Potret Munafiq di Zaman Rasulullah

Abdullah bin Ubay bin Salul, Potret Munafiq di Zaman Rasulullah
Kisah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini akan membuatmu berpikir
Ketika terjadi pertengkaran antara Jahjah bin Mas’ud al-Ghifari dan Sinan bin Mas’ud al-Juhani yang akhirnya menyulut pertengkaran antara kelompok Muhajirin dan Anshar, datanglah seorang Abdullah bin Ubay bin Salul yang memafaatkan situasi tersebut untuk memecah belah muslim Muhajirin dan Anshar.
Ibn Ubay kemudian berpidato di depan kaum Anshar.
“Lihatlah! Orang-orang yang telah kalian tolong dan diberikan tempat tinggal ternyata telah mengkhianati kalian. Wahai kaumku, jika kalian mencintai diri kalian, janganlah kalian menolong kaum Muhajirin lagi.”
Provokasi yang dilakukan oleh Ibn Ubay mulai berefek pada kepercayaan Anshar kepada Muhajirin.
Peristiwa provakasi yang dilakukan oleh Ibn Ubay itu diketahui oleh seorang pemuda hebat yang bernama Zaid bin Arqam.
Seketika Zaid melaporkan ulah Ibn Ubay kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Muka Rasulullah memerah tanda kemarahan Rasulullah telah memuncak.
Rasulullah pun langsung mendatangi kaum Muhajirin dan Anshar yang tadi bertikai dan kembali mempersatukannya.
Kedatangan Rasulullah menjernihkan kembali fikiran-fikiran mereka yang telah diracuni oleh kalimat-kalimat Ibn Ubay.
Rasulullah kemudian memanggil Abdullah bin Ubay bin Salul. Ia menanyakan apakah tindakan yang dilaporkan Zaid bin Arqam benar adanya.
Rasulullah pun memastikan kepada Zaid bin Arqam bahwa peristiwa yang ia laporkan kepadanya itu benar adanya.
“Apakah kau memiliki dendam dengan Ibn Ubay wahai Zaid?”
“Tidak punya wahai Rasul.”
“Apakah peristiwa yang engkau laporkan itu benar wahai Zaid?”
“Benar wahai Rasul.”
Mendengar jawaban yang begitu tegas dari Zaid bin Arqam, Rasul kemudian beralih bertanya kepada Ibn Ubay.
“Wahai Ibn Ubay, benarkah yang dikatakan Zaid?”
“Tidak Rasul, demi Allah dan demi Al-Quran yang telah diturunkan kepadamu sesungguhnya Zaid adalah orang yang berbohong. Dia telah melakukan kebohongan.”
Mendengar perkataan Ibn Ubay, masyarakat yang menyaksikan hal itu kemudian meragukan Zaid bin Arqam.
Umar bin Khatab yang ada di sana saat itu ingin membunuh Ibn Ubay. Ia mengetahui bahwa Ibn Ubay sering melakukan kebohongan dan fitnah. Sayangnya, Rasul selalu mencegahnya.
Seketika turunlah ayat al-Munafiqun ayat 1-8. Rasul pun membacanya dihadapan seluruh kaum muslimin dan membisiki telinga Zaid bin Arqam seraya berkata:
“Telingamu benar wahai anak muda, dia lah yang melakukan kebohongan.”
M. Alvin Nur Choironi 25 Mei 2017

https://islami.co
***
﴿إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ (١)
اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللَّهِۚ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٢)
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ (٣)
۞وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْۖ وَإِن يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ (٤)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُم مُّسْتَكْبِرُونَ (٥)
سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (٦)
هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنفِقُوا عَلَىٰ مَنْ عِندَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّىٰ يَنفَضُّواۗ وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ (٧)
يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّۚ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ (٨) ﴾ [ الـمنافقون:1-8]
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. [Al Munafiqun:1]
Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. [Al Munafiqun:2]
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. [Al Munafiqun:3]
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? [Al Munafiqun:4]
Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri. [Al Munafiqun:5]
Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. [Al Munafiqun:6]
Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): “Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)”. Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. [Al Munafiqun:7]
Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. [Al Munafiqun:8]
﴿إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (١٤٥) ﴾ [ النساء:145-]
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. [An Nisa”:145]
Foto nesabamedia
***

Jihad Melawan Orang Munafik
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum wr. wb,
Ustadz, kalau kita lihat sekarang semakin banyak tokoh-tokoh munafik yang ingin menjauhkan umat Islam dari agamanya. Setiap ada kesempatan mereka melakukan apapun untuk mencela atau mendiskrediktan sesuatu yang sudah pasti dalam agama, menimbulkan keraguan dalam diri umat Islam serta ingin mencabut umat Islam dari identitas keislamannya. Di dalam al-Qur`an, Allah SWT. memerintahkan kita untuk berjihad melawan orang-orang munafik itu ustadz. Bagaimanakah caranya kita berjihad melawan mereka ustadz?
Hamba Allah.
Jawab:
Wa’alaikumsalam wr. wb,
Allah SWT. berfirman:
وَإِذَا رَ‌أَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِن يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْ‌هُمْ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّـهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. al-Munafiqun [63]: 4).
Dalam ayat ini, Allah SWT. menjelaskan sebagian sifat dan karakter orang-orang munafik, yaitu dari segi penampilan fisiknya sangat baik sehingga membuat kita kagum, dan jika mereka berkata maka semua orang akan mendengar perkataannya karena bagusnya retorika mereka dan fasihnya perkataan mereka. Namun, semua itu tidak manfaatnya dan mereka itu lemah dan pengecut sehinga setiap ada suara keras atau teriakan, mereka mengira itu ditujukan kepada mereka.
Dan Allah SWT, menegaskan bahwa mereka inilah musuh yang sebenarnya bagi umat Islam karena musuh yang jelas dan nyata itu lebih mudah untuk dihadapi daripada musuh yang tidak kita sadari, licik dan penuh tipu daya, kita mengira dia adalah kawan padahal ia adalah musuh yang nyata. Oleh karena itu Allah SWT. memerintahkan Rasul-Nya dan orang beriman untuk berhati-hati terhadap kaum munafik ini.
Banyak lagi ayat-ayat dalam al-Qur`an yang menjelaskan tentang karakter dan sifat orang munafik agar umat Islam dapat mengenali mereka melalui sifat dan karakter tersebut dan berhati-hati terhadap mereka. Allah SWT. berfirman:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْ‌ضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ ﴿١١﴾ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـٰكِن لَّا يَشْعُرُ‌ونَ ﴿١٢﴾
Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS. al-Baqarah [2]: 11-12).
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa orang-orang munafik itu selalu mempropagandakan di tengah masyarakat bahwa mereka hanya ingin melakukan perbaikan, perubahan ke arah yang lebih baik, demi untuk kemaslahatan dan alasan-alasan lainnya. Padahal yang mereka lakukan adalah kerusakan dan pengrusakan di tengah masyarakat.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّـهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَ‌اءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُ‌ونَ اللَّـهَ إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. al-Nisa` [4]: 142).
Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa orang munafik itu juga melaksanakan sholat sebagai umat Islam lainnya, tetapi mereka melakukannya dengan perasaan malas dan hanya bertujuan agar dilihat orang lain, dan dalam sholatnya itu ia sedikit sekali mengingat Allah SWT.
Dan Rasulullah SAW. menjelaskan lebih lanjut:
عن أَنَسِ بنِ مَالِكٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ : تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ ، يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ ، حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ قَامَ ، فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا ” ، لَا يَذْكُرُ : اللَّهَ فِيهَا ، إِلَّا قَلِيلًا
Dari Anas bin Malik ra. ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “”Itu adalah shalatnya seorang munafik, ia duduk menunggu matahari, sehingga jika matahari tersebut terletak antar dua tanduk setan (mau terbenam), maka ia bangun (shalat) ia shalat dengan cepat sebanyak empat rakaat, ia tidak mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali.” (HR. Muslim).
Dan karena itu Allah SWT. memerintahkan jihad melawan orang-orang munafik ini dan bersikap keras terhadap mereka. Allah SWT. berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ‌ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ‌
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (QS. al-Taubah [9]: 73).
Adapun maksud jihad melawan kaum munafik ini tidak lah sama dengan jihad melawan kaum kafir yang jelas menunjukkan sikap permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Sebagian ahli tafsir menjelaskan bahwa jihad melawan kaum kafir yang memerangi umat Islam itu dengan pedang sedangkan jihad melawan kaum munafik itu dengan lisan sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas.
Dalam tafsirnya, Abu Bakar Ibnu al-‘Arabi menegaskan bahwa jihad dengan lisan melawan kaum munafik ini merupakan kewajiban yang bersifat terus menerus dan selamanya. Berbeda dengan jihad melawan kaum kafir yang hanya dilakukan jika ada sebab yang menuntut dilakukannya jihad.
Hal itu karena bahaya yang ditimbulkan oleh kaum munafik ini selalu ada dan mengancam umat Islam baik di waktu perang maupun di waktu damai.
Dan permusuhan kaum kafir itu terlihat dan jelas sehingga memungkinkan umat Islam untuk melakukan persiapan. Sedangkan permusuhan kaum munafik itu tersembunyi sehingga umat tidak menyadari bahaya yang akan ditimbulkannya.
Begitu juga, bahaya kaum munafik ini muncul dari dalam tubuh umat Islam, sedangkan bahaya kaum kafir berasal dari luar, dan bahaya dari luar itu selalunya tidak akan membesar kecuali dengan bantuan dari dalam tubuh umat Islam sendiri.
Karena itulah, Rasulullah SAW. juga memerintahkan umatnya untuk berjihad melawan kaum munafik ini yang sebenarnya adalah musuh yang paling berbahaya bagi umat Islam.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُودٍ، أَن رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ ، وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ، ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ ، يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ ، وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ ، فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الإِيمَانِ ، حَبَّةُ خَرْدَلٍ
Abdullah bin Mas’ud ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda : “Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah kepada suatu umat sebelumku melainkan dari umatnya itu terdapat orang-orang yang menjadi pengikut setia (hawariyyun) dan sahabatnya yang mereka mengambil sunnahnya dan mentaati perintahnya. kemudian datang setelah mereka orang-orang yang mengatakan apa yang mereka tidak lakukan dan melakukan apa yang tidak diperintahkan. Barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya, maka ia seorang mukmin. Barangsiapa yang memerangi mereka dengan lisannya maka ia seorang mukmin. Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan hatinya, ia juga seorang mukmin. Selain itu, maka tidak ada keimanan sebesar biji sawipun”. (HR. Muslim).
Dalam ayat lain Allah SWT. menjelaskan:
أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّـهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِ‌ضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُل لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (QS. al-Nisa` [4]; 63).
Maka jihad melawan kaum munafik itu lebih kepada menjelaskan kesesatan mereka kepada umat Islam, mengungkapkan siapa mereka, bagaimana mereka menghancurkan Islam dari dalam dan memberikan dalil-dalil yang jelas untuk membuktikan kesesatan mereka serta mengingatkan umat Islam akan bahayanya kaum munafik ini terhadap umat Islam.
Wallahu a’lam bish shawab..
Posted By Iswahyudi/aqlislamiccenter.com
(nahimunkar.org)
Abdullah bin Ubay bin Salul, Potret Munafiq di Zaman Rasulullah
Posted on 7 November 2019by Nahimunkar.org
HEADLINE
KAJIAN ISLAM

0 komentar:

Posting Komentar