Ayat Perlindungan dan Penjagaan Allah

 Berikut adalah beberapa dalil tentang penjagaan Allah dan malaikat kepada manusia dalam bentuk tulisan Arab, Latin, dan terjemahan Indonesia:



---


1. Penjagaan Allah kepada manusia


Dalil: QS. Ar-Ra'd [13]: 11

Tulisan Arab:

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌۭ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًۭا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍۢ


Tulisan Latin:

Lahu mu'aqqibātum min bayni yadayhi wa min khalfihi yaḥfaẓūnahu min amrillāh, inna-llāha lā yughayyiru mā biqaumin ḥattā yughayyirū mā bi'anfusihim, wa idzā arāda-llāhu biqaumin sū'an fa lā maradda lahū, wa mā lahum min dūnihi min wālin.


Terjemahan:

"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan dari belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."



---


2. Penjagaan malaikat kepada manusia


Dalil: QS. Al-Infitar [82]: 10-12

Tulisan Arab:

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَٰفِظِينَ * كِرَامًۭا كَٰتِبِينَ * يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ


Tulisan Latin:

Wa inna 'alaikum laḥāfiẓīn * kirāman kātibīn * ya'lamūna mā taf'alūn.


Terjemahan:

"Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (perbuatanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (amal perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan."



---


3. Penjagaan Allah dalam bentuk perlindungan


Dalil: QS. At-Taubah [9]: 51

Tulisan Arab:

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَاۖ هُوَ مَوْلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ


Tulisan Latin:

Qul lan yuṣībanā illā mā kataba-llāhu lanā, huwa mawlānā, wa 'ala-llāhi falyatawakkali al-mu'minūn.


Terjemahan:

"Katakanlah: 'Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.'"



---


4. Penjagaan malaikat saat tidur dan dalam kehidupan sehari-hari


Dalil: Hadis Rasulullah ﷺ

Tulisan Arab:

إِنَّ اللَّهَ قَدْ وَكَّلَ بِالْإِنْسَانِ مَلَكَيْنِ يَحْفَظَانِهِ فِي نَوْمِهِ وَيَقَظَتِهِ


Tulisan Latin:

Inna-llāha qad wakkala bil-insāni malakayni yaḥfaẓānihi fī nawmihi wa yaqẓatihi.


Terjemahan:

"Sesungguhnya Allah telah menugaskan dua malaikat untuk manusia yang menjaga dia ketika tidur dan saat terjaga." (HR. Al-Bukhari)


Berikut tambahan dalil-dalil tentang penjagaan Allah dan malaikat kepada manusia:


5. Penjagaan Allah bagi orang yang bertawakal

Dalil: QS. Ali 'Imran [3]: 173
Tulisan Arab:
ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَـٰنًۭا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ

Tulisan Latin:
Alladzīna qāla lahumu an-nāsu inna an-nāsa qad jama'ū lakum fa-ikhsyauhum fazādahum īmānan wa qālū ḥasbunallāhu wa ni'ma al-wakīl.

Terjemahan:
"(Yaitu) orang-orang yang ketika ada orang berkata kepada mereka, 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,' justru (ucapan) itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.'"


6. Malaikat penjaga orang beriman

Dalil: QS. Al-Anfal [8]: 33
Tulisan Arab:
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Tulisan Latin:
Wa mā kāna-llāhu liyu'ażżibahum wa anta fīhim, wa mā kāna-llāhu mu'ażżibahum wa hum yastaghfirūn.

Terjemahan:
"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan Allah tidak akan mengazab mereka selama mereka meminta ampun."


7. Penjagaan Allah melalui doa

Dalil: QS. Al-Mu’minun [23]: 97-98
Tulisan Arab:
وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَٰتِ ٱلشَّيَٰطِينِ * وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ

Tulisan Latin:
Wa qul rabbi a'ūdzu bika min hamazāti asy-syayāṭīn * wa a'ūdzu bika rabbi an yaḥḍurūn.

Terjemahan:
"Dan katakanlah: 'Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan, dan aku berlindung kepada-Mu, ya Tuhanku, agar mereka tidak mendekati aku.'"


8. Malaikat sebagai penjaga umat manusia

Dalil: QS. Qaf [50]: 17-18
Tulisan Arab:
إِذْ يَتَلَقَّى ٱلْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلْيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌۭ * مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ

Tulisan Latin:
Idz yatalaqqal-mutaqalliyāni 'ani al-yamīni wa 'ani asy-syamāli qa'īd * mā yalfiẓu min qawlin illā ladayhi raqībun 'atīd.

Terjemahan:
"(Yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)."


Berikut adalah tambahan dalil-dalil tentang penjagaan Allah dan malaikat kepada manusia:



---


9. Penjagaan Allah bagi orang yang bertakwa


Dalil: QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3

Tulisan Arab:

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا * وَيَرْزُقْهُۥ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍۢ قَدْرًۭا


Tulisan Latin:

Wa man yattaqillāha yaj'al lahu makhrajan * wa yarzuqhu min ḥayṡu lā yaḥtasib, wa man yatawakkal 'alāllāhi fahuwa ḥasbuh, inna-llāha bālighu amrih, qad ja'ala-llāhu likulli syai'in qadra.


Terjemahan:

"Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu."



---


10. Penjagaan malaikat atas manusia sepanjang waktu


Dalil: QS. Al-An'am [6]: 61

Tulisan Arab:

وَهُوَ ٱلْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۦۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةًۭ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ تَوَفَّتْهُۥ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ


Tulisan Latin:

Wa huwa al-qāhiru fawqa 'ibādihi, wa yursilu 'alaikum ḥafaẓatan ḥattā idzā jā'a aḥadakumu al-mawtu tawaffat-hu rusulunā wa hum lā yufarriṭūn.


Terjemahan:

"Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dia mengutus kepada kamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mematikannya, dan mereka tidak pernah melalaikan kewajiban."



---


11. Allah menjaga dari kejahatan jin dan manusia


Dalil: QS. Al-Falaq [113]: 1-5

Tulisan Arab:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلْفَلَقِ * مِن شَرِّ مَا خَلَقَ * وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ * وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّـٰثَـٰتِ فِى ٱلْعُقَدِ * وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ


Tulisan Latin:

Qul a'ūdzu birabbi al-falaq * min syarri mā khalaq * wa min syarri ghāsiqin idzā waqab * wa min syarri an-naffāṡāti fi al-'uqad * wa min syarri ḥāsidin idzā ḥasad.


Terjemahan:

"Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.'"



---


12. Penjagaan Allah dengan pemberian kekuatan


Dalil: QS. Al-Baqarah [2]: 286

Tulisan Arab:

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًۭا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَـٰفِرِينَ


Tulisan Latin:

Lā yukallifullāhu nafsan illā wus'ahā, lahā mā kasabat wa 'alayhā mā iktasabat. Rabbanā lā tu'ākhidznā in nasīnā aw akhṭa'nā. Rabbanā wa lā taḥmil 'alaynā iṣran kamā ḥamaltahu 'ala alladzīna min qablinā. Rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa'fu 'annā waghfir lanā warḥamnā, anta mawlānā fanṣurnā 'ala al-qawmi al-kāfirīn.


Terjemahan:

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya, dan ia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami menghadapi kaum yang kafir.'"


Berikut tambahan lagi dalil-dalil tentang penjagaan Allah dan malaikat kepada manusia:



---


13. Penjagaan Allah bagi orang yang sabar


Dalil: QS. Al-Baqarah [2]: 153

Tulisan Arab:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ


Tulisan Latin:

Yā ayyuhā alladzīna āmanū ista'īnū biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, inna-llāha ma'aṣ-ṣābirīn.


Terjemahan:

"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."



---


14. Malaikat menjaga orang beriman dari bahaya


Dalil: QS. Al-Anbiya [21]: 82

Tulisan Arab:

وَمِنَ ٱلشَّيَـٰطِينِ مَن يَغُوصُونَ لَهُۥ وَيَعْمَلُونَ عَمَلًۭا دُونَ ذَٰلِكَۖ وَكُنَّا لَهُمْ حَـٰفِظِينَ


Tulisan Latin:

Wa mina asy-syayāṭīni man yaghūṣūna lahū wa ya'malūna 'amalan dūna dzālik, wa kunnā lahum ḥāfiẓīn.


Terjemahan:

"Dan sebagian dari setan-setan ada yang menyelam untuknya (Nabi Sulaiman) dan melakukan pekerjaan selain itu; dan Kami yang menjaga mereka."



---


15. Allah melindungi orang yang berdzikir kepada-Nya


Dalil: QS. Az-Zumar [39]: 36

Tulisan Arab:

أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُۥۖ وَيُخَوِّفُونَكَ بِٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦۚ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍۢ


Tulisan Latin:

Alaysa-llāhu bikāfin 'abdah, wa yukhawwifūnaka bi-alladzīna min dūnih, wa mayyuḍlilillāhu fa mā lahu min hād.


Terjemahan:

"Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya? Dan mereka menakut-nakutimu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Dia. Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberinya petunjuk."



---


16. Malaikat mencatat perbuatan manusia


Dalil: QS. Az-Zukhruf [43]: 80

Tulisan Arab:

أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَىٰهُمۖ بَلَىٰ وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ


Tulisan Latin:

Am yaḥsabūna annā lā nasma'u sirrahum wa najwāhum, balā wa rusulunā ladayhim yaktubūn.


Terjemahan:

"Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (malaikat) ada di sisi mereka yang mencatat."



---


17. Allah menjaga manusia dari bahaya yang tidak terlihat


Dalil: QS. Al-Kahfi [18]: 10

Tulisan Arab:

إِذْ أَوَى ٱلْفِتْيَةُ إِلَى ٱلْكَهْفِ فَقَالُوا۟ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةًۭ وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًۭا


Tulisan Latin:

Idz awā al-fit-yatu ila al-kahfi faqālū rabbanā ātinā min ladunka raḥmatan wa hayyi' lanā min amrinā rasyadā.


Terjemahan:

"Ketika para pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, 'Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.'"



---


18. Penjagaan Allah dari segala bentuk bahaya


Dalil: QS. Al-Baqarah [2]: 255 (Ayat Kursi)

Tulisan Arab:

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌۭ وَلَا نَوْمٌۭۚ لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍۢ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ


Tulisan Latin:

Allāhu lā ilāha illā huwa al-ḥayyul-qayyūm, lā ta'khudzuhu sinatun wa lā nawm, lahu mā fī as-samāwāti wa mā fī al-arḍ, man dzalladzī yasyfa'u 'indahu illā bi idznih, ya'lamu mā bayna aydīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭūna bi syai'in min 'ilmihi illā bimā syā', wasi'a kursiyyuhu as-samāwāti wa al-arḍ, wa lā ya'ūduhu ḥifẓuhumā, wa huwa al-'aliyyu al-'aẓīm.


Terjemahan:

"Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar."



---


Semoga dalil-dalil tambahan ini semakin memperkaya pemahaman dan keyakinan kita tentang penjagaan Allah dan malaikat. Jika perlu lebih banyak, beri tahu saya!









Ayat Kun Fayakun untuk merubah Takdir

 

Berikut adalah ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang mengandung frasa "Kun Fayakun" beserta tulisan Arab, Latin, dan terjemahan bahasa Indonesia:

1. Surah Al-Baqarah (2:117)

  • Tulisan Arab:
    بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَإِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
  • Tulisan Latin:
    Badii‘us-samaawaati wal-ardh, wa idhaa qadhaaa amran fa innamaa yaquulu lahuu kun fayakuun.
  • Terjemahan:
    "(Dialah) Pencipta langit dan bumi; apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu."

2. Surah Ali 'Imran (3:47)

  • Tulisan Arab:
    قَالَتْ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِى وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِى بَشَرٌۭ ۖ قَالَ كَذَٰلِكِ ٱللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًۭا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
  • Tulisan Latin:
    Qaalat Rabbi annaa yakuunu lii waladun wa lam yamsasnii bashar; qaala kazaalikillaahu yakhluqu maa yashaa'; izaa qadaa amran fa innamaa yaquulu lahuu kun fayakuun.
  • Terjemahan:
    "Dia (Maryam) berkata, 'Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki?' Allah berfirman, 'Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu."

3. Surah Ali 'Imran (3:59)

  • Tulisan Arab:
    إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ ٱللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَ ۖ خَلَقَهُۥ مِن تُرَابٍۢ ثُمَّ قَالَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
  • Tulisan Latin:
    Inna masala 'Iisaa 'indallaahi kamasali Aadama; khalaqahuu min turaabin summa qaala lahuu kun fayakuun.
  • Terjemahan:
    "Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berfirman kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu."

4. Surah Maryam (19:35)

  • Tulisan Arab:
    مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍۢ سُبْحَٰنَهُۥٓ ۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًۭا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
  • Tulisan Latin:
    Maa kaana lillaahi anyyattakhiza min waladin subhaanah; izaa qadaa amran fa innamaa yaquulu lahuu kun fayakuun.
  • Terjemahan:
    "Tidak layak bagi Allah mempunyai anak. Mahasuci Dia. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu."

5. Surah Yasin (36:82)

  • Tulisan Arab:
    إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
  • Tulisan Latin:
    Innamaaa amruhooo izaaa araada shai’an aiyaqoola lahoo kun fayakuun.
  • Terjemahan:
    "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu."

6. Surah Ghafir (40:68)

  • Tulisan Arab:
    هُوَ ٱلَّذِى يُحْىِۦ وَيُمِيتُ ۖ فَإِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًۭا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
  • Tulisan Latin:
    Huwal lazee yuhyee wa yumeetu fa-izaa qadaa amran fa innamaa yaqoolu lahoo kun fayakoon.
  • Terjemahan:
    "Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu."

Semua ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah dalam menciptakan sesuatu dengan kehendak-Nya.

Doa Agar Bisa Ikhlas di Setiap Amal

Ketahuilah setan akan senantiasa menggoda manusia untuk merusak amal shalihnya. Dengan demikian, seorang mukmin akan senantiasa berjihad dengan musuhnya, iblis sampai dia menemui Rabb-nya di atas keimanan kepada-Nya dan keikhlasan di setiap amal yang dikerjakannya. Di antara faktor yang dapat mendorong seorang untuk berlaku ikhlas adalah sebagai berikut,

  • Berdo’a

Hidayah berada di tangan Allah dan hati para hamba berada di antara dua jari Allah, Dia membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya. Oleh karena itu, mohonlah perlindungan kepada-Nya, Zat yang ditangan-Nya-lah hidayah berada, tampakkanlah hajat dan kefakiranmu kepada-Nya. mintalah selalu kepada-Nya agar Dia memberikan keikhlasan kepadamu. Do’a yang sering dipanjatkan oleh Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu adalah do’a berikut,

اللهم اجعل عملي كلها صالحا, واجعله لوجهك خالصا, و لا تجعل لأحد فيه شيئا

“Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku sebagai amal yang shalih, Ikhlas karena mengharap Wajah-Mu, dan janganlah jadikan di dalam amalku bagian untuk siapapun.”

  • Menyembunyikan Amal

Amal yang tersembunyi -dengan syarat memang amal tersebut patut disembunyikan-, lebih layak diterima di sisi-Nya dan hal tersebut merupakan indikasi kuat bahwa amal tersebut dikerjakan dengan ikhlas.

Seorang mukhlis yang jujur senang menyembunyikan berbagai kebaikannya sebagaimana dia suka apabila keburukannya tidak terkuak. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّى أَخَافُ اللَّهَ . وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ


“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah ta’ala dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. mereka adalah seorang pemimpin yang adil; seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah; seorang pria yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah di atas kecintaan kepada-Nya; seorang pria yang diajak (berbuat tidak senonoh) oleh seorang wanita yang cantik, namun pria tersebut mengatakan, “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”; seorang pria yang bersedekah kemudian dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu aa yang telah disedekahkan oleh tangan kanannya; seorang pria yang mengingat Allah dalam keadaan sunyi dan air matanya berlinang.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Bisyr ibnul Harits mengatakan, “Janganlah engkau beramal untuk diingat. Sembunyikanlah kebaikan sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan.


Shalat nafilah yang dikerjakan pada malam hari lebih utama daripada shalat sunnah pada siang hari, demikian pula beristighfar di waktu sahur daripada waktu selainnya, dikarenakan pada saat itu merupakan waktu yang lebih mendukung untuk menyembunyikan dan mengikhlaskan amal.”


Melihat Amal Orang Shalih yang Berada di Atasmu

Janganlah anda memperhatikan amalan orang yang sezaman denganmu, yaitu orang berada di bawahmu dalam hal berbuat kebaikan. Perhatikan dan jadikanlah para nabi dan orang shalih terdahulu sebagai panutan anda. Allah ta’ala berfirman,


أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ (٩٠)


“Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran). Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh umat.” (Al An’am: 90).


Bacalah biografi para ulama, ahli ibadah, dan zuhhad (orang yang zuhud), karena hal itu lebih mampu untuk menambah keimanan di dalam hati.

Menganggap Remeh Amal

Penyakit yang sering melanda hamba adalah ridha (puas) dengan dirinya. Setiap orang yang memandang dirinya sendiri dengan pandangan ridha, maka hal itu akan membinasakannya. Setiap orang yang ujub akan amal yang telah dikerjakannya, maka keikhlasan sangat sedikit menyertai amalannya, atau bahkan tidak ada sama sekali keikhlasan dalam amalnya, dan bisa jadi amal shalih yang telah dikerjakan tidak bernilai.


Sa’id bin Jubair mengatakan, “Seorang bisa masuk surga berkat dosanya dan seorang bisa masuk neraka berkat kebaikannya. Maka ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Sa’id menjawab, “Pria tadi mengerjakan kemaksiatan namun dirinya senantiasa takut akan siksa Allah atas dosa yang telah dikerjakannya, sehingga tatkala bertemu Allah, Dia mengampuninya dikarenakan rasa takutnya kepada Allah. Pria yang lain mengerjakan suatu kebaikan, namun dia senantiasa ujub (bangga) dengan amalnya tersebut, sehingga tatkala bertemu Allah, dia pun dimasukkan ke dalam neraka Allah.”

Khawatir Amal Tidak Diterima

Anggaplah remeh setiap amal shalih yang telah anda perbuat. Apabila anda telah mengerjakannya, tanamkanlah rasa takut, khawatir jika amal tersebut tidak diterima. Diantara do’a yang dipanjatkan para salaf adalah,


اللهم إنا نسألك العمل الصالح و حفظه


“Ya Allah kami memohon kepada-Mu amal yang shalih dan senantiasa terpelihara.”


Diantara bentuk keterpeliharaan amal shalih adalah amal tersebut tidak disertai dengan rasa ujub dan bangga dengan amal tersebut, namun justru amal shalih terpelihara dengan adanya rasa takut dalam diri seorang bahwa amal yang telah dikerjakannya tidak serta merta diterima oleh-Nya. Allah ta’ala berfirman,


وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (٩٢)


“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” (An Nahl: 92).


Ibnu Katsir mengatakan, [“Mereka menunaikan sedekah, namun hati mereka takut dan khawatir, bahwa amalan mereka tidak diterima di sisi-Nya. mereka takut karena (sadar) mereka tidak menunaikan syarat-syaratnya secara sempurna. Imam Ahmad dan Tirmidzi telah meriwayatkan hadits dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu. Dia bertanya kepada rasulullah, “Wahai rasulullah, mengenai ayat,


وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (٦٠)


“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (Al Mukminun: 60).


Apakah mereka yang tersebut dalam ayat itu adalah orang-orang yang melakukan tindak pencurian, perzinaan, dan meminum khamr, karena mereka takut kepada Allah (atas kemaksiatan yang telah dikerjakannya)? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Bukan, wahai putri ash Shiddiq. Akan tetapi, mereka adalah orang yang menunaikan shalat, puasa, dan sedekah, namun mereka khawatir apabila amalan tersebut tidak diterima oleh-Nya.” Keikhlasan memerlukan mujadahah (perjuangan) yang dilakukan sebelum, ketika, dan setelah beramal.]

Tidak Terpengaruh Perkataan Manusia atas Amalan yang Telah Dikerjakan

Seorang yang diberi taufik oleh Allah ta’ala tidaklah terpengaruh oleh pujian manusia apabila mereka memujinya atas kebaikan yang telah dilakukannya. Apabila dia mengerjakan ketaatan, maka pujian yang dilontarkan oleh manusia hanya akan menambah ketawadhu’an dan rasa takut kepada Allah. Dia yakin bahwa pujian manusia kepada dirinya merupakan fitnah baginya, sehingga dia pun berdo’a kepada Allah ta’ala agar menyelamatkan dirinya dari fitnah tersebut. Dia tahu bahwa hanya Allah semata, yang pujian-Nya bermanfaat dan celaan-Nya semata yang mampu memudharatkan hamba.


Dia menempatkan manusia layaknya penghuni kubur yang tidak mampu memberikan manfaat kepada dirinya dan tidak mampu menolak bahaya dari dirinya. Ibnul Jauzi mengatakan,


أن ترك النظر إلى الخلق و محو الجاه من قلوبهم بالعمل و إخلاص القصد و ستر الحال هو الذي رفع من رفع


[“Meninggalkan perhatian makhluk dan tidak mencari-cari kedudukan di hati mereka dengan beramal shalih, mengikhlaskan niat, dan menyembunyikan amal merupakan faktor yang mampu meninggikan derajat orang yang mulia.”][1]

Sadar bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka

Apabila hamba mengetahui manusia yang menjadi faktor pendorong untuk melakukan riya akan berdiri bersamanya di padang Mahsyar dalam keadaan takut dan telanjang,dia akan mengetahui bahwasanya memalingkan niat ketika beramal kepada mereka tidaklah akan mampu meringankan kesulitan yang dialaminya di padang Mahsyar. Bahkan mereka akan mengalami kesempitan yang sama dengan dirinya.


Apabila anda telah mengetahui hal itu, niscaya anda akan mengetahui bahwamengikhlaskan amal adalah benar adanya, tidak sepatutnya amalan ditujukan kecuali kepada Zat yang memiliki surga dan neraka.


Oleh karena itu, seorang mukmin wajib meyakini bahwa manusia tidaklah memiliki surge sehingga mereka mampu memasukkan anda ke dalamnya. Demikian pula, mereka tidaklah mampu untuk mengeluarkan anda dari neraka apabila anda meminta mereka untuk mengeluarkan anda. Bahkan apabila seluruh umat manusia, dari nabi Adam hingga yang terakhir, berkumpul dan berdiri di belakang anda, mereka tidaklah mampu untuk menggiring anda ke dalam surge meski selangkah. Dengan demikian, mengapa anda mesti riya di hadapan mereka, padahal mereka tidak mampu memberikan apapun kepada anda?


Ibnu Rajab mengatakan,


من صلى وصام وذكر الله يقصد بذلك عرض الدنيا فإنه لا خير له فيه بالكلية لأنه لاتقع في ذلك لصاحبه لما يترتب عليه من الإثم فيه ولا لغيره


“Barangsiapa yang berpuasa, shalat, dan berzikir kepada Allah demi tujuan duniawi, maka amalan itu tidak mendatangkan kebaikan baginya sama sekali. Seluruh amal tersebut tidak bermanfaat bagi pelakunya dikarenakan mengandung dosa (riya), dan (tentunya amalan itu) tidak bermanfaat bagi orang lain.”[2]


Kemudian, anda tidak akan mampu memperoleh keinginan anda dari manusia yang menjadi tujuan riya yang telah anda lakukan, yaitu agar mereka memuji anda. Bahkan mereka akan mencela anda, menyebarkan keburukan anda di tengah-tenah mereka, dan tumbuhlah kebencian di hati mereka kepada anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


من يراء يراء الله به


“Barangsiapa yang berbuat riya, maka Allah akan menyingkap niat busuknya itu di hadapan manusia” (HR. Muslim).


Demikianlah akibat orang yang riya. Namun, apabila anda mengikhlaskan amal kepada-Nya, niscaya Allah dan makhluk akan mencintaimu. Allah ta’ala berfirman,


إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا (٩٦)


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah[911] akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih saying (kecintaan)” (Maryam: 96).

Ingatlah Anda Sendirian di Dalam Kubur

Jiwa akan merasa tenang dengan mengingat perjalanan yang akan dilaluinya di akhirat. Apabila hamba meyakini bahwa dirinya akan dimasukkan ke dalam liang lahat sendiri, tanpa seorang pun menemani, dan tidak ada yang bermanfaat bagi dirinya selain amal shalih, dan dia yakin bahwa seluruh manusia, tidak akan mampu menghilangkan sedikit pun, azab kubur yang diderita, maka dengan demikian hamba akan menyakini bahwa tidak ada yang mampu menyelematkannya melainkan mengkihlaskan amal kepada Sang Pencipta semata. Ibnul Qayyim mengatakan,


صدق التأهب للقاء الله من أنفع ما للعبد وأبلغه في حصول استقامته فإن من استعد للقاء الله انقطع قلبه عن الدنيا وما فيها ومطالبها


[“Persiapan yang benar untuk bertemu dengan Allah merupakan salah satu faktor yang paling bermanfaat dan paling ampuh bgi hamba untuk merealisasikan keistiqamahan diri. Karena setiap orang yang mengadakan persiapan untuk bertemu dengan-Nya, hatinya akan terputus dari dunia dan segala isinya.”][3]


Diterjemahkan dari Khutuwaat ilas Sa’adah karya Dr. Abdul Muhsin Al Qasim (Imam dan Khatib Masjid Nabawi serta Hakim di Pengadilan Umum).


Buaran Indah, Tangerang, 1 Rajab 1431 H.


Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim



Doa Berlindung dari Takdir Jelek Umar Bin Khattab

Doa Berlindung dari Takdir Jelek Umar Bin Khattab


اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ فَامحِنِي وَاكْتُبْنِي مِنْ أَهْلِ السَّعَادَة فَإِنَّكَ تَمْحُوا مَا تَشَاء وَتُثْبِتْ وَعِنْدَكَ أُمِّ الْكِتَابِ


“Allaahumma inkunta katabtanii min ahlis syaaqowah famhinii waqtubnii min ahlis saadah fainnaka tahmuu maa tasyaa wa tusbit wa’indaka ummul kitaab”


Artinya : Ya Allah seandainya engkau mencatat aku termasuk orang yang celaka dan sengsara, maka hapuslah catatan itu ya Allah, catatlah aku termasuk orang yang bahagia dan beruntung. Sesungguhnya engkau menghapus apa yang engkau kehendaki dan menetapkan, dan disisimu lah ummul kitab.

Doa Mengubah Takdir

Doa Mengubah Takdir


اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مَطْرُوْدًا أو مُقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ بِفَضْلِكَ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَطَرْدِيْ وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنَزَّلِ عَلَى نَبِيِّكَ المُرْسَلِ: "يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ

Arab latin:

Allāhumma in kunta katabtanī 'indaka fī ummil kitābi syaqiyyan au mahrūman au mathrūdan au muqattaran 'alayya fir rizqi, famhullāhumma bi fadhlika fī ummil kitābi syaqāwatī, wa hirmānī wa thardhī waqtitāra rizqī, wa atsbitnī 'indaka fī ummil kitābi sa'īdan marzūqan muwaffaqan lil khairāt. Fa innaka qulta wa qaulukal haqq fī kitābikal munazzali 'ala nabiyyikal mursali "Yamhullāhu mā yasyā'u wa yutsbitu wa 'indahū ummul kitāb."


Artinya:

Tuhanku, jika Kau mencatat kami di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, terbuang, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, keterbuangan, dan kesempitan rezeki kami. Tetapkanlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata-sementara perkataan-Mu adalah benar-di kitabmu yang diturunkan melalui Rasul utusan-Mu, 'Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.'


Do'a Al-Imam Al-Faqih Muqaddam Muhammad bin ‘Ali Ba’Alawiy (Untuk Merubah Takdir di Lauhul Mahfudz)

Doa Sayyidina Al-Imam Muhammad bin Ali Ba’Alawi

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ


اَللَّهُمَّ انْـقُلْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ مِنَ الشَّقَاوَةِ اِلَى السَّعَادَةِ, وَمِنَ النَّارِ اِلَى الْجَـنَّةِ, وَمِنَ الْعَذَابِ اِلَى الرَّحْمَةِ, وَمِنَ الذُّ نُوْبِ اِلَى الْمَغْفِرَةِ, وَمِنَ اْلاِسَاءَةِ اِلَى اْلاِ حْسَانِ, وَمِنَ الْخَوْفِ اِلَى اْلاَ مَانِ, وَمِنَ اْلفَقْرِ اِلَى اْلغِنَى, وَ مِنَ الذُّلِّ اِلَى الْعِزِّ, وَمِنَ اْلاِ هَانَةِ اِلَى اْلكَرَا مَةِ, وَمِنَ الضِّيْقِ اِلَى السَّعَةِ,


وَمِنَ الشَّرِّ اِلَى الْخَيْرِ, وَمِنَ اْلعُسْرِ اِلَى اْليُسْرِ, وَمِنَ اْلاِدْبَارِ اِلَى اْلاِقْبَالِ, وَمِنَ السُّقْمِ اِلَى الصِّحَّةِ, وَمِنَ السُّخْطِ اِلَى الرِّضَى, وَمِنَ اْلغَفْلَةِ اِلَى اْلعِبَادَةِ, وَمِنَ اْلفَتْرَةِ اِلَى اْلاِجْتِهَادِ, وَمِنَ الْخِذْ لاَنِ اِلَى التَّوْفِيْقِ, وَمِنَ اْلبِدْعَةِ اِلَى السُّنَّةِ, وَمِنَ اْلجَوْرِ اِلَى اْلعَدْلِ

اَللَّهُمَّ اَعِنَّا عَلَى دِيْنِنَا بِا لدُّنْيَا, وَعَلَى الدُّنْيَا بِالتَّقْوَى, وَعَلَى التَّقْوَى بِالْعَمَلِ, وَعَلَى اْلعَمَلِ بِالتَّوْفِيْقِ, وَعَلَى جَمِيْعِ ذَالِكَ بِلُطْفِكَ الْمُفْضِى اِلَى رِضَاكَ الْمُنْهِى اِلَى جَنَّتِكَ الْمَصْحُوْبِ ذَالِكَ بِالنَّظَرِ اِلَى وَجْهِكَ اْلَكَرِيْمِ.


يَا اَللهُ يَا اَللهُ يَا اَللهُ, يَا رَبَّاهُ يَا رَبَّاهُ يَا رَبَّاهُ, يَاغَوْثَاهُ يَاغَوْثَاهُ يَاغَوْثَاهُ, يَااَكْرَمَ اْلاَكْرَمِيْنَ يَارَحْمَنُ يَارَحِيْمُ يَاذَالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ يَاذَالْمَوَاهِبِ اْلعِظَامِ.


اَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ اَلَّذِى لآاِلَهَ اِلاَّ هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ.


اَللَّهُمَّ اِنِّى أَسْأَلُكَ التَّوْفِيْقَ لِمَحَابِّكَ مِنَ اْلأَعْمَالِ, وَصِدْقَ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ, وَحُسْنَ الظَّنِّ بِكَ, وَالْغُنْيَةَ عَمَّنْ سِوَاكَ, اِلَهِى يَا لَطِيْفُ يَارَزَّاقُ يَا وَدُوْدُ يَاقَوِيُّ يَامَتِيْنُ, أَسْأَلُكَ تَأَهُّلاً بِكَ, وَاسْتِغْرَاقًا فِيْكَ, وَلُطْفًا شَامِلاً مِنْ لَدُنْكَ, وَرِزْقًا وَاسِعًا هَِنيْئًا مَرِيْئًا, وَسِنًّا طَوِيْلاً وَعَمَلاً صَالِحًا, فِى اْلاِيْمَانِ وَاْليَقِيْنِ, وَمُلاَزَمَةً فِى الْحَقِّ وَالدِّيْنِ, وَعِزًّا وَشَرَفًا يَبْقَى وَيَتَأَبَّدُ, لاَيَشُوْ بُهُ تَكَبُّرٌ وَلاَعُتُوٌّ وَلاَ فَسَادٌ, إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ.


وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.


Allahummanqulna wal muslimina minasy syaqowati ilas sa’adati wa minannari ilal jannati wa minal ‘adzabi ilar rohmati wa minadz dzunubi ilal maghfiroti wa minal isa-ati ilal ihsani wa minal khoufi ilal amani wa minal faqri ilal ghina wa minadz dzulli ilal ‘izzi wa minal ihanati ilal karomati wa minadh dhiqi ilas sa’ati wa minasy syarri ilal khoiri wa minal ‘usri ilal yusri wa minal idbari ilal iqbali wa minas saqomi ilash shihhati wa minas sukhthi ilar ridho wa minal ghoflati ilal ‘ibadah wa minal fatroti ilal ijtihadi wa minal khidzlaani ilat taufiqi wa minal bid’ati ilas sunnati wa minal jauri ilal ‘adli. Allahumma a’inna ‘ala dinina bid dun-ya wa ‘alad dun-ya bit taqwa wa ‘alat taqwa bil ‘amali wa ‘alal ‘amali bit taufiqi wa ‘ala jami’i dzalika bi luthfikal mufdhi ila ridhokal munhi ila jannatikal mash hubi dzalika bin nazhori ila wajhikal karim (ya Allah 3 x) (ya robbah 3 x) (ya ghoutsah 3 x) ya akromal akromin ya rohmanu ya rohimu ya dzal jalali wal ikrom ya dzal mawahibil ‘izhom astaghfirullahal ‘azhim alladzi la ilaha illa huwal hayyul qoyyum wa atubu ilaih. Allahumma inni as-alukat taufiqo li mahabbatika minal a’mali wa shidqit tawakkuli ‘alaika wa husnazh zhonni bika wa ghun-yata ‘amman siwak. Ilahi ya lathifu ya rozzaqu ya wadudu ya qowiyyu ya matinu. as-aluka ta-alluhan bika wastighroqon fika wa luthfan syamilan mil ladunka wa rizqon wasi’an hani-an mari-an wa sinnan thowilan wa ‘amalan sholihan fil imani wal yaqini wa mulaazamatan fil haqqi wad dini wa ‘izzan wa syarofan yabqo wa yata-abbadu la yasyubuhu takabburun wala ‘utuwwun wala fasadun inna sami’un qoribun. Wa shollallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Walhamdulillahi robbil ‘alamin.

   


 Wahai ALLAH, Pindahkanlah kami dan orang-orang Muslim dari kedukaan kepada kebahagiaan, dari neraka kepada Syurga, dari azab kepada Rahmat, dari dosa kepada Ampunan, dari berbuat keburukan kepada berbuat kebajikan, dari takut kepada rasa aman, dari faqir kepada kaya, dari kehinaan kepada kemuliaan, dari kesempitan kepada kelapangan...


Dari kejahatan kepada kebaikan, dari kesulitan kepada kemudahan, dari berpaling kepada menghadap bersungguh-sungguh, dari penyakit kepada kesihatan, dari Kemurkaan kepada Keredhaan, dari kelalaian kepada `ibadah, dari keengganan kepada kesungguhan, dari terhalang kepada Tertolong, dari bid`ah kepada sunnah, dari ketidakadilan kepada keadilan...


Wahai ALLAH, Tolonglah kami atas Agama kami dengan dunia, dan pada dunia kami dengan ketaqwaan, dan pada ketaqwaan kami dengan amal, dan pada amal kami dengan Pertolongan, dan pada semuanya itu dengan KelembutanMU yang mendatangkan KeredhaanMU, yang menghantarkan ke SyurgaMU, yang disertai dengan memandang DzatMU yang Mulia...


Wahai ALLAH, wahai ALLAH, wahai ALLAH, wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, wahai Penolongku, wahai Penolongku, wahai Penolongku. Wahai Dzat yang Paling Mulia di antara yang mulia, wahai yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, wahai yang Maha Memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Wahai yang Maha Memiliki segala Pemberian yang Agung...


Aku memohon Ampun kepada ALLAH yang Maha Agung, yang tiada Tuhan Selain DIA,

yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepadaNYA...


Wahai ALLAH, aku memohon Taufiq kepadaMU untuk dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang Engkau Cintai, tawakkal yang benar terhadapMU dan baik sangkaku kepadaMU dan tidak bergantung kepada selainMU...


Tuhanku, wahai Dzat yang Maha Lembut, wahai Dzat yang Maha Pemberi rezki, yang Maha Pengasih, yang Maha Kuat, yang Maha Kukuh, aku memohon kepadaMU penghambaan semata kepadaMU, tenggelam dalam `ibadahMU, Kelembutan yang sempurna dari SisiMU dan rezki yang luas, yang menyenangkan dan sejahtera, umur yang panjang dan amal perbuatan yang shalih dengan penuh keimanan dan keyakinan, senantiasa berpegang dengan kebenaran dan Agama, keagungan dan kemuliaan yang tiada batas dan tiada akhir, yang tidak dinodai oleh kesombongan, tidak pula keangkuhan dan tidak pula kerosakan. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Dekat.

Doanya Mengubah Takdir dari Ustadz Hanan Attaki

 Arti Allahumma inkunta katab tani min ahli syaqowah, Doanya Khalifah Umar bin Khatab mengubah takdir, dari tausiaj Ustadz Hanan Attaki.

Ustadz Hanan Attaki mengajarkan sebuah doa via akun media sosialnya.

"Doa ini adalah doa sahabat Rasulullah yaitu Khalifah Umar bin Khattab. Kekuatan doa mengubah takdir," katanya dalam sebuat tausiah.

Berikut bacaannya:


Allahumma inkunta katab tani min ahli syaqowah famhini waqtubi min ahli saadah fa innaka tamhu maa tasya watubit wa indaka ummul kitab

 

Artinya:

"Ya Allah seandainya Engkau mencatat aku termasuk orang yang celaka dan sengsara maka hapuslah catatan itu ya Allah catatlah aku termasuk orang yang bahagia dan beruntung. Sesungguhnya Engkau menghapus apa yang Engkau kehendaki dan menetapkan dan di sisimu lah Ummul Kitab"

"Doa tersebut dibacakan Umar bin Khattab dan nabi membenarkan," kata Ustadz Hanan Attaki.

Lanjut Ustadz Hanan, doa ini oleh Umar disambungkan dengan Surat Ar Ra'du (Surat Ar Rad).  "Apa yang terjadi kemudian. Allah mengabulkan doa Umar, sehingga akhirnya Allah mengubah takdir dari yang buruk menjadi yang baik, dari yang buruk di dalamnya ada kebaikan," ujarnya.


Berikut adalah doa yang serupa yang baik juga untuk dibacakan.

اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مَطْرُوْدًا أو مُقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ بِفَضْلِكَ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَطَرْدِيْ وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنَزَّلِ عَلَى نَبِيِّكَ المُرْسَلِ: "يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ

Arab latin:

Allāhumma in kunta katabtanī 'indaka fī ummil kitābi syaqiyyan au mahrūman au mathrūdan au muqattaran 'alayya fir rizqi, famhullāhumma bi fadhlika fī ummil kitābi syaqāwatī, wa hirmānī wa thardhī waqtitāra rizqī, wa atsbitnī 'indaka fī ummil kitābi sa'īdan marzūqan muwaffaqan lil khairāt. Fa innaka qulta wa qaulukal haqq fī kitābikal munazzali 'ala nabiyyikal mursali "Yamhullāhu mā yasyā'u wa yutsbitu wa 'indahū ummul kitāb."


Artinya:

Tuhanku, jika Kau mencatat kami di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, terbuang, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, keterbuangan, dan kesempitan rezeki kami. Tetapkanlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata-sementara perkataan-Mu adalah benar-di kitabmu yang diturunkan melalui Rasul utusan-Mu, 'Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.'


Berikut bacaan Surat Ar Ra'du atau Surat Ar Rad ayat 1-43 lengkap dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia

Bismillahirrahmanirrahiim


الٓمٓر ۚ تِلْكَ ءَايَٰتُ ٱلْكِتَٰبِ ۗ وَٱلَّذِىٓ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ٱلْحَقُّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ

 

Arab-Latin: alif lām mīm rā, tilka āyātul-kitāb, wallażī unzila ilaika mir rabbikal-ḥaqqu wa lākinna akṡaran-nāsi lā yu`minụn

Artinya:

1. Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).

ٱللَّهُ ٱلَّذِى رَفَعَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِى لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لَعَلَّكُم بِلِقَآءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

allāhullażī rafa’as-samāwāti bigairi ‘amadin taraunahā ṡummastawā ‘alal-‘arsyi wa sakhkharasy-syamsa wal-qamar, kulluy yajrī li`ajalim musammā, yudabbirul-amra yufaṣṣilul-āyāti la’allakum biliqā`i rabbikum tụqinụn

2. Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu.

وَهُوَ ٱلَّذِى مَدَّ ٱلْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَٰسِىَ وَأَنْهَٰرًا ۖ وَمِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ ٱثْنَيْنِ ۖ يُغْشِى ٱلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

wa huwallażī maddal-arḍa wa ja’ala fīhā rawāsiya wa an-hārā, wa ming kulliṡ-ṡamarāti ja’ala fīhā zaujainiṡnaini yugsyil-lailan-nahār, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy yatafakkarụn

3. Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur’an? Klik di sini sekarang!

وَفِى ٱلْأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَٰوِرَٰتٌ وَجَنَّٰتٌ مِّنْ أَعْنَٰبٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَىٰ بِمَآءٍ وَٰحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍ فِى ٱلْأُكُلِ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

wa fil-arḍi qiṭa’um mutajāwirātuw wa jannātum min a’nābiw wa zar’uw wa nakhīlun ṣinwānuw wa gairu ṣinwāniy yusqā bimā`iw wāḥidiw wa nufaḍḍilu ba’ḍahā ‘alā ba’ḍin fil-ukul, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy ya’qilụn

4. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.

۞ وَإِن تَعْجَبْ فَعَجَبٌ قَوْلُهُمْ أَءِذَا كُنَّا تُرَٰبًا أَءِنَّا لَفِى خَلْقٍ جَدِيدٍ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِرَبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ ٱلْأَغْلَٰلُ فِىٓ أَعْنَاقِهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

wa in ta’jab fa ‘ajabung qauluhum a iżā kunnā turāban a innā lafī khalqin jadīd, ulā`ikallażīna kafarụ birabbihim, wa ulā`ikal-aglālu fī a’nāqihim, wa ulā`ika aṣ-ḥābun-nār, hum fīhā khālidụn

5. Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, maka yang patut mengherankan adalah ucapan mereka: “Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?” Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu di lehernya; mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِٱلسَّيِّئَةِ قَبْلَ ٱلْحَسَنَةِ وَقَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِمُ ٱلْمَثُلَٰتُ ۗ وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ لِّلنَّاسِ عَلَىٰ ظُلْمِهِمْ ۖ وَإِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

wa yasta’jilụnaka bis-sayyi`ati qablal-ḥasanati wa qad khalat ming qablihimul-maṡulāt, wa inna rabbaka lażụ magfiratil lin-nāsi ‘alā ẓulmihim, wa inna rabbaka lasyadīdul-‘iqāb

6. Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya) siksa, sebelum (mereka meminta) kebaikan, padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum mereka. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksanya.

وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْلَآ أُنزِلَ عَلَيْهِ ءَايَةٌ مِّن رَّبِّهِۦٓ ۗ إِنَّمَآ أَنتَ مُنذِرٌ ۖ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ

wa yaqụlullażīna kafarụ lau lā unzila ‘alaihi āyatum mir rabbih, innamā anta munżiruw wa likulli qaumin hād

7. Orang-orang yang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?” Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk

ٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنثَىٰ وَمَا تَغِيضُ ٱلْأَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ ۖ وَكُلُّ شَىْءٍ عِندَهُۥ بِمِقْدَارٍ

allāhu ya’lamu mā taḥmilu kullu unṡā wa mā tagīḍul-ar-ḥāmu wa mā tazdād, wa kullu syai`in ‘indahụ bimiqdār

8. Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.

عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ٱلْكَبِيرُ ٱلْمُتَعَالِ

ālimul-gaibi wasy-syahādatil-kabīrul-muta’āl

9. Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi.

سَوَآءٌ مِّنكُم مَّنْ أَسَرَّ ٱلْقَوْلَ وَمَن جَهَرَ بِهِۦ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍۭ بِٱلَّيْلِ وَسَارِبٌۢ بِٱلنَّهَارِ

sawā`um mingkum man asarral-qaula wa man jahara bihī wa man huwa mustakhfim bil-laili wa sāribum bin-nahār

10. Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

Arab-Latin: lahụ mu’aqqibātum mim baini yadaihi wa min khalfihī yaḥfaẓụnahụ min amrillāh, innallāha lā yugayyiru mā biqaumin ḥattā yugayyirụ mā bi`anfusihim, wa iżā arādallāhu biqaumin sū`an fa lā maradda lah, wa mā lahum min dụnihī miw wāl

Artinya: 11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

هُوَ ٱلَّذِى يُرِيكُمُ ٱلْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنشِئُ ٱلسَّحَابَ ٱلثِّقَالَ

huwallażī yurīkumul-barqa khaufaw wa ṭama’aw wa yunsyi`us-saḥābaṡ-ṡiqāl

12. Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.

وَيُسَبِّحُ ٱلرَّعْدُ بِحَمْدِهِۦ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِۦ وَيُرْسِلُ ٱلصَّوَٰعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَن يَشَآءُ وَهُمْ يُجَٰدِلُونَ فِى ٱللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ ٱلْمِحَالِ

wa yusabbiḥur-ra’du biḥamdihī wal-malā`ikatu min khīfatih, wa yursiluṣ-ṣawā’iqa fa yuṣību bihā may yasyā`u wa hum yujādilụna fillāh, wa huwa syadīdul miḥāl

13. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.

لَهُۥ دَعْوَةُ ٱلْحَقِّ ۖ وَٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَىْءٍ إِلَّا كَبَٰسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى ٱلْمَآءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَٰلِغِهِۦ ۚ وَمَا دُعَآءُ ٱلْكَٰفِرِينَ إِلَّا فِى ضَلَٰلٍ

lahụ da’watul-ḥaqq, wallażīna yad’ụna min dụnihī lā yastajībụna lahum bisyai`in illā kabāsiṭi kaffaihi ilal-mā`i liyabluga fāhu wa mā huwa bibāligih, wa mā du’ā`ul-kāfirīna illā fī ḍalāl

14. Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَٰلُهُم بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ ۩

wa lillāhi yasjudu man fis-samāwāti wal-arḍi ṭau’aw wa kar-haw wa ẓilāluhum bil-guduwwi wal-āṣāl

15. Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.

قُلْ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ قُلِ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَٱتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِى ٱلظُّلُمَٰتُ وَٱلنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوا۟ كَخَلْقِهِۦ فَتَشَٰبَهَ ٱلْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّٰرُ

qul mar rabbus-samāwāti wal-arḍ, qulillāh, qul a fattakhażtum min dụnihī auliyā`a lā yamlikụna li`anfusihim naf’aw wa lā ḍarrā, qul hal yastawil-a’mā wal-baṣīru am hal tastawiẓ-ẓulumātu wan-nụr, am ja’alụ lillāhi syurakā`a khalaqụ kakhalqihī fa tasyābahal-khalqu ‘alaihim, qulillāhu khāliqu kulli syai`iw wa huwal-wāḥidul-qahhār

16. Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.

أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌۢ بِقَدَرِهَا فَٱحْتَمَلَ ٱلسَّيْلُ زَبَدًا رَّابِيًا ۚ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِى ٱلنَّارِ ٱبْتِغَآءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَٰعٍ زَبَدٌ مِّثْلُهُۥ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْحَقَّ وَٱلْبَٰطِلَ ۚ فَأَمَّا ٱلزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَآءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ فَيَمْكُثُ فِى ٱلْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَالَ

anzala minas-samā`i mā`an fa sālat audiyatum biqadarihā faḥtamalas-sailu zabadar rābiyā, wa mimmā yụqidụna ‘alaihi fin-nāribtigā`a ḥilyatin au matā’in zabadum miṡluh, każālika yaḍribullāhul-ḥaqqa wal-bāṭil, fa ammaz-zabadu fa yaż-habu jufā`ā, wa ammā mā yanfa’un-nāsa fa yamkuṡu fil-arḍ, każālika yaḍribullāhul-amṡāl

17. Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.

لِلَّذِينَ ٱسْتَجَابُوا۟ لِرَبِّهِمُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَٱلَّذِينَ لَمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَهُۥ لَوْ أَنَّ لَهُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُۥ مَعَهُۥ لَٱفْتَدَوْا۟ بِهِۦٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ سُوٓءُ ٱلْحِسَابِ وَمَأْوَىٰهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمِهَادُ

lillażīnastajābụ lirabbihimul-ḥusnā, wallażīna lam yastajībụ lahụ lau anna lahum mā fil-arḍi jamī’aw wa miṡlahụ ma’ahụ laftadau bih, ulā`ika lahum sū`ul-ḥisābi wa ma`wāhum jahannam, wa bi`sal-mihād

18. Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.

۞ أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ٱلْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰٓ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

a fa may ya’lamu annamā unzila ilaika mir rabbikal-ḥaqqu kaman huwa a’mā, innamā yatażakkaru ulul-albāb

19. Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,

ٱلَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ ٱللَّهِ وَلَا يَنقُضُونَ ٱلْمِيثَٰقَ

allażīna yụfụna bi’ahdillāhi wa lā yangquḍụnal-mīṡāq

20. (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian,

وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوٓءَ ٱلْحِسَابِ

Arab-Latin: wallażīna yaṣilụna mā amarallāhu bihī ay yụṣala wa yakhsyauna rabbahum wa yakhāfụna sū`al-ḥisāb

Artinya: 21. dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.

وَٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ ٱبْتِغَآءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِٱلْحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ عُقْبَى ٱلدَّارِ

wallażīna ṣabarubtigā`a waj-hi rabbihim wa aqāmuṣ-ṣalāta wa anfaqụ mimmā razaqnāhum sirraw wa ‘alāniyataw wa yadra`ụna bil-ḥasanatis-sayyi`ata ulā`ika lahum ‘uqbad-dār

22. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),

جَنَّٰتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَن صَلَحَ مِنْ ءَابَآئِهِمْ وَأَزْوَٰجِهِمْ وَذُرِّيَّٰتِهِمْ ۖ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ

jannātu ‘adniy yadkhulụnahā wa man ṣalaḥa min ābā`ihim wa azwājihim wa żurriyyātihim wal-malā`ikatu yadkhulụna ‘alaihim ming kulli bāb

23. (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;

سَلَٰمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى ٱلدَّارِ

salāmun ‘alaikum bimā ṣabartum fa ni’ma ‘uqbad-dār

24. (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.

وَٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مِيثَٰقِهِۦ وَيَقْطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ ۙ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوٓءُ ٱلدَّارِ

wallażīna yangquḍụna ‘ahdallāhi mim ba’di mīṡāqihī wa yaqṭa’ụna mā amarallāhu bihī ay yụṣala wa yufsidụna fil-arḍi ulā`ika lahumul-la’natu wa lahum sū`ud-dār

25. Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).

ٱللَّهُ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا۟ بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا مَتَٰعٌ

allāhu yabsuṭur-rizqa limay yasyā`u wa yaqdir, wa fariḥụ bil-ḥayātid-dun-yā, wa mal-ḥayātud-dun-yā fil-ākhirati illā matā’

26. Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).

وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْلَآ أُنزِلَ عَلَيْهِ ءَايَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ ۗ قُلْ إِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِىٓ إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ

wa yaqụlullażīna kafarụ lau lā unzila ‘alaihi āyatum mir rabbih, qul innallāha yuḍillu may yasyā`u wa yahdī ilaihi man anāb

27. Orang-orang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya”,

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

allażīna āmanụ wa taṭma`innu qulụbuhum biżikrillāh, alā biżikrillāhi taṭma`innul-qulụb

28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَـَٔابٍ

allażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti ṭụbā lahum wa ḥusnu ma`āb

29. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.

كَذَٰلِكَ أَرْسَلْنَٰكَ فِىٓ أُمَّةٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهَآ أُمَمٌ لِّتَتْلُوَا۟ عَلَيْهِمُ ٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِٱلرَّحْمَٰنِ ۚ قُلْ هُوَ رَبِّى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ

każālika arsalnāka fī ummating qad khalat ming qablihā umamul litatluwā ‘alaihimullażī auḥainā ilaika wa hum yakfurụna bir-raḥmān, qul huwa rabbī lā ilāha illā huw, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi matāb

30. Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Quran) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah: “Dialah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat”.

وَلَوْ أَنَّ قُرْءَانًا سُيِّرَتْ بِهِ ٱلْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ ٱلْأَرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ ٱلْمَوْتَىٰ ۗ بَل لِّلَّهِ ٱلْأَمْرُ جَمِيعًا ۗ أَفَلَمْ يَا۟يْـَٔسِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن لَّوْ يَشَآءُ ٱللَّهُ لَهَدَى ٱلنَّاسَ جَمِيعًا ۗ وَلَا يَزَالُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ تُصِيبُهُم بِمَا صَنَعُوا۟ قَارِعَةٌ أَوْ تَحُلُّ قَرِيبًا مِّن دَارِهِمْ حَتَّىٰ يَأْتِىَ وَعْدُ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُخْلِفُ ٱلْمِيعَادَ

Arab-Latin: walau anna qur`ānan suyyirat bihil-jibālu au quṭṭi’at bihil-arḍu au kullima bihil-mautā, bal lillāhil-amru jamī’ā, a fa lam yai`asillażīna āmanū al lau yasyā`ullāhu laḥadan-nāsa jamī’ā, wa lā yazālullażīna kafarụ tuṣībuhum bimā ṣana’ụ qāri’atun au taḥullu qarībam min dārihim ḥattā ya`tiya wa’dullāh, innallāha lā yukhliful-mī’ād

Artinya: 31. Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.

وَلَقَدِ ٱسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّن قَبْلِكَ فَأَمْلَيْتُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ ۖ فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ

wa laqadistuhzi`a birusulim ming qablika fa amlaitu lillażīna kafarụ ṡumma akhażtuhum fa kaifa kāna ‘iqāb

32. Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir itu kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya siksaan-Ku itu!

أَفَمَنْ هُوَ قَآئِمٌ عَلَىٰ كُلِّ نَفْسٍۭ بِمَا كَسَبَتْ ۗ وَجَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ قُلْ سَمُّوهُمْ ۚ أَمْ تُنَبِّـُٔونَهُۥ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِى ٱلْأَرْضِ أَم بِظَٰهِرٍ مِّنَ ٱلْقَوْلِ ۗ بَلْ زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مَكْرُهُمْ وَصُدُّوا۟ عَنِ ٱلسَّبِيلِ ۗ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ

a fa man huwa qā`imun ‘alā kulli nafsim bimā kasabat, wa ja’alụ lillāhi syurakā`, qul sammụhum, am tunabbi`ụnahụ bimā lā ya’lamu fil-arḍi am biẓāhirim minal-qaụl, bal zuyyina lillażīna kafarụ makruhum wa ṣuddụ ‘anis-sabīl, wa may yuḍlilillāhu fa mā lahụ min hād

33. Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah: “Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu”. Atau apakah kamu hendak memberitakan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi, atau kamu mengatakan (tentang hal itu) sekadar perkataan pada lahirnya saja. Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk.

لَّهُمْ عَذَابٌ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَعَذَابُ ٱلْءَاخِرَةِ أَشَقُّ ۖ وَمَا لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن وَاقٍ

lahum ‘ażābun fil-ḥayātid-dun-yā wa la’ażābul-ākhirati asyaqq, wa mā lahum minallāhi miw wāq

34. Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.

۞ مَّثَلُ ٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلْمُتَّقُونَ ۖ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ أُكُلُهَا دَآئِمٌ وَظِلُّهَا ۚ تِلْكَ عُقْبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا۟ ۖ وَّعُقْبَى ٱلْكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ

maṡalul-jannatillatī wu’idal-muttaqụn, tajrī min taḥtihal-an-hār, ukuluhā dā`imuw wa ẓilluhā, tilka ‘uqballażīnattaqaw wa ‘uqbal-kāfirīnan-nār

35. Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.

وَٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَفْرَحُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ ۖ وَمِنَ ٱلْأَحْزَابِ مَن يُنكِرُ بَعْضَهُۥ ۚ قُلْ إِنَّمَآ أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ ٱللَّهَ وَلَآ أُشْرِكَ بِهِۦٓ ۚ إِلَيْهِ أَدْعُوا۟ وَإِلَيْهِ مَـَٔابِ

wallażīna ātaināhumul-kitāba yafraḥụna bimā unzila ilaika wa minal-aḥzābi may yungkiru ba’ḍah, qul innamā umirtu an a’budallāha wa lā usyrika bih, ilaihi ad’ụ wa ilaihi ma`āb

36. Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah “Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali”.

وَكَذَٰلِكَ أَنزَلْنَٰهُ حُكْمًا عَرَبِيًّا ۚ وَلَئِنِ ٱتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُم بَعْدَمَا جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا وَاقٍ

wa każālika anzalnāhu ḥukman ‘arabiyyā, wa la`inittaba’ta ahwā`ahum ba’da mā jā`aka minal-‘ilmi mā laka minallāhi miw waliyyiw wa lā wāq

37. Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّن قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَٰجًا وَذُرِّيَّةً ۚ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَن يَأْتِىَ بِـَٔايَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ

wa laqad arsalnā rusulam ming qablika wa ja’alnā lahum azwājaw wa żurriyyah, wa mā kāna lirasụlin ay ya`tiya bi`āyatin illā bi`iżnillāh, likulli ajaling kitāb

38. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu).

يَمْحُوا۟ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِندَهُۥٓ أُمُّ ٱلْكِتَٰبِ

yam-ḥullāhu mā yasyā`u wa yuṡbit, wa ‘indahū ummul-kitāb

39. Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).

وَإِن مَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ ٱلَّذِى نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ ٱلْبَلَٰغُ وَعَلَيْنَا ٱلْحِسَابُ

wa im mā nuriyannaka ba’ḍallażī na’iduhum au natawaffayannaka fa innamā ‘alaikal-balāgu wa ‘alainal-ḥisāb

40. Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.

أَوَلَمْ يَرَوْا۟ أَنَّا نَأْتِى ٱلْأَرْضَ نَنقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا ۚ وَٱللَّهُ يَحْكُمُ لَا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِۦ ۚ وَهُوَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ

Arab-Latin: a wa lam yarau annā na`til-arḍa nangquṣuhā min aṭrāfihā, wallāhu yaḥkumu lā mu’aqqiba liḥukmih, wa huwa sarī’ul-ḥisāb

Artinya: 41. Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dialah Yang Maha cepat hisab-Nya.

وَقَدْ مَكَرَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلِلَّهِ ٱلْمَكْرُ جَمِيعًا ۖ يَعْلَمُ مَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ ۗ وَسَيَعْلَمُ ٱلْكُفَّٰرُ لِمَنْ عُقْبَى ٱلدَّارِ

wa qad makarallażīna ming qablihim fa lillāhil-makru jamī’ā, ya’lamu mā taksibu kullu nafs, wa saya’lamul-kuffāru liman ‘uqbad-dār

42. Dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum mereka (kafir Mekah) telah mengadakan tipu daya, tetapi semua tipu daya itu adalah dalam kekuasaan Allah. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri, dan orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu.

وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَسْتَ مُرْسَلًا ۚ قُلْ كَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًۢا بَيْنِى وَبَيْنَكُمْ وَمَنْ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلْكِتَٰبِ

wa yaqụlullażīna kafarụ lasta mursalā, qul kafā billāhi syahīdam bainī wa bainakum wa man ‘indahụ ‘ilmul-kitāb

43. Berkatalah orang-orang kafir: “Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul”. Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab”.


Itulah  arti Allahumma In Kunta Katabtani Min Ahli Syaqawah, Doanya Mengubah Takdir dari Ustadz Hanan Attaki.