Posted by Saifur Ashaqi» kisah hikmah ulama» Wednesday, 17 January 2018
Suatu ketika Imam Al-Ghazali menjadi imam di sebuah masjid. Tetapi adiknya yang bernama Ahmad tidak mau berjama’ah bersamanya, lalu Imam Al-Ghazali berkata kepada ibunya : “Wahai ibu, perintahkan adikku, Ahmad, agar shalat mengikutiku, supaya orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap jelek terhadapnya”.
Ibu Imam Al-Ghazali lalu memerintahkan putranya Ahmad agar shalat
makmum kepada kakaknya, Al-Ghazali. Ahmad pun melaksanakan perintah sang
ibu, menjadi makmum Imam Al-Ghazali. Namun ditengah-tengah shalat,
Ahmad melihat darah membasahi perut Imam Al-Ghazali. Tentu saja Ahmad
memisahkan diri (mufaraqah).
Seusai shalat, Imam Al-Ghazali bertanya kepada Ahmad, adiknya itu : “Mengapa engkau memisahkan diri (mufaraqah) dalam shalat yang saya imami tadi?”. Adiknya menjawab : “Aku memisahkan diri, karena aku melihat perutmu berlumuran darah”.
Mendengar jawaban adiknya itu, Imam Al-Ghazali mengakui, hal itu mungkin karena dia ketika shalat hatinya sedang mengangan-angankan masalah fiqih yang berhubungan dengan haid seorang wanita yang mutahayyirah.
Imam Al-Ghazali lalu bertanya kepada adiknya : “Dari manakah engkau belajar ilmu pengetahuan seperti itu ?”. Adiknya menjawab, “Aku belajar ilmu ini kepada Syaikh Al-Utaqi Al-Khurazi yaitu seorang tukang jahit sandal-sandal bekas (tukang sol sepatu)”. Imam Al-Ghazali lalu pergi kepadanya.
Setelah berjumpa, Ia berkata kepada Syaikh Al-Utaqi: “Saya ingin belajar kepada Tuan”. Syaikh itu berkata : “Mungkin engkau tidak akan kuat menuruti perintah-perintahku”.
Imam Al-Ghazali menjawab : “Insya Allah, saya kuat”.
Syaikh Al-Utaqi berkata : “Bersihkanlah lantai ini”.
Imam Al-Ghazali kemudian hendak membersihkan dengan sapu. Tetapi Syaikh itu berkata : “Sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu”. Imam Al-Ghazali pun menyapu lantai dengan tangannya, kemudian dia melihat kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu. Namun Syaikh berkata : “Bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu”.
Imam Al-Ghazali lalu bersiap membersihkan dengan menyisingkan pakaiannya. Melihat keadaan yang demikian itu Syaikh berkata : “Nah, bersìhkan kotoran itu dengan pakaian seperti itu”.
Imam Al-Ghazali menuruti perintah Syaikh Al-Utaqi dengan ridha dan tulus. Namun ketika Imam Al-Ghazali hendak mulai melaksanakan perintah Syaikh tersebut, Syaikh itu langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang. Imam Al-Ghazali pun pulang menuruti perintah gurunya itu, dan setibanya di rumah beliau merasakan mendapat ilmu pengetahuan yang luar biasa. Dan Allah telah memberikan ilmu laduni atau ilmu kasyaf yang diperoleh dari tasawuf atau kebersihan hatinya.
Wallahu A’lam
Sumber: Kitab Maraqil Ubudiyyah karya Syaikh Nawawi Al-Bantani
Seusai shalat, Imam Al-Ghazali bertanya kepada Ahmad, adiknya itu : “Mengapa engkau memisahkan diri (mufaraqah) dalam shalat yang saya imami tadi?”. Adiknya menjawab : “Aku memisahkan diri, karena aku melihat perutmu berlumuran darah”.
Mendengar jawaban adiknya itu, Imam Al-Ghazali mengakui, hal itu mungkin karena dia ketika shalat hatinya sedang mengangan-angankan masalah fiqih yang berhubungan dengan haid seorang wanita yang mutahayyirah.
Imam Al-Ghazali lalu bertanya kepada adiknya : “Dari manakah engkau belajar ilmu pengetahuan seperti itu ?”. Adiknya menjawab, “Aku belajar ilmu ini kepada Syaikh Al-Utaqi Al-Khurazi yaitu seorang tukang jahit sandal-sandal bekas (tukang sol sepatu)”. Imam Al-Ghazali lalu pergi kepadanya.
Setelah berjumpa, Ia berkata kepada Syaikh Al-Utaqi: “Saya ingin belajar kepada Tuan”. Syaikh itu berkata : “Mungkin engkau tidak akan kuat menuruti perintah-perintahku”.
Imam Al-Ghazali menjawab : “Insya Allah, saya kuat”.
Syaikh Al-Utaqi berkata : “Bersihkanlah lantai ini”.
Imam Al-Ghazali kemudian hendak membersihkan dengan sapu. Tetapi Syaikh itu berkata : “Sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu”. Imam Al-Ghazali pun menyapu lantai dengan tangannya, kemudian dia melihat kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu. Namun Syaikh berkata : “Bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu”.
Imam Al-Ghazali lalu bersiap membersihkan dengan menyisingkan pakaiannya. Melihat keadaan yang demikian itu Syaikh berkata : “Nah, bersìhkan kotoran itu dengan pakaian seperti itu”.
Imam Al-Ghazali menuruti perintah Syaikh Al-Utaqi dengan ridha dan tulus. Namun ketika Imam Al-Ghazali hendak mulai melaksanakan perintah Syaikh tersebut, Syaikh itu langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang. Imam Al-Ghazali pun pulang menuruti perintah gurunya itu, dan setibanya di rumah beliau merasakan mendapat ilmu pengetahuan yang luar biasa. Dan Allah telah memberikan ilmu laduni atau ilmu kasyaf yang diperoleh dari tasawuf atau kebersihan hatinya.
Wallahu A’lam
Sumber: Kitab Maraqil Ubudiyyah karya Syaikh Nawawi Al-Bantani
0 komentar:
Posting Komentar