Bisikan
Setan
Rabu, 07 April 04
Setan
menurut al-Qur'an surah al-An'am ayat 112 dan surah an-Naas dan juga menurut
berbagai teks hadits adalah terdiri dari jin dan manusia. Keduanya aktif
bekerja menjalankan misi mereka masing-masing. Salah satu tugas setan adalah
membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, sebagaimana firman Allah di dalam
surah an-Naas, artinya,
"Katakanlah, "Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan yang memelihara
dan menguasai) manusia. Raja manusia. Ilaah (sembahan) manusia, dari kejahatan
(bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam
dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."
Di dalam ayat-ayat di atas, Allah memerintahkan manusia agar beristi-'adzah
(memohon perlindungan kepadaNya) dari bisikan jahat setan jin dan setan
manusia. Alwaswas adalah bisikan-bisikan setan yang halus sedang al-khannas
terambil dari kata khanasa, yang berarti kembali mundur, melempem, bersembunyi
serta timbul tenggelam. Maksudnya adalah setan kembali menggoda manusia pada saat
manusia lengah dan melupakan Allah, kemudian dia mundur dan melempem pada saat
manusia berdzikir mengingat Allah Ta'ala.
Strategi Setan Memperdaya Manusia
Misi dan pekerjaan setan itu ada dua, pertama, menyuruh manusia
melakukan dosa dan kejahatan, dan yang ke dua, menghalang-halangi
manusia dari segala macam bentuk perbuatan baik yang diridlai Allah Ta'ala. Di
dalam Sahih Muslim nomor ke 5109 bersumber dari 'Iyad bin Himar al-Mujasyi'i,
disebutkan bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,Allah
berfirman, "Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan
hanif (cenderung kepada kebenaran), lalu setan-setan mendatangi mereka, dan
menyelewengkannya dari agama mereka dan (setan-setan itu) mengharamkan terhadap
mereka apa yang Aku halalkan bagi mereka dan menyuruh mereka mempersekutukan
Aku…"
Berdasarkan hadits ini, dapat dikatakan, bahwa yang menyeleweng-kan manusia
dari dien (Islam) adalah setan, termasuk menggelincirkan manusia kepada
perbuatan syirik. Namun manusia yang dapat dikuasai setan, hanya mereka yang
tak memperdulikan tuntunan Allah dan menjadikan setan itu sebagai pembimbing
jalan hidupnya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengemukakan enam tahapan yang dilalui
setan dalam menyesatkan dan mem-perdaya manusia.
Tahap pertama ialah pengafiran atau pemusyrikan manusia. Kalau yang diajak
setan itu muslim, yang beriman teguh, yang tak dapat dikafirkan dan
dimusyrikkan, setan akan melangkah ke tahapan dakwah ke dua, yaitu
pem-bid'ahan. Setan pada tahapan ke dua ini berupaya menjadikan orang Muslim
sebagai ahlul bid'ah. Kalau yang didakwahi setan itu kalangan Ahlus Sunnah,
yang teguh dan istiqamah memegang Sunnah, setan melangkah pada tahap yang ke
tiga, yaitu menjebak orang Islam kepada kaba’ir (dosa-dosa besar). Kalau yang
bersangkutan beriman teguh, sehingga tak mau melakukan dosa-dosa besar, setan
tetap tidak berputus asa, untuk terus berupaya mencari taktik lain, dengan
melangkah ke tahap yang ke empat, yaitu menjebak manusia dengan dosa-dosa
kecil.
Kalau tahap ke empat ini gagal juga, setan melangkah ke tahap ke lima, yaitu
menyibukkan manusia kepada masalah-masalah yang mubah (boleh), sehingga yang
bersangkutan menghabiskan waktunya untuk urus-an-urusan yang mubah, yang
dampaknya, lupa menunaikan perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah Ta'ala, yang
berpahala, yang semua Muslim diperintahkan mengamalkannya. Kalau tahap ke lima
ini gagal juga, setan melanjutkan strategi gandanya ke tahapan yang ke enam,
yaitu menyi-bukkan manusia dalam urusan-urusan kurang bermanfaat atau yang
man-faatnya lebih kecil, sehingga dampak persoalan-persoalan yang lebih penting
dan yang lebih baik jadi tertinggalkan dan terabaikan. Misalnya, sibuk dengan
amalan sunnah, sehingga amalan wajib tertinggalkan.
Adapun perangkap atau jerat-jerat yang dipasang setan tidak terhitung jenis dan
jumlahnya, di antaranya ialah:
1. Mengadu Domba Sesama Muslim dan Buruk Sangka
Di dalam hadits yang diriwayatkan al-Bukhari, Rasulullah bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya iblis telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang
sholeh, tetapi ia berusaha mengadu domba di antara mereka.".
Caranya ialah menciptakan dan menyebarkan permusuhan, kebencian dan fitnah di
antara mereka. Sikap buruk sangka (terhadap Allah maupun manusia) biasanya
datang dari setan. Dalilnya antara lain ialah hadits Shafiyyah binti Huyay
(istri Rasulullah) ia berkata yang artinya, "Ketika Rasulullah sedang
beri'tikaf di masjid, saya mendatanginya pada suatu malam dan bercerita.
Kemudian saya pulang diantar beliau. Ada dua orang Anshar berjalan dan ketika
keduanya melihat Rasulullah, mereka mempercepat langkah. Rasulullah berkata,
"Pelan-pelanlah. Dia adalah Shafiyah binti Huyay". Mereka berkata,
"Subhanallah (Maha Suci Allah), Rasulullah!" Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya setan berjalan di tubuh manusia pada peredaran darah, aku
khawatir setan itu melontarkan kejahatan di hati kamu berdua , sehingga timbul
prasangka yang buruk." (HR. Al-Bukhari 240, Muslim 2174-2175).
2. Menganggap Baik dan Indah Kebid'ahan.
Ibadah yang sudah baik dari Nabi, oleh setan dimodifikasi, antara lain
dilakukan penambahan-penambahan di sana sini atau pun pengurangan-pengurangan.
Apa yang tidak disunnahkan Nabi, dilakukan, sebaliknya yang disunnahkan Nabi
justru ditinggalkan.
Sebagian manusia dibisiki agar merekayasa hadits palsu yang disandar kan kepada
Rasulullah sambil berdalih, “Kami memang berdusta mengarang hadits, namun bukan
dengan niat menentang Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , melainkan membela
beliau. Tak terhitung jumlah hadits yang direkayasa untuk menakut-nakuti
manusia dari neraka, agar melakukan amal kebaikan atau pun menggambarkan surga
dengan cara aneh pula.
3. Membisikkan Bahwa Islam Hanyalah Muamalah.
Terkadang setan membisikkan ke dalam hati manusia, "Dien (Islam) adalah
muamalah (pergaulan/akhlak yang baik). Yang penting dalam beragama adalah cukup
berbuat baik saja terhadap sesama manusia, jangan mendustai atau menipu mereka
walaupun kamu tidak shalat. Bukankah Rasulullah mengatakan, bahwa agama adalah
muamalah?" Sebagai hasilnya, banya orang yang berprinsip, tak shalat tak
mengapa, asal tidak jahat terhadap sesama manusia. Kepada yang lain,
dibisikinya pula, "Yang penting adalah hati dan niat baik, sepanjang
engkau lalui waktu malammu tanpa menyimpan dengki dan kebencian terhadap manusia,
cukuplah sudah”. Akibatnya yang bersangkutan meninggalkan banyak amal shaleh,
karena mencu-kupkan diri dengan niat baik saja!
Kepada kalangan yang berkecim-pung di politik, setan jin membisikkan,
"Yang penting adalah kita harus mengenal keadaan riil kaum muslimin dan
keadaan musuh-musuh mereka. Dengan demikian hal paling penting adalah
masalah-masalah politik. Ibadah biarlah dilakukan kalangan ahli ibadah saja.
4. Membisikkan bahwa Islam Hanya Mengatur Hubungan dengan Allah Saja.
Kepada mereka, setan membisik-kan, "Engkau zuhud dengan mening-galkan
semua urusan dunia, termasuk urusan politik." Urusan pemerintahan, biarlah
orang kafir saja yang mengatur, karena itu adalah masalah keduniaan yang tidak
ada sangkut pautnya dengan agama, sedang agama hanya mengatur hubungan dengan
Allah saja.
5. Membisikkan Bahwa yang Penting Bersatu.
Datang pula kelompok lain dengan pendapat, "Yang paling penting adalah
menyatukan barisan kaum muslimin. Kelompok ini menjadikan persatuan sebagai hal
paling penting, walaupun dibandingkan masalah aqidah! Dasar mereka ialah
musuh-musuh Allah sedang gencar ingin menghabisi Islam. Memang benar umat Islam
harus bersatu, tetapi harus di atas dasar dien, bukan bersatu dalam kekacauan
dan perbedaan aqidah.
6. Menunda Kebaikan atau Melaku-kannya Secara Asal-Asalan.
Salah satu bisikan jahat setan ialah agar umat Islam dalam melakukan kebaikan
bersikap menunda-nunda atau sebaliknya melakukannya, namun dengan tergesa-gesa
tanpa perhitungan. Sehingga akibatnya banyak kebaikan yang tidak terlaksana
atau dilakukan namun secara serampangan dan asal-asalan, baik itu amal yang
bersifat individual maupun kolektif
7. Membisiki Manusia Sebagai Orang yang Terbaik
Di sisi lain, setan membisikkan di dalam hati manusia, "Engkau lebih baik
dari orang lain, engkau melakukan shalat, sementara orang lain banyak yang
tidak shalat." Setan membisiki setiap orang yang beribadah agar
memperhatikan kelakuan orang-orang yang berada di bawahnya dalam beramal
shaleh, untuk mencegahnya dari beramal lebih baik. Padahal yang dituntut dari
kita adalah sebaliknya yaitu merasa kurang di dalam kebaikan, misalnya kita
perhatikan orang yang berpuasa sunah Senin dan Kamis ketika kita tidak
melakukannya. Tetapi setan sangat jahat dan lihai, dengan berbagai cara, ia
memperdayakan kita agar kita merasa sudah cukup, sudah hebat dan sempurna,
sehingga kita merasa tak perlu belajar dari orang lain.
8. Menjadikan Satu Kebaikan Sebagai Penghalang Kebaikan yang Lain
Untuk menjauhkan kita dari tugas dakwah, setan terkadang membisiki hati kita,
"Kamu harus tawadhu, siapa yang tawadhu karena Allah, niscaya akan
ditinggikan-Nya. Bukan level kamu melibatkan diri dalam tugas da'wah! Urusan
da'wah hanya untuk orang berilmu tinggi saja! Kalau kamu melibat-kan diri juga
dalam tugas da'wah, kamu berarti sombong, tak tahu diri."
Setan terus menekan kita sampai mencapai derajat di mana kita merasa tak
berguna dan tak mampu memikul tugas da'wah'. Padahal kita akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap kemampuan yang seharusnya kita pergunakan untuk
tugas da'wah itu.
Mudah-mudahan Allah senantiasa membantu kita mengalahkan musuh nyata kita,
yaitu setan, baik setan jin maupun manusia. Akhirnya, marilah kita sama-sama
berdo’a dengan do’a yang diajarkan Allah. Terapinya, membiasakan melakukan
dzikir pagi dan sore, banyak-banyak membaca al-Qur’an, dan selalu berdzikir
memohon perlindungan kepada Allah.
"Wahai Rabbku!, aku berlindung kepadaMu dari bisikan-bisikan jahat
setan dan aku berlindung kepadamu Rabbku mereka mendatangiku…" (Al-Mu'minun
ayat 97-98). Wallaahu ‘a'lam.
( Muhammad Hanafi Maksum )
0 komentar:
Posting Komentar