Imam Bukhari rahimahullah berkata :
ما كتبت في كتاب الصحيح حديثاً إلا اغتسلت قبل ذلك وصليت ركعتين
“Tidaklah kutulis dalam kitab sahih satu hadits pun melainkan aku mandi dahulu sebelumnya dan melakukan sholat dua rokaat”
(hadyus sariy muqaddimah fathul bari)
Bulan ini adalah bulan wisuda bagi sebagian kampus terpandang di
negeri kita. Banyak sarjana unggulan yang dihasilkan. Setelah lulus,
mahasiswa selalu memikirkan apa pekerjaannya setelah itu. Sebagian
memilih untuk bekerja di bank. Di antara alasannya, barangkali karena
pendapatannya lebih lumayan besar.
Kami mengajak para lulusan
tersebut untuk renungkan tulisan berikut terlebih dahulu jika memang
serius untuk mengajukan pekerjaan di bank.
Ingat Setiap Jiwa Tidak Akan Mati Sampai Rezekinya Sempurna
Ingat, setiap jiwa tidak akan mati sampai rezekinya sempurna. Kalau sudah ada jaminan demikian, kenapa khawatir pada rezeki?
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ
حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي
الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ
تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ
إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah
membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai
sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu,
bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki.
Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya
dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak
akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi
Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits
shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).
Dalam
hadits diperintahkan untuk mencari rezeki dengan cara yang halal, jangan
dengan bermaksiat atau menghalalkan segala cara. Karena ada yang putus
asa dari rezeki hingga menempuh pekerjaan yang haram.
Carilah Rezeki dengan Menempuh Cara yang Halal
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ
نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ
عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ
وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau
kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena
sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar
telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka
bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari
rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan
yang haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2144. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa hadits ini shahih).
Jika cara yang ditempuh adalah cara
yang halal, tentu akan berpengaruh pada ampuhnya do’a. Jika sebaliknya,
yang ditempuh adalah cara yang tidak halal, lihat saja bagaimana
pengaruhnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ
يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ
وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى
يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh
perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu
mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Rabbku, wahai
Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari
yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram,
maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim no.
1015)
Yusuf bin Asbath berkata,
بَلَغَنَا أنَّ دُعَاءَ العَبْدِ يَحْبِسُ عَنِ السَّمَاوَاتِ بِسُوْءِ المطْعَمِ
“Telah sampai pada kami bahwa do’a seorang hamba tertahan di langit
karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.” (Dinukil dari
Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 276)
Cari Pekerjaan yang Tidak Menyengsarakan Orang Lain
Ada salah satu pekerjaan yang terlarang yaitu menimbun barang sehingga
mematikan stok barang di pasaran terutama untuk barang kebutuhan pokok.
Dalam hadits disebutkan,
لاَ يَحْتَكِرُ إِلاَّ خَاطِئٌ
“Tidak boleh menimbun barang, jika tidak, maka ia termasuk orang yang berdosa.” (HR. Muslim no. 1605).
Apa hikmah terlarangnya menimbun barang?
Imam Nawawi berkata, “Hikmah terlarangnya menimbun barang karena dapat
menimbulkan mudarat bagi khalayak ramai.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 43).
Namanya orang yang berutang, rata-rata adalah rakyat kecil atau mereka
memang orang yang butuh. Apakah pantas orang yang butuh semacam itu
disengsarakan? Rata-rata pula orang bisa stress dan bahkan bisa gantung
diri hanya karena tumpukan utang pada para rentenir. Karena prinsip
utang di zaman ini hanyalah untuk mencari untung. Dan itu menyengsarakan
rakyat jelata sama halnya menimbun barang yang penulis singgung di
atas.
Bahkan di tempat kami di Gunungkidul, rata-rata yang
gantung diri atau bunuh diri itu karena masalah utang yang berat yang
mesti dilunasi di rentenir. Bank saat ini tak jauh dari kerjaan para
rentenir walau mungkin bunganya lebih ringan. Tetapi riba tak pandang
ringan. Karena para ulama menyepakati, “Setiap utang piutang yang di
dalamnya meraup keuntungan (ada manfaat yang diambil), maka itu adalah
riba.
Kalau demikian, apakah masih mau apply di bank? Silakan renungkan.
Cobalah terus meminta pada Allah untuk mendapatkan rezeki yang halal
sebagaimana do’a yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan berikut
ini,
اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak”
[Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari
yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada
selain-Mu] (HR. Tirmidzi no. 3563, hasan menurut At Tirmidzi, begitu
pula hasan kata Syaikh Al Albani)
Share tulisan ini jika menarik. Moga membuka hati yang lain. Hanya Allah yang memberi hidayah.
—
Selesai disusun di Darush Sholihin Gunungkidul, Jumat, 4 Sya’ban 1436 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
0 komentar:
Posting Komentar