Mengamalkan Al-Quran
.
Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai
orang-orang yang paham Al-Quran, wahai orang-orang yang berilmu,
amalkanlah Al-Quran. Sesungguhnya, orang yang berilmu itu adalah orang
yang mengamalkan apa yang telah ia ketahui dan selaras antara ilmu dan
amalnya. Akan ada orang-orang yang memiliki ilmu, namun ilmu mereka
tidak melewati tenggorokan. Amal mereka tidak sejalan dengan ilmu
mereka. Apa yang mereka sembunyikan tidak sesuai dengan apa yang mereka
tampakkan. Mereka duduk berkelompok-kelompok untuk saling membanggakan
antara mereka. Bahkan, seseorang bisa marah kepada teman duduknya dan
meninggalkannya bila ia bermajelis kepada orang lain. Mereka itulah
orang-orang yang amalnya di majelis-majelis mereka tidak diangkat ke
sisi Allah Ta'ala”
[At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur'an, I : 20 ]
.
Hasan Al-Bashri berkata, ”Manusia itu diperintah agar mengamalkan
Al-Quran, tetapi mereka menganggap bahwa membaca Al-Quran itulah yang
disebut mengamalkan Al-Quran."
[Tafsir As-Sam'ani, IV : 119; Madarijus Salikin, l : 451 ; Talbis Iblis, hal. 109]
.
Hasan bin Ali berkata, ”Bacalah Al-Quran hingga ia bisa mencegahmu
(dari berbuat dosa), bila tidak bisa mencegahmu berarti itu tidak
membaca")
[Kanzul ’Ummal, | : 2776]
.
ia juga berkata,
"Sesungguhnya, orang yang paling utama terhadap AI-Quran adalah orang
yang mengikutinya (mengamalkannya) walaupun ia tidak membacanya."
[Qa'idah fi Fadha'ill Qur'an, Syaikhul Islam lbnu Taimiyyah, hal. 59.]
.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman AI-Sulami, dari Utsman, lbnu Mas'ud,
dan Ubai bin Ka'b bahwa Rasulullah membacakan sepuluh (ayat) pada para
sahabat. Mereka tidak beralih ke sepuluh ayat berikutnya sebelum mereka
mengamalkan apa yang dikandung oleh sepuluh ayat itu. Jadi, kami
mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya bersamaan.“
[Tafsir Al-Qurthubi, l : 39]
.
Al-Ajuri berkata, ”Seseorang membuka-buka (membaca) AlQuran itu untuk
mendidik jiwanya. Cita-citanya, kapan aku menjadi bagian orang-orang
bertakwa? Kapan aku menjadi bagian orang-orang yang khusyuk? Kapan aku
menjadi bagian orang-orang yang bersabar? Kapan aku zuhud dari persoalan
dunia? Kapan aku bisa menghentikan diriku dari nafsu?"
[Akhlaq Hamalatil Qur'an, hal. 40]
.
Hasan Al-Bashri berkata, 'Al-Quran ini dibaca oleh hamba sahaya dan
anak-anak yang tidak memiliki pengetahuan tentang maksudnya. Tadabbur
Al-Quran itu tidak lain adalah dengan rnengamalkannya. Bukan dengan
menghafal huruf-hurufnya tetapi menyia-nyiakan hukum-hukumnya. Bahkan,
ada orang yang mengatakan, ”Sungguh, aku telah membaca seluruh Al-Quran
tanpa ketinggalan satu huruf pun.’ Demi Allah, sebenarnya ia telah
meninggalkan seluruhnya. Al-Quran tidak tercermin sama sekali dalam
perilaku dan amalnya. Bahkan, ada orang yang mengatakan, 'Sungguh, aku
mampu membaca satu surat dengan satu tarikan nafas saja.” Demi Allah,
orang-orang seperti itu bukanlah para qari', ulama, orang bijak, atau
pun orang yang wara'. Bagaimana mungkin para qari' seperti itu? Semoga
Allah tidak memperbanyak jumlah orang seperti itu di kalangan manusia.”
[Sunan Sa'id bin Manshur, ll : 420; Syu'abul iman, Baihaqi. ll : 541]
.
Aisyah pernah ditanya tentang firman Allah Ta'ala, ”Dan sesungguhnya kamu benar-banar berbudi pekerti yang agung"
(AlQalam [68]:4).
Bagaimana akhlak Rasulullah? Aisyah menjawab, 'Akhlaknya adalah
AlQuran. beliau marah karena Al-Quran dan ridha karena Al-Quran.”
[Shahih Muslim, 746]
.
Seseorang datang ke Abu Darda' sambil membawa anaknya lalu berkata,
”Sungguh, anakku ini telah menguasai Al-Quran.” Maka Abu Darda' berkata,
”Ya Allah. ampunilah ia. Sesungguhnya menguasai Al-Quran itu hanyalah
bagi orang yang mendengar dan menaatinya."
[Qaidah fi Fadha'ilul Qur'an, lbnu Taimiyah, hal. 59]
.
Hudzaifah berkata, 'Wahai para qari', istiqamahlah kalian. Kalian telah
Jauh mendahului orang lain dalam hal kebaikan. Namun, bila kalian
menyimpang dari jalan itu, maka kalian telah sesat dengan kesesatan yang
jauh.“
[Shahih Al Bukhari, Kitab Al-I'tisham, Bab Al-lqtidha' bi Sunan Rasulillah. no. 7282]
.
Lantas, bagaimana caranya mewujudkan tujuan ini? Hendaknya orang yang
membaca Al -Quran memiliki niat mengamalkan, niat mencari ilmu untuk
diamalkan. la mesti berhenti pada ayat-ayatnya untuk memahami apa yang
dituntut oleh ayat itu; apakah ada perintah di dalamnya, atau sesuatu
yang dilarang, atau ada keutamaan yang dianjurkan agar disandangnya,
bahaya yang harus diwaspadai dan dijauhi. Demikianlah, karena Al-Quran
merupakan tuntunan praktis untuk menghidupkan hati dan menjaganya.
Al-Quran hendaknya dekat pada setiap muslim untuk mendidik dan
membimbing jiwanya.
.
Bacalah Al-Quran dengan niat dan maksud
untuk mencari solusi dari suatu persoalan atau untuk memperbaiki
kekurangan. Mencari tafsirnya untuk mengobati suatu penyakit, atau
gejalanya, atau untuk mengatasi suatu keadaan yang tidak baik. Adapun
bila kita mencari solusi problematika pendidikan kita dalam buku-buku
karya si A atau si B, di majalah-majalah, koran-koran, atau
saluran-saluran televisi, berarti kita telah menyingkirkan salah satu
tujuan penting mengapa Al-Quran diturunkan. Setiap pendidikan yang tidak
dibangun secara langsung atas dasar Al-Quran, maka itu merupakan
pendidikan yang tidak sempurna. Meskipun itu bisa membuahkan beberapa
hasil, tapi sifatnya temporer, memperdaya dan menjadi batu ujian.
Pendidikan untuk anak-anak remaja dan pemuda harus dibangun secara
langsung atas dasar Al-Quran, dengan metode dan sarana yang sesuai.
.
Sebagian orang di antara kita, ketika ia terikat dengan urusan dunia
dan mencari kekayaan materi, ia diuji dan terfitnah oleh ilmu
pengetahuan Barat dan teori-teorinya. la mengira di situlah kesuksesan
dan kebahagiaan. Kekuatan manajemen dan perekonomian ada di situ. Ia
menginterpretasikan dengan berbagai interpretasi untuk tindakannya itu
dan mengemukakan berbagai alasan untuk menopang tindakannya.
.
Sumber :
📚 Panduan Tadabbur Al-Quran
.
Barakallah fiikum...
0 komentar:
Posting Komentar