*Berkhianat Pada Nenek Moyang*
1. Dalam buku _'Tionghoa & Islam di Majapahit'_ dan _'Cikal Bakal Kerajaan Islam'_ disebutkan bahwa Khalifah Turki Utsmani, Muhammad I mengirim tim dakwah ke wilayah yang dikenal dengan nama Jawa untuk menyebarkan Islam. Tim ini berisi 9 orang yang dipimpin Maulana Malik Ibrahim rahimahullaah. Hasil dakwah itu adalah berdirinya Kerajaan Islam Demak pada 1478, setelah Majapahit runtuh diserang penguasa Daha bernama Dyah Ranawijaya.
Kerajaan Islam Demak didirikan sebagai perwakilan Kekhalifahan Islam Turki Ustmani (pidato Sultan HB X pada pembukaan Kongres Umat Islam VI di Yogyakarta, 8-11 Februari 2015). Sehingga Islam yang menyebar di Jawa khususnya, langsung atau tidak, merupakan hasil kerja Khilafah Islam Turki Utsmani.
Tapi anehnya hari ini ada orang mengaku Muslim di Jawa yang begitu antipati dengan segala berbau Khilafah. Mereka gambarkan seakan-akan Wali Songo tidak ada kaitan Khilafah.
2. Kerajaan Islam Demak ciptakan undang-undang yang diberi nama Selokantoro dan Angger Suryongalam berisi syariat Islam, sehingga ahli sejarah Theodoor Gautier Thomas Pigeud menyatakan bahwa Kerajaan Islam Demak didirikan di atas fondasi syariat Islam yang ketat.
Tapi anehnya hari ini ada orang mengaku Muslim di Jawa yang menganggap bahwa usaha penegakan syariat Islam adalah tindakan kriminal.
3. Kerajaan Islam Mataram Yogyakarta dan Surakarta memiliki sistem pengadilan syariah yang dikenal dengan nama al-Mahkamah al-Kabirah, lebih merakyat dengan nama Pengadilan Serambi karena dilaksanakan di serambi Masjid Agung tiap Senin dan Kamis. Pengadilan ini gunakan kitab undang-undang bernama Angger-Angger yang disusun dari kumpulan kitab fiqih, fathul wahab, fathul mu'in, tuhftul muhtaj, dan lain-lain.
Sehingga Basiq Djalik dalam buku _'Peradilan Islam'_ menyatakan bahwa Kraton Jawa terutama dinasti Mataram merupakan kerajaan Islam yang menerapkan syariah Allah.
Tapi anehnya banyak orang mengaku Muslim di Jawa yang begitu benci ke syariah Allah.
4. Pangeran Diponegoro rahimahullaah, berperang 5 tahun lawan VOC Belanda untuk dirikan Balad Islam di Jawa (Shaleh Ahmad Djamhari, _'Strategi Menjinakkan Diponegoro'_). Dalam Babad Diponegoro disebutkan waktu beliau ditanya De Kock tentang tujuan perang, jawabnya, _"Nging luhuring kang agama ing tanah Jawi sadya"_ (Hanya untuk meninggikan agama Islam di seluruh tanah Jawa).
Pesan beliau pada Kyai Penghulu yang akan naik Haji pun tidak berbeda, _"Nuwuning ing Hyang Agung, lestarine kang tanah Jawa dadya balad agama"_ (Mohonlah pada Tuhan Allah yang Maha Agung, lestarinya tanah Jawa menjadi negara agama Islam).
Anehnya, banyak orang yang katanya mengagumi Pangeran Diponegoro tapi benci tujuan perjuangannya.
(Ust. Fahrurozi Abu Syamil)
0 komentar:
Posting Komentar