مَنْ لَعِبَ بِالنَّرْدَشِيرِ فَكَأَنَّمَا صَبَغَ يَدَهُ فِي لَحْمِ خِنْزِيرٍ وَدَمِهِ
.
. “Siapa yang bermain dadu, seolah dia telah mencelupkan tangannya ke dalam daging babi bercampur darahnya.” (HR. Muslim 2260, Abu Daud 4939, dan yang lainnya). Beliau Nabi ﷺ juga bersabda:
مَنْ لَعِبَ بِالنَّرْدِ ، فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَرَسُولَه
.
. “Siapa yang bermain dadu, berarti dia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Abu Daud 4938, Ibn Majah 3762 dan dinilai Hasan oleh al-Albani)
Dijelaskan pula oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu yang mengatakan,
إِيَّاكُمْ وَهاَتَيْنِ الْكَعْبَتَيْنِ الْمَوْسُوْمَتَيْنِ اللَّتَيْنِ تُزْجَرَانِ زَجْرًا فَإِنَّهُمَا مِنَ الْمَيْسِرِ
.
. “Hati-hatilah kalian terhadap dua dadu ini, karena keduanya termasuk perjudian.” (Dikatakan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Adabul Mufrad no. 958, sahih)
Bahkan, para sahabat tidak segan bersikap keras ketika melihat salah seorang dari keluarganya bermain dadu. Hal ini pernah dilakukan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, sebagaimana dikisahkan oleh Nafi’,
أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا وُجِدَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ يَلْعَبُ بِالنَّرْدِ ضَرَبَهُ وَكَسَرَهَا .
.
“Apabila Abdullah bin ‘Umar mendapati salah seorang anggota keluarganya bermain dadu, beliau memukulnya dan memecahkan dadu itu.” (Dikatakan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Adabul Mufrad no. 960: shahihul isnad mauquf)
Ibnu Taimiyah rahimahullahu ta'ala berkata mengenai hukum bermain dadu :
وَالنَّرْدُ حَرَامٌ عِنْدَ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ سَوَاءٌ كَانَ بِعِوَضٍ أَوْ غَيْرِ عِوَضٍ
.
.
"Bermain dadu hukumnya haram menurut imam 4 madzhab, baik dengan taruhan maupun tanpa taruhan.” (Majmu’ Fatawa, 32:244)
.
. “Siapa yang bermain dadu, berarti dia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Abu Daud 4938, Ibn Majah 3762 dan dinilai Hasan oleh al-Albani)
Dijelaskan pula oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu yang mengatakan,
إِيَّاكُمْ وَهاَتَيْنِ الْكَعْبَتَيْنِ الْمَوْسُوْمَتَيْنِ اللَّتَيْنِ تُزْجَرَانِ زَجْرًا فَإِنَّهُمَا مِنَ الْمَيْسِرِ
.
. “Hati-hatilah kalian terhadap dua dadu ini, karena keduanya termasuk perjudian.” (Dikatakan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Adabul Mufrad no. 958, sahih)
Bahkan, para sahabat tidak segan bersikap keras ketika melihat salah seorang dari keluarganya bermain dadu. Hal ini pernah dilakukan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, sebagaimana dikisahkan oleh Nafi’,
أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا وُجِدَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ يَلْعَبُ بِالنَّرْدِ ضَرَبَهُ وَكَسَرَهَا .
.
“Apabila Abdullah bin ‘Umar mendapati salah seorang anggota keluarganya bermain dadu, beliau memukulnya dan memecahkan dadu itu.” (Dikatakan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Adabul Mufrad no. 960: shahihul isnad mauquf)
Ibnu Taimiyah rahimahullahu ta'ala berkata mengenai hukum bermain dadu :
وَالنَّرْدُ حَرَامٌ عِنْدَ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ سَوَاءٌ كَانَ بِعِوَضٍ أَوْ غَيْرِ عِوَضٍ
.
.
"Bermain dadu hukumnya haram menurut imam 4 madzhab, baik dengan taruhan maupun tanpa taruhan.” (Majmu’ Fatawa, 32:244)
0 komentar:
Posting Komentar