Kaum Muslimin Menyeberangi Sungai Tigris Tanpa Perahu
Sa'ad (Sa'ad bin Abi Waqqash r.a) sempat berpidato di tepi sungai
Tigris, setelah memuji Allah dia berkata, "Sesungguhnya musuh kalian
telah menyelamatkan diri dengan menyeberangi sungai dan kalian tidak
dapat memburu mereka, sementara jika mereka kehendaki, mereka dapat
menyerbu kalian dari sampan-sampan mereka. Di belakang kalian tidak ada
musuh yang perlu ditakutkan. Aku berpendapat kita harus terus berjihad
mengejar musuh-musuh kita dengan niat yang ikhlas sebelum dunia
mengelilingi kita. Aku telah bertekad untuk menyeberangi sungai ini agar
dapat menyerbu mereka." Maka seluruh pasukan berkata, "Sesungguhnya
Allah juga telah berkehendak agar kami dan anda menyeberangi sungai ini
maka lakukanlah."
Tentera Ahwal Menyeberangi Sungai
Sa'ad mulai memberikan motivasi kepada pasukannya untuk menyeberangi
sungai tersebut dan berkata, "Siapa yang dapat melindungi kami dari
serangan musuh di seberang sungai agar tentera dapat berjalan ke tepi
sana dengan aman?" Maka Ashim bin Amru maju memenuhi seruan ini di ikuti
oleh para pahlawan Islam berjumlah sekitar 600 orang. Sa'ad melantik
Ashim sebagai pimpinan mereka lalu berdiri di tepi sungai Tigris. Ashim
berkata kepada mereka, "Siapa yang mahu ikut denganku menyeberangi
sungai ini agar kita dapat melindungi tentera dari tepi seberang
sungai?" Maka 60 anggota yang terdiri dari para jagoan Islam segera
turun menyeberangi sungai. Sementara orang-orang Ajam (bangsa non Arab)
berdiri dan berbaris di tepi seberang sana menyaksikan adegan tersebut.
Salah seorang dari tentera kaum muslimin mulai menyeberangi sungai
Tigris dan berkata kepada para sahabatnya, "Kenapa kalian begitu takut
dengan yang tercipta dari setitis sperma ini?" Kemudian dia membacakan
sebuah ayat:
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. " [Aali Imran: 145]
Kemudian dia segera masuk ke dalam air dengan kudanya dan diikuti oleh
para pasukan yang lain. 30 orang penunggang kuda ini terpisah menjadi
dua kelompok. Kelompok para penunggang kuda jantan dan kelompok
penunggang kuda betina. Ketika para penduduk Parsi melihat mereka berjalan terapung di atas air mereka tercengang kehairanan
dan berkata dalam bahasa Parsi, "Diwana..diwana..." yang bermakna
"gila. ..gila". Setelah itu mereka saling berbicara satu sama lainnya
dan berkata, "Sesungguhnya kalian bukan memerangi manusia tetapi yang
kalian perangi adalah jin!" Setelah itu mereka mengirim para pasukan
penunggang kuda mereka untuk turun ke tepi sungai agar dapat menghalangi
pasukan berkuda kaum muslimin yang hampir tiba di tepi sungai dan siap
mendarat.
Maka 'Ashim segera memerintahkan pasukannya untuk memanahi mereka dengan
membidik ke arah mata kuda-kuda mereka. Akhirnya mereka berhasil
membuta-kan mata kuda-kuda musuh dan langsung mereka melompat
meninggalkan kuda-kuda mereka yang tidak dapat dikendalikan lagi. Di
saat mereka lari, 'Ashim mengerahkan tenteranya untuk memburu mereka
hingga berhasil mengusir mereka dari tepi sungai itu dan akhirnya dapat
menguasai tepi sungai tersebut. Setelah itu barulah sisa dari pasukan
Ashim yang seluruhnya berjumlah 600 anggota tadi, mulai mengendarai kuda
menyeberangi sungai dan bergabung dengan Ashim di tepian sungai.
Kemudian mereka memerangi tentera Parsi yang berada di sana hingga
berhasil mengusir seluruhya dari tepi sungai tersebut. Pasukan pertama
ini disebut dengan Kutaibah Ahwal di bawah pimpinan Ashim bin Amru.
Sisa pasukan Menyeberangi Sungai
Sa'ad turun membawa seluruh sisa pasukan, yakni ketika mereka melihat
tepian seberang sungai telah aman dijaga oleh para pasukan berkuda kaum
muslimin. Sa'ad memerintahkan kaum muslimin agar memasuki air sambil
mengucapkan:
"Kami memohon pertolongan kepada Allah dan bertawakkal padanya, cukuplah
Allah sebagai penolong kami, tiada daya upaya dan kekuatan kecuali
dengan bantuan Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung."
Lantas seluruh pasukan turun ke sungai tanpa ada yang tersisa. Mereka berjalan di atas air seolah-olah sedang berjalan di atas tanah
hingga mereka memadati dua tepi sungai tersebut. Permukaan air tidak
nampak lagi disebabkan banyaknya para tentera yang terdiri dari pasukan
berkuda dan pejalan kaki, para pasukan saling berbicara satu sama
lainnya seolah-olah mereka sedang berbicara di atas daratan. Hal ini
tentunya setelah mereka merasa tenang dan aman serta yakin bahawa Allah
akan memberikan pertolonganNya dan akan memenuhi janjiNya. Apalagi yang
menjadi pimpinan mereka adalah Sa'ad bin Abi Waqqash r.a salah seorang
dari sepuluh sahabat Nabi yang dijanjikan masuk ke dalam syurga. Ketika
Rasulullah s.a.w wafat, beliau meninggalkannya dalam keadaan redha
kepadanya dan beliau juga pernah mendoakannya, yang bunyinya, "Ya Allah
kabulkanlah doanya dan tepatkan bidikannya." Sesuatu hal yang dapat
dipastikan bahawa Sa'ad mendoakan keselamatan pasukannya dan kemenangan.
Mereka terjun ke tengah gelombang air sungai yang begitu deras. Allah
menyelamatkan mereka hingga tidak satu pun dari anggota pasukannya yang
hilang dan tidak satu pun dari bekal yang dibawa kaum muslimin hanyut
kecuali satu piring kayu milik seorang anggota pasukan yang bernama
Malik bin Amir. Ikatan bekalnya tidak kuat hingga terlepas dan hanyut
dibawa arus. Tetapi pemiliknya berdoa kepada Allah agar barang tersebut
kembali. Dalam doanya dia berkata, "Ya Allah janganlah kau jadikan dari
sekian banyak pasukan hanya aku yang kehilangan piringku." Akhirnya
ombak tinggi menghempaskan piring itu kembali kepadanya. Lebih hebat
lagi seolah-olah sebahagian kuda-kuda berjalan dan air tidak sampai ke
tali kekangnya. Hari itu merupakan hari yang sangat agung, penuh dengan
keajaiban dan keanehan yang diluar jangkauan akal sekaligus merupakan
mukjizat Rasulullah s.a.w yang diciptakan Allah untuk para sahabatnya.
Kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya di negeri ini atau di
negeri mana pun, kecuali yang pernah terjadi dengan al-Ala' bin al-Hadhrami
sebagaimana yang telah diterangkan terdahulu. Bah-kan kejadian di
sungai Tigris ini lebih hebat dan jumlah pasukan jauh lebih ramai
dibandingkan pasukan al-Ala'.
Ada yang mengatakan bahawa Salman yang mengusulkan kepada Sa'ad untuk
berjalan di atas air. Maka Sa'ad berjalan dengan berdoa, "Cukuplah Allah
bagi kita. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik Penolong. Demi Allah pasti
Dia akan menolong para walinya dan akan memenangkan agamaNya dan
mengalahkan para musuhNya, selama tentera kita tidak melakukan perbuatan
yang melampaui batas ataupun kezhaliman yang mengalahkan kebaikan."
Salman berkata padanya, "Sesungguhnya Islam adalah agama baru, namun
dengan agama ini lautan dan sungai dapat ditundukkan sebagaimana
ditundukkannya daratan untuk mereka. Demi Dzat yang jiwa Salman berada
ditanganNya, mereka pasti akan keluar menyeberangi sungai ini dengan
selamat secara berbondong-bondong sebagaimana mereka memasukinya secara
berbondong-bondong pula. Akhirnya mereka selamat menyeberangi sungai
tersebut tanpa ada dari mereka yang tenggelam ataupun kehilangan bekal.
[Imam Ibnu Katsir - Al-Bidayah wan Nihayah]
Peristiwa di atas berlaku di zaman pemerintahan Khalifah Umar al-Khattab r.a. Wallahu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar