Keutamaan amalan hati dan meninggalkan Larangan Allah.
-----------
oleh Habib Muhammad bin Abdullah Al Aidarus
"Hati kadang kala bermaksiat ketika anggota tubuh taat. Kadang kala seorang manusia pandai lisannya, tapi bodoh hatinya."
Maksiat yang dikerjakan oleh anggota tubuh lebih ringan, daripada maksiat yang dikerjakan oleh hati.
Sekarang akan kusebutkan amal yang paling penting dan utama.
Ketahuilah mendekatkan diri kepada Allah SWT dapat terlaksana dengan melaksanakan ketaatan.
Bagi kaum 'arifin menjauhi maksiat lebih penting, dibandingkan dengan memperbanyak ketaatan namun masih bertoleransi pada perbuatan dosa.
Ibnu Abbas radhianyallahu’anhu pernah ditanya, "Bagaimana pendapatmu tentang dua orang berikut:
Pertama, orang yang kebaikannya banyak dan keburukannya juga banyak.
Kedua, orang yang kebaikannya sedikit dan keburukannya juga sedikit?"
Beliau menjawab, "Aku tidak akan membandingkan keselamatan dengan apa pun."
Permisalan dari
"Ibadah memiliki dua bagian: Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan"
adalah seperti keadaan orang yang menderita penyakit.
Pengobatan untuk orang sakit dapat dilakukan dengan dua cara: Memberi obat dan menyuruh berpantang. Jika keduanya dilaksanakan, pasien akan sehat kembali.
Namun, jika hanya salah satu yang bisa dilaksanakan, maka berpantang lebih utama. Sebab, obat tidak akan bermanfaat jika si pasien tidak menaati larangan dokter.
Bahkan, kadang kala hanya dengan berpantang, tanpa meminum obat, si pasien bisa sembuh.
Rasulullah saw bersabda:
“Pokok semua obat adalah berpantang"
(HR Ibnu Abi Dunya)
Allah Ta'ala berfirman:
"Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunan-nya (mesjidnya) di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu orang-orang yang mendirikan bangunanya di tepi jurang yang runtuh?"
(At-Taubah, 9:109)
Seorang arif berkata, "Orang yang melakukan ketaatan tidak menjadi dekat kepada Allah Ta'ala, tapi orang yang menjauhi larangan-Nya bisa menjadi dekat kepada-Nya.”
Sebab, kebajikan (ketaatan) dapat dikerjakan setiap orang baik maupun jahat.
Namun yang mampu menjauhi (yang dilarang) dosa hanyalah orang yang shidq dan muqarrab (dekat dengan Allah).
Manusia seringkali melakukan banyak amal kebajikan tetapi jiwanya tetap kotor, hal ini disebabkan karena ia tidak melandasi amalnya dengan takwa, dan dengan seenaknya melakukan perbuatan haram sehingga tanpa disadari hatinya menjadi rusak.
Ka'bul Ahbar berkata, "Akan kamu temukan seseorang yang banyak mengerjakan kebajikan, tapi di sisi Allah nilainya tak lebih dari bangkai seekor keledai karena ilmunya sedikit; hati dan bashirah-nya buta.
Dan akan kamu temukan seseorang yang tidak menggunakan waktu malamnya untuk beribadah dan siang harinya untuk berpuasa (sunah), tapi di sisi Allah ia termasuk dalam deretan kaum muqarrobin, karena keunggulan akalnya."
Dari kitab "Idharu Asrori Ulumil Muqorrobin" oleh Habib Muhammad bin Abdullah Al Aidarus"
Wallahu a'lam
Mari bersholawat:
Allahuma sholli 'alaa sayyidina Muhammadin wa angzilhu almaq 'ada almuqorrobba 'indaka yaumal qiyyamah wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
0 komentar:
Posting Komentar