien akhwat dengan memaki (goblok, tolol, anjing dll) dan timbul emosi hingga keluar keinginan untuk menyakiti dan memukul maka HENTIKAN RUQYAHNYA.

Ali dalam peperangan tidak jadi membunuh musuhnya hanya karena dalam keadaan marah dengan mengatakan :”Saat dia meludahi wajahku, aku marah. Aku tidak ingin membunuhnya lantaran amarahku. Aku tunggu sampai lenyap kemarahanku dan membunuhnya semata karena Allah SWT,”

Sekali lagi HENTIKAN RUQYAH jika ketika kita timbul amarah ketika diejek jin lalu memukulnya sebab pukulan itu bukan karena Allah tetapi karena emosi kita dan syaithan malah akan mempermainkan diri kita.

5. MEMUKUL PEREMPUAN DIDERAH SENSITIF

Ada yang berdalil boleh memukul berdasarkan atsar Ibnu Taimiyah memukul pasiennya memakai kayu sebagaimana yang dikisahkan oleh Ibnu Qayyim. namun pada praktekknya kita memukul menggunakan tangan atau kaki hingga bersentuhan tubuh bukan menggunakan alat bantu, juga kebanyakan peruqyah tidak berilmu dan berpengalaman ketika memukul hingga mengakibatkan cedera dan luka dalam. Mengapa tidak menggunakan tehniknya Imam Ahmad bin hambal dengan metode ancaman saja namun jinnya pergi namun tidak memukul atau menggunakan tehnik Syaikh Wahid memaksimalkan bacaan Ruqyah.

lebih berbahaya lagi jika memukul atau menendang daerah perut dimana terletak rahim pasien, atau didada dimana terletak payudara atau daerah kemaluan, pasien akhwat bisa merasa terhina atau dilecehkan atau trauma.

6. TIMBUL SYAHWAT KETIKA MERUQYAH

Q.S An-Nuur ayat 30-31. “Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yang beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, apa yang mereka perbuat.”

menghadapi pasien akhwat yang cantik walau disaksikan banyak orang jika dalam hati timbul syahwat nafsu seks, WAJIB untuk menghentikan ruqyah ! berwudhulah kembali dan banyak istighfar, jangan pandangi akhwat tersebut, tundukkanlah pandangan. sebab jika kita meruqyah dalam keadaan syahwat tinggi maka menjadi pintu masuk setan masuk dalam diri kita.

Jika memang menyukai pasien kita dan selalu timbul syahwat ketika meruqyahnya ada baiknya segera dilamar saja jadi istri atau ta'adudlah jika memang sudah memuliki istri  , atau berhentilah meruqyahya dan anjurkan akhwat tersebut diruqyah oleh peruqyah lain.

7. MELAKUKAN PENCABULAN

Poin 1,2,3,6 Jika tidak diantisipasi setan masuk dalam qalbu peruqyah hingga akhirnya bisa terjadi pencabulan, peruqyah mencium, meraba -raba sampai terjadi hubungan seksual. Jika sampai terjadi maka nama baik RUQYAH akan tercemar dan bisa menghancurkan DAKWAH TAUHID jika para praktisinya sampai terjerat kasus apalagi sampai disidang dipengadilan dan diekspos media cetak dan elektronika.

Wallahu a'lam.......................

Silahkan di shared...
[21/6 21.42] Padli: Seorang ustadz bertanya kepada jama'ahnya.
.
Ustadz : "Kalau kita hidup zaman Firaun kira-kira kita jadi pengikut Firaun, atau pengikut Nabi Musa?" Jama'ah : "Tentulah Nabi Musa." Ustadz : "Yakin?" Jama'ah : "Yakinnnnn"
Ustadz : "Tapi yang membangun Mesir, Firaun. Yang bangun piramid, Firaun. Yang terKAYA, Firaun. Yang punya tentera, dan banyak pengikut, Firaun. Yang bisa memberi PERLINDUNGAN dan jaminan, Firaun. Yang Berkuasa, Firaun.
Yang bisa sediakan MAKANAN & MINUMAN, Firaun. Yang bisa adakan HIBURAN, Firaun. Yang bisa buat pusat perbelanjaan, Firaun. Sementara Musa, hanya penggembala kambing saja. Bicara pun tdk fasih. Senjata pun hanya sebatang tongkat. Masih yakin?" Jama'ah : (mulai terdiam...) Ustadz : "Dan kerjaan Musa hanya penjaga kambing, tiba-tiba ajak kita untuk melewati lautan tanpa memakai sampan atau kapal. Apakah yakin kita mau ikut Musa ?" ...... Betapa manusia zaman Firaun dan zaman KITA SEKARANG, TIDAK BERBEDA
Di Zaman ini masih banyak yang PERCAYA pada harta, pangkat, jabatan dan pengaruh.
KEBENARAN Itu bisa jadi akan kita abaikan bila sudah menyentuh orang yang berpengaruh, orang berkuasa dan orang yang kita idolakan.
Sungguh...FIR'AUN itu tetap ADA hingga akhir zaman.. HANYA berUBAH WAJAH dan BENTUKnya... Maka Yaa Rabb...
Istiqomahkanlah kami agar senantiasa berada di jalan kebenaran, di jalan-Mu yang lurus, jalan yang Kau ridhoi. Hindarkanlah kami dari tipu daya muslihat dunia dan godaan musuh-musuh-Mu serta kejahiliyahan karena kebodohan kami
Berikanlah kami ILMU dan IMAN agar mengetahui bahwa yang haq adalah haq, dan yang bathil adalah bathil. Dan tampakkanlah kepadaku yang benar itu sebuah kebenaran, dan berikan petunjuk kepadaku untuk mengikutinya. Dan tampakkanlah kepadaku yang mungkar itu sebuah kemungkaran dan berikan petunjuk kepadaku agar menjauhinya.
[22/6 07.11] Padli: KELEZATAN MAKSIAT DAN TAAT
.
Oleh : KH. Hafidz Abdurrahman, MA
.
al-Hafidz Ibn al-Jauzi, dalam kitabnya, Shaid al-Khathir, menuturkan bahwa andai saja orang yang melakukan maksiat menyadari, betapa kenikmatan maksiat itu hanya sesaat, kemudian setelah itu dia merasakan akibat kemaksiatannya, yaitu kemurkaan Allah, dosa dan siksa-Nya, maka orang itu tidak akan sanggup melakukan maksiat.
.
Namun, yang terjadi adalah, orang itu terpesona dengan kenikmatan sesaat. Betapa tidak, orang berzina, hanya bisa merasakan nikmatnya zina saat sebelum dan setelah puncak kepuasan seksualnya. Itu pun tidak lama, tetapi setelah itu dia menderita. Bahkan, aibnya pun tak terperi. Terlebih, jika zinanya itu menghasilkan anak haram, maka beban itu akan ditanggung seumur hidup.
.
Tetapi, ada orang yang melakukan maksiat, berzina dan berzina, mencuri dan mencuri, makan riba dan makan riba, anehnya tetap merasa tidak ada masalah. Baginya, kemaksiatannya itu tidak ada dampaknya secara nyata dalam hidupnya. Dia pun enjoy menikmati hidup bergelimang maksiat. Apa yang sesunggunya terjadi pada orang seperti ini?
.
Ibn al-Jauzi memberika jawaban, "Kemaksiatan itu diganjar dengan kemaksiatan." maksudnya, ketika orang melakukan satu maksiat, lalu diikuti maksiat berikutnya, maka kemaksiatan berikutnya itu sesungguhnya adalah siksa Allah, tetapi dia tidak merasa, bahwa dia sedang disiksa oleh Allah. Sebaliknya, "Kebaikan setelah kebaikan adalah pahala bagi kebaikan itu."
.
Orang yang melakukan maksiat, terkadang tidak merasa dirinya melakukan maksiat. Padahal, dampak maksiatnya itu membuat hatinya tidak lagi merasakan nikmatnya ketaatan. Dia shalat dan berdoa pun tidak bisa khusyu'. Shalat dan doanya pun kehilangan ruhnya, akibatnya shalat dan berdoa, tetapi tidak ada pengaruhnya.
.
Bagi orang seperti ini, kelezatan munajatnya hilang. Kelezatan shalatnya hilang. Kelezatan membaca al-Qur'annya hilang. Kelezatan mengajinya hilang. Dia pun lama kelamaan akan malas munajat, karena tidak merasakan lagi nikmatnya munajad kepada Allah. Dia mulai meninggalkan shalat, karena shalatnya terasa hampa. Dia pun mulai meninggalkan al-Qur'an, karena baginya al-Qur'an tidak lagi menarik hatinya. Dia pun malas datang kajian, karena nikmat ketaatannya sirna. Akhirnya, dia pun jauh, dan semakin jauh dari ketaatan.
.
Maksiat itu telah membunuh kelezatan ketaatannya kepada Allah SWT. Jika kita sudah mulai dihinggapi tanda-tanda tadi, maka waspadalah. Segeralah kembali, sebelum jauh meninggalkan jalan Allah SWT.
.
Semoga kita bisa merasakan kelezatan taat kepada-Nya, dalam shalat, doa, mengaji, berdakwah dan berjuang untuk menegakkan agama-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar